Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Simak Pengalaman Syfa dari Bandung dalam Pertukaran Siswa di Melbourne

1 September 2014   03:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:57 1455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_340401" align="aligncenter" width="576" caption="sumber/ft, koleksipribadisyfajasmine"][/caption]

Simak Pengalaman Syfa dari Bandung dalam Pertukaran Siswa di Melbourne

Gadis Bandung yang bernama lengkap Syfa Jasmine,adalah pelajar SMA Negeri 8 Bandung Berada di Melbourne sebagai bagian dari program pertukaran pelajar dari lembaga AIA.V (Australia Indonesian Association Victoria) yang bekerja sama dengan Universitas Pendidikan Bandung. Pengalaman apa yang didapatnya selama menghabiskan waktu 7 minggu di Avila College ?

Mari kita dengarkan penuturan langsung dari gadis cantik ini ,sekaligus dapat menjadi sebuah masukan yang berharga bagi siswa siswa lain, yang berminat untuk ikut dalam program exchange students antar kedua negara ini,

Proses Terpilihnya Syfa.

"Tahun 2014  tanpa disangka adalah  tahun yang berharga untuk saya. Tanggal 19 Juli 2014, dengan menggunakan pesawat Qantas QF42 saya dan ketujuh teman saya yang lain terbang ke negeri kangguru untuk menjalankan program pertukaran pelajar. Sebelum saya menginjakkan kaki di Australia, ada proses seleksi ketat karena tujuan pertukaran pelajar ini adalah untuk memperkaya kemampuan berbahasa Inggris siswa dari Indonesia, juga meningkatkan minat siswa di Australia  tentang  bahasa Indonesia yang konon mulai menurun.

Di Bandung, semua peserta yang berminat diseleksi di sekolah masing-masing. Sekolah yang dapat menyeleksi siswanya adalah sekolah yang diundang oleh UPI.  Setelah dinyatakan lulus oleh guru yang menjadi juri, peserta menjalankan tahap kedua. Di tahap kedua ini, ada 16 siswa dan kami diseleksi lisan. Ada 2 pertanyaan, diantaranya adalah bagaimana menurut kalian tentang budaya tradisional Indonesia dan apa yang kamu ketahui tentang Australia. Alhamdulillah, saya lolos dan mendapat peringkat kedua dari 8 peserta yang diterima." kata Syfa

[caption id="attachment_340402" align="aligncenter" width="576" caption="sumber/ft"]

1409492092355794118
1409492092355794118
[/caption]

Tinggal dengan Host Family

Host Family adalah keluarga yang dengan sukarela menerima pelajar dari negara lain untuk tinggal bersama mereka ,selama masa pertukaran siswa. Termasuk makan minum dan antar jemput ,serta uang jajan. Anak anak yang tinggal dirumah Host Family diperlakukan seperti anggota keluarga(/keterangan dari penulis)

Host Family tidak dibayar,mereka dengan sukarela menerima tamu tinggal dirumah mereka. Kendati demikian, untuk dapat ditunjuk sebagai Host family,ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. ,untuk memastikan bahwa siswa akan aman selama tinggal bersama mereka.Bagi orang Australia, terpilih sebagai Host Family adalah sebuah kehormatan dan kebanggaan. Penulis mengetahui hal ini,,karena dirumah putri kami yang bersuamikan Pria Autralia sudah pernah mendapatkan kesempatan sebagai Host Family beberapa kali.

Tinggal di Melbourne -Victoria

Di Melbourne, Syfa tinggal bersama dengan keluarga asuh . Bersekolah selama  tujuh minggu.  Avila College, sebuah sekolah  Katolik khusus untuk perempuan ,karena kedua host sisters Syfa juga bersekolah di tempat yang sama. Di Avila,ini Syfabersama salah satu siswi yang juga dari Indonesia, Nynsca Shalsabila, murid SMA Negeri 3 Bandung.

