[caption id="attachment_360975" align="aligncenter" width="391" caption="bersama juru kunci makam Cut Nyak Dhien di Gunung Puyuh/tjiptadinata effendi"][/caption]
Berziarah ke Makam Pahlawan Nasional Cut Nyak Dhien
Sudah cukup lama , ada hasrat hati untuk berziarah ke makam Pahlawan Nasional Cut Nyak Dhien. Namun baru hari ini mendapatkan kesempatan emas tersebut. Ditemani oleh Ir.Bimo Prakoso, seorang dosen dan sekaligus tour guide, saya danistri ,diantarkan oleh pak Agus untuk berkunjung ke Makam Pahlawan Nasional ini.
Jalan yang berlika liku dan sarat dengan lubang lubang, sama sekali tidak menyurutkan niat hati untuk sampai ketempat tujuan. Setelah cukup puas mengalami gonjang ganjing selama lebih dari 2 jam, akhirnya kami mendekat kelokasi tujuan
[caption id="attachment_360976" align="aligncenter" width="415" caption="Makam Cut Nyak Dhien. rapi dan terawat/tjiptadinata effendi"]
Berdasarkan tuntunan dari Pak Bimo.yang sudah sering mengantarkan tamu kesini, kami berhenti sesaat di bangunan ,dimana Cut Nyak Dhien pernah akan dipenjarakan.
[caption id="attachment_360998" align="aligncenter" width="300" caption="ft.tjiptadinata effendi"]
Setelah berpose sesaat, kami diajak masuk ke Museum. Disini kami disambut oleh petugas: mbak Gilang Kencana ,mbak Dewi dan Mbak Reni. Karena kami diperkenalkan sebagai orang yang datang dari Australia, sempat mbak Gilang Kencana ,yang panggilan akrabnya :” Illa”,bertanya apakah kami masih bisa bahasa Indonesia ? Tentu saja saya jawab bisa,sambil ketawa.
[caption id="attachment_360978" align="aligncenter" width="300" caption="pemakaman gunung puyuh sumedang/ft.tjiptadinata effendi"]
Sekilas Tentang Cut Nyak Dhien
Gilang atau Illa, sangat piawai dalam menjelaskan detail tentang apa saya yang ada hubungannya dengan sejarah. Tapi mengingat waktu kunjungan kami sesungguhnya sudah melewati jam kunjungan,maka tentu saya harus tahu diri dan tidak bertanya terlalu detail.
Menurut Illa. Cut Nyak Dhienyang nama aslinya tertulis :” Tjoet Nya’ Dhien,lahir di Lampadang,Kerajaan Aceh,pada tahun 1848. Dalam perjalanan hidupnya ,bersama suaminya Teuku Umar, ia berjuang melawan Belanda.
[caption id="attachment_360979" align="aligncenter" width="300" caption="gilang kencana (Illa),memberikan pejelasan ttg Cut Nyak Dhien/tjiptadinata effendi"]
Namun, Teuku Umar gugur saat menyerang Meulaboh . sehingga ia berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Cut Nyak Dien saat itu sudah tua dan menderita berbagai penyakit.,namun semangatnya untuk melawan penjajahan tak kunjung padam. Tapi karena pasukan kecilnya tak berdaya terhadap pasukan Belanda, akhirnya Cut Nyak Dhien ,ditangkap Kemudian di buang oleh Belanda. Cut Nyak Dhien,diangkut dengan kapal laut dan sempat di bawa ke Jakarta ,yang pada waktu itu masih bernama Batavia
[caption id="attachment_360980" align="aligncenter" width="300" caption="ft/tjiptadinata effendi"]
Cut Nyak Dhien yang memang sudah terkena penyakit paru paru, tidak mendapatkan perawatan apapun selama perjalanan jauh lewat kapal laut. Kemudian dipindahkan ke Sumedang ,secara rahasia