[caption id="attachment_355417" align="aligncenter" width="490" caption="ada beberapa alat berat sedang mengeruk Kali Ciliwung, tapi kalau warga tetap saja buang sampah sembarangan,maka Jakarta akan tetap banjir /foto di jepret tgl.20 November, 2014/tjiptadinata effendi"][/caption]
Memotret Jakarta dari Dekat dengan Lensa Bening
Hari pertama kami tiba di Jakarta, saya dan istri sudah langsung terlibat berbagai urusan yang harus diselesaikan,karena besok, Sabtu ,tanggal 22 November, 2014 , kami sudah menjadwalkan untuk hadir dalam Kopdar Akbar Kompasianival di Taman Mini Indonesia Indah.
Namun begitu kami keluar dari Apartement yang berlokasi di Kemayoran dan tiba di Jalan Gunung Sahari ,ternyata terjadi kemacetan total.Ada genangan air yang masih lumayan tinggi ,di badan jalan yang berdampingan dengan Kali Ciliwung.
Kalau berbicara mengenai :” Jakarta macet. Jakarta banjir ,”,agaknya sudah jadi berita usang . Seolah Jakarta sudah identic dengan kemacetan dan banjir. Sasaran segala sumpah serapah ,siapa lagi kalau bukan Gubernur D.KI. Padahal bila orang mau milihat dengan kaca mata yang jernih atau saya istilahkan dengan memotret dengan lensa bening, sesungguhnya penyebab kemacetan dan banjir, bukan karena salah yang memimpin Jakarta,tetapi termasuk kesalahan dari orang yang mengeluarkan maki makian :”Jakarta brengsek”
[caption id="attachment_355421" align="aligncenter" width="560" caption="tanda :"]
Jalan khusus untuk Busway, dijejali oleh kendaraan umum
Dengan perasaaan jengkel ,saya menyaksikan ,ternyata penyebab kemacetan pada saat itu adalah karena jalan yang sudah diperuntukkan untuk jalur busway, tetap saja dipenuhi oleh kendaraan umum. Apakah hal ini hanya kebetulan atau jangan jangan sudah menjadi kebiasaan jelek selamaini, saya memang tidak tahu, Karena sudah lama tidak di Jakarta.
Ada tanda dilarang masuk ,kecuali Busway dengan huruf yang cukup mencolok,seperti gambar yang dipostingkan disini,namun tanpa merasa bersalah, kendaraan bukan bis ,masuk memenuhi jalu dengan seenaknya. Dan pas dipersimpangan dimana seharusnya kendaraan yang mau berbelok arah diperbolehkan ,justru disana ditutupi oleh badan kendaraan yang berhenti di jalan khusus bagi busway. Tidak tampak satupun petugas lalu lintas disana, walau kami tertahan hampir dua jam, padahal biasanya jarak tersebut kami tempuh dalam waktu kurang dari 10 menit!
Alat Keruk Lumpur di Operasikan ,tapi pembuangan sampah tetap berlangung.Dalam kemacetan yang disebabkan oleh pengemudi yang sama sekali tidak mematuhi aturan dan tak seoranpun petugas yang membenahi, ternyata beberapa kendaraan didepan kendaraan kami, membuang sampah bekas bungkus makanan lewat jendelanya dan "berlayar:" diair yang tergenang. Karena nomer polisii kendaraan tertutup oleh kendaraan lainnya, sehingga tidak dapat dijepret.
Pengerukkan lumpur Cilwung secara intnesif sekaligus oleh beberapa alat pengeruk berat, takkan memberikan hasil yang maksimal.selama warga sama sekali tidak merasa memliki Jakarta. Ibu kota negara RI ini, akan tetap banjir,bukan karena salah gubernurnya, tapi karena upaya gubernurnya sama sekali tidak didukung warga.
[caption id="attachment_355425" align="aligncenter" width="560" caption="wajah Jakarta adalah juga wajah kita semuanya/ft,tjiptadinata effendi"]
Jakarta itu sesungguhnya indah,bila kita semua merasa memiliki. Bila orang menganggap bahwa Jakarta hanya urusannya gubernur DKI, maka siapapun yang jadi Gubernur, Jakarta akan selamanya macet dan banjir. Perlu perubahan mindset. bahwa Jakarta adalah milik bangsa Indonesia,yakni kita semuanya.
[caption id="attachment_355429" align="aligncenter" width="512" caption="Jakarta itu indah.Jakarta itu megah.Jakarta itu gagah./tjiptadinata effendi"]
Mengubah mindset,akan menyebabkan terjadinya perubahaan prilaku . Mengubah prilaku, dalam arti kata, kita jaga dan kita benahi Jakarta bersama sama. Untuk selalu membuang sampah ditempat seharusnya dan selalu memetuhi aturan yang sudah ditetapkan. Semoga suatu waktu lirik lagu untuk Jakarta akan berubah:" Jakarta itu indah, Jakarta itu megah"
Jakarta, 21 November, 2014
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H