Selama di sini,mendapatkan pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Sejarah, Matematika, Food and Technology, Pendidikan Agama, Olahraga, dan Kesehatan. Jam pelajaran di Australia dan di Indonesia berbeda. Di Australia, sekolah mulai pukul 08.45 hingga 15.15 sedangkan di Indonesia, sekolah dimulai pukul 06.45 hingga 14.45. Kemudian, jumlah pelajaran yang saya dapat di Avila College ada 8 pelajaran dengan istirahat pagi 20 menit dan istirahat makan siang 45 menit. Setiap pelajaran 75 menit lamanya. Di Indonesia, saya mendapat 14 mata pelajaran dengan istirahat pagi 20 menit dan istirahat makan siang 40 menit

Kelas bahasa Indonesia diikuti oleh 17 orang dari rata rata setiap pelajaran diikuti 20 orang. Beliau juga mengajar bahasa Inggris. Pelajaran bahasa Indonesia wajib diikuti oleh kelas 7 dan 8, tetapi untuk kelas 9 hingga kelas 12, bahasa Indonesia adalah pilihan.

Syfa dan Nynsca tidak menyia nyiakan setiap kesempatan yang ada ,untuk mempromosikan budaya angklung disini. Umumnya anak anak Austrlia belum pernah melihat dari dekat alat music angklung ini. Apalagi bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar memainkannya,tentu saja merupakan hal yang sangat mengembirakan mereka. Sfya juga diberikan kesempatan untuk memberikan presentasi tentang Indonesia dan mereka sangat tertarik dan menyukainya.

BelajarDisiplin

Selain dari kesempatan untuk mempromosikan alat music dan budaya Indonesia. Syfa mendapatkan kesempatan juga untuk belajar disiplin diri.Antara lain, tidak membuang sampah disembarang tempat.Dan sekaligus berlajar tentang tata krama yang merupakan tradisi di Australia, yakni : Selamat pagi/siang/malam ./apa kabar dan terima kasih untuk apapun yang dilakukan orang lain untuk kita. Jadi kata kata yang sudah baku digunakan disini adalah: Good mornig./afternoon ,kemudian kata :”excuse me” dan thank you,serta :’ good night “ketika pamit mau masuk kekamar untuk tidur.

Pada Awalnya Ada Rasa Kuatir

Hari pertama Syfa sempat merasa kuatir, tidak akan disambut hangat. Karena tampilan yang jelas berbeda dari mereka, dari segi pakaian. Syfa juga menggunakan hijab”. Tetapi ternyata, mereka menyambut saya dengan hangat dan mereka sangat ramah, selalu menyapa jika bertemu saya.’ Kata Syfa dengan lega.

Selain bersekolah, di akhir pekan,Syfa juga berkesempatan mengunjungi berbagai tempat bersama keluarga asuh maupun dengan teman-teman asal Indonesia. Menonton pertandingan footy, sepakbola gaya Australia di stadion terbesar Melbourne, MCG, juga ke Healsville SanctuaryMelihat koala, kangguru, dan wombat, Tasmanian devil, wallaby, dan binatang khas Australia lainnya.

Menurut Syfa, berbagai pengalaman menyenangkan dan berharga selama beberapa minggu terakhir sudah sangat memperkaya hidupnya,. Semoga ke depannya, akan lebih banyak lagi murid di Avila College yang berminat dalam mempelajari bahasa Indonesia dan memperdalam kebudayaan Indonesia.

“Bagi saya pribadi sekarang saya juga menyadari bahwa ramah dan sopan terhadap siapa saja sangat diperlukan untuk menjadi sukses di kehidupan bermasyarakat dan saya terdorong untuk bangkit dalam mencintai budaya dan negara sendiri serta semakin semangat belajar.” Kata Syfa. (sumber: Syfa Jasmine/abcnews/radioaustralia)

Syfa Jasmine berada di Australia sejak 19 Juli,hingga hari ini ,tanggal 31 Agustus, 2014

Mount Saint Thomas, 31 Agustus, 2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun