[caption id="attachment_339444" align="alignleft" width="720" caption="sumber/ft.abcnews."][/caption]
Febriana wanita Indonesia Jadi Bintang Dalam Pekan Sains Nasional di Australia
Febriana ,Kandidat dokter asal Indonesia , jadi bintang dalam Pekan Sains Nasional yang diselenggarakan di Australia. Radio Australia abc telah menampilkan wanita kelahiran Makassar ini, yang bernama lengkap Fransisca Febriana Sidjaya .yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Queensland Australia dan menekuni penelitian khusus dibidang autisme.
Wanita kelahiran tahun 1982 ini ,sesungguhnya sudah mendapatkan gelar Master Psikologi Klinis dari Universitas Indonesia pada tahun 2007.
Sebelum memutuskan untuk belajar ke Australia, Febriana bekerja sebagai dosen di Fakultas Kedoketeran Universitas Katolik Atmajaya .Disamping itu Febriana juga bekerja sebagai seorang psikolog anak di sebuah klinik terapi di Jakarta Utara. Dan dalam berbagai kesibukan kerja,ia masih menyempatkan diri bekerja sukarela sebagai koordinator proyek di sebuah LSM yang bergerak di bidang advokasi keluarga dengan anak berkebutuhan khusus.Terutama yang terkena gejala autisme,
Hingga saat ini ,penanganan masalah autisme di Indonesia ,hanya menyentuh masyarakat kelas menengah keatas. Mengingat biaya yang dikeluarkan, minimal adalah 10 juta rupiah setiap bulannya. Sehingga anak anak yang berada dalam lingkung menengah kebawah, boleh dikatakan hampir tidak tersentuh oleh penanganan yang baik.
Tujuan dan Harapan Febriana.
Febriana menempuh pendidikan doktoral di bidang autisme di Fakultas Psikologi, University of Queensland.Tujuannya adalah untuk mengadaptasi Deteksi Autisme pada Masa Awal Kanak-Kanak (ADEC) ke dalam versi bahasa Indonesia (ADEC-IND). ADEC adalah sebuah ukuran pengamatan untuk mendeteksi autisme pada anak-anak sedini usia satu tahun. Karena menurut Febriana ,semakin dini seorang anak dapat dideksi, akan semakin dapat ditangani secara maksimal.
Harapannya ,setelah tamat, ilmu yang diperolehnya disini dapat disumbangkannya untuk anak anak austisme di Indonesia. Mengingat dengan semakinmeningkatnya populasi autisme di Indonesia, semakin memotivasi Febriana , secepatnya dapat menyelesaikan studinya disini. Febriana berharap akan dapat berkontribusi pada kesejahteraan anak-anak Indonesia karena Indonesia masih membutuhkan banyak alat-alat yang kredibel untuk mendeteksi autisme pada usia muda dan untuk kepentingan penelitian tentunya..
Lebih awal dapat mendeteksi, lebih maksimal penanganan yang bisa diberikan
Febri berharap ,akan semakin banyak anak di Indonesia bisa terdeteksi sedini mungkin dan mendapat perawatan lebih dini karena ADEC-IND efektif dalam mendeteksi autisme pada anak-anak pada usia sebelum 12 bulan.Khususnya bagi anak -anak di pedalaman dapat pula terdeteksi ketika alat pengukurannya terjangkau dan mudah untuk melatih praktisi kesehatan di daerah pedalaman Indonesia. Ia berharap, akan mendapatkan sambutan dan kerjasama yang baik,karena tidak mungkin seorang diri dapat menangani begitu banyak anak yang membutuhkan perawatan ,khususnya yang terkena gejala austisme.
Penanganan bagi masyarakat kelas menengah kebawah ,kebanyakan memanfaatkan terapi alternatif, yang tidak jarang, bukan hanya memberikan hasil ,malah memperburuk kondisi anak.Antara lain adalah terapi dengan mengunakan peralatan listrik, yang tidak jelas keamanannya
[caption id="attachment_339446" align="alignleft" width="765" caption="sumber/ft,abcnews"]
Febriana memilih menekuni studinya dibidang austisme di Benua Kanguru ini, karena dalam hal penelitian dan penanganan austisme , Australia lebih unggul. Hal ini diperkuat dengan rekomendasikan oleh Profesor Peter Newcombe, seorang dosen dari University of Queensland yang juga mengajar di program serupa di Universitas Indonesia. Yang memperkenalkannya kepada Profesor Kate Sofronof, seorang ahli di bidang autisme. Keduanya kini menjadi supervisor Febriana, bersama dengan Profesor Irwanto dari Universitas Atmajaya.
Saran Febriana untuk Kaum Muda di Indonesia.
Febriana berharap dan menghimbau kaum muda Indonesia , untuk sesegera mungkin ikut belajar dan mendalami sains dalam berbagai disiplin ilmu. Karena seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat dan kompetisi yang dihadapi dengan negara-negara lain, Indonesia butuh lebih banyak anak muda energik dalam bidang penelitian dan ilmu.
Untuk mana Febrianaberharap danmenghimbau kaum muda Indonesia,u.ntuk jangan cepat berpuas diri Sebaliknya berusaha sekeras mungkin untuk meningkatkan dan mempertajam kemampuan diberbagai penelitian dan ilmu pengetahuan. Karena kaum muda Indonesia harus menjadi agen perubahan ,demi Indonesia yang lebih baik(sumber: abcnews dan berbagai sumber lainnya)
Catatan Penulis
Adalah sesuatu yang ironis, bahwa perjuangan kaum muda Indonesia di luar negeri, khususnya di Australia, malah diangkat kepermukaan oleh media Australia,Salah satunya adalah abc radio Australia . Berita ini hampir tidak tersentuh oleh media nasional di tanah air sendiri.
Beberapa waktu lalu, saya sudah postingkantulisan kecil ,tentang 2 mahasiswa UGM yang sempat menjadi topik berita di media Austrlia, karena sikap dan teladan mereka yang tidak hanya belajar dengan tekun, tetapi mampu berbaur dan mau menolong penduduk di Australia Utara,dimana mereka belajar.
Kedua ,seorang wanita muda ,Karlia, yang juga adalah kandidat doctor anggur, yang bercita cita untuk mengubah dunia, bila penelitian dan studinya sudah selesai. Dan kali ini ,Febriana , yang bercita cita ingin menjadi agen perubahan, demi untuk terwujudnya Indonesia yang lebih baik.
Mount Saint Thomas, 23 Agustus,2014’
Tjiptadinata Effendi