Wawancara dengan Pengelola Badan Sosial
Menerapkan Hidup Berbagi dengan Menempatkan Penerima Sumbangan di Posisi Terhormat
[caption id="attachment_336676" align="aligncenter" width="368" caption="Toko Ops Shops /ft.doc,pri"][/caption]
Ada beberapa pertanyaan yang mengelitik ,yang hingga kini belum mendapatkan jawaban yang memuaskan. Antara lain,langkah langkah apa yang diterapkan oleh pemerintah Australia, sebagaijalan keluar ,terhadap larangan untuk mengemis disini.Kemudian apa saja peran masyarakat dalam ikut membantu pemerintah untuk memelihara orang orang yang :”homeless”
Kata :” homeless” disini, sengaja saya tempatkan diantara tanda kutip, karena kalau dari arti katanya, homeless berarti gelandangan. Sesungguhnya disini tidak ada yang namanya gelandangan, hanya saja orang orang yang tinggal di rumah rumah yang menurut ukuran Australia tidak layak huni, dianggap :”homeless”. Mereka ini ditampung, oleh pemerintah dengan b ekerja sama dengan badan badan swadaya masyarakat ,yang memang sudah merata dan membudaya disini.
Bertepatan dengan tujuan kami ke Shellharbour untuk menjemput putri kami di kantornya, maka saya manfaatkan peluang ini untuk mengunjungi salah satubadang sosial disana, yang berlokasi di daerah Warilla.. Perjalanan dari Mount Saint Thomas, menuju ke Shellharbour memakan waktu sekitar 30 menit. Tidak sulit menemukan lokasinya, karena berada dipinggir jalan, hanya sekitar 200 meter dari Sekretariat Senior Centre
[caption id="attachment_336678" align="aligncenter" width="368" caption="Menempatkan Penerima sumbangan sebagai Pembeli.kreasi kemanusiaan yang tinggi"]
Gedung Council
Gedung Council (setingkat kecamatan) yang terdapat disini cukup besar dan tampak rapi. Kami parkir kendaraan dan langsung turun. Di sisi kiri, adalah kantor untuk administrasi yang berhubungan dengan urusan kependudukan di daerah Shellharbour ini. Di bagian tengah merupakan ruangpertemuan dan sekaligus berfungsi sebagai ruang tempat beristirahat bagi para pekerja dan relawan yang bertugas disini.
Disisi kanan, terlihat sebuah tulisan yang cukup mencolok :”OPS SHOP”. Jujur ,saya tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan Ops Shop, walaupun sudah 10 tahun domisili di sini. Saya melangkah masuk .Belum sempat saya mengucapkan selamat pagi, sudah kedahuluan oleh seorang wanita,yang mungkin usianya tidak dibawah saya.
“Hi good morning…how are you today?” sapanya ramah. Dan selanjutnya kami terlibat pembicaraan santai, Wanita ini memperkenalkan namanya Jacky. Merupakan salah satu relawan disini. “Anda tahu usia saya berapa?” katanya memandang saya. “Maaf, mungkin 65 tahun?” jawab saya.
Jacky ketawa ceria. Tahun ini usia saya genap 75 tahun ,katanya. Kami sebagai Volunteer disini. Bekerja disini membuat kami sehat dan senang,daripada duduk sepanjang hari dirunah and nothing to do ,kata Jacky ,tanpa ditanya.Mungkin anda bingung membaca nama :” Ops Shop “ yaa, kata Jacky sepertiya bisa meramal apa yang saya pikirkan. Sesungguhnya tempat ini bukan toko, tetapi merupakan wadah untuk kami bisa menerapkan hidup berbagi,Untuk membantu siapa saja yang membutuhkan
Tapi berdasarkan rapat pleno, semua sepakat, bahwa tempat ini dijadikan toko, agar orang orang yang membutuhkan, tetap merasa terhormat dan tidak merasa sebagai pengemis.Mereka kami tempatkan sebagai :”Pembeli” . Walaupun harga yang kami berikan hanya berupa uang recehan yang tidak ada artinya.Karena seluruh barang yang ada disini ,adalah sumbangan dari warga setempat.. Semuanya ada disini, dari mulai makanan kaleng, biscuit danmakanan kecil. Siapapun yang membutuhkan dipersilakan mengambilnya. Namun sekali lagi ,untuk menghargai mereka, kami minta mereka membayar 20 sen atau 50 sen,yang anda sendiri tahu, nilai tersebut tidak ada artinya
[caption id="attachment_336688" align="aligncenter" width="368" caption="doc,pri/ Menerapkan Hidup berbagi secara unik"]
Tidak ada Yang Memborong
Saya mencoba bertanya, apakah tidak ada yang membeli dalam jumlah banyak dankemudian menjualnya lagi ditempat lain dengan harga mahal?Hmmm setahu saya tidak pernah terjadi.Saya dan teman teman sudah 3 tahun sebagai Volunteer disini, tapi umumnya orang datang dan mengambil sesuai keperluan saja. Mereka tahu, ada banyak orang lain yang juga membutuhkan
Masih menurut Nyonya Jacky, di New South Wales, ada banyak badan badan sosial yang didukung oleh pekerja relawan, Sejak dulu pemerintah sudah membudayakan masyarakat ,agar berperan serta secara aktif, Karena masyarakatlah yang paling tahu, akan kebutuhan warga . Dan berapa banyak penduduk yang termasuk kategori homeless. Kami yang Volunteer ini lah yang jadi ujung tombak pemerintah ,dalam meningkatkan harkat hidup orang orang terlantar.
Katakata :”Volunteer” agak sering diucapkan oleh Nyonya Jacky dengan nada bangga, Bagi orang Australia ,jadi Volunteer dibidang apapun , merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan, termasuk Volunteer menjadi Life guard di pantai.
“Kalau anda mau minum kopi ,silakan self service ,ada disana” kata Jacky sambil menunjukkan sebuah meja yang dilengkapi dengan mesin kopi mini dan kelengkapan lainnya. Mohon maaf, saya tidak bisa menemani anda lebih lama, karena harus melayani tamu lain ya..” katanya dengan nada yang tetap ramah dan ceria, sekaligus merupakan penutup pembicaraan kami di pagi ini
Catatan Penulis:
Sebuah percakapan yang sangat biasa biasa saja .Namun bagi saya pribadi ,sungguh tersirat sebuah pelajaran pekerti yang mendalam,yakni untuk membantu orangatau menerapkan hidup berbagi, tidak perlu orang yang kita tolong, tahu bahwa semua barang barang tersebut dari kita.Kemudian bagaimana menjaga hati orang yang menerima,agar tidak merasa sebagai pengemis yang menadahkan tangannya untuk minta minta,yakni dengan menjadikan mereka sebagai :”Pembeli” .Sungguh suatu kreasi kemanusiaan yang sangat mendalam.
Hingga malam hari dan hingga saat ini ,pembicaraan singkat itu masih melekat erat,tidak hanya dalam pikiran saya, tetapi terutama di dalam hati saya. Semoga saya bisa meniru, memberidengan tetap menghormati orang yang menerima’
Mount Saint Thomas. 5 Agustus. 2014
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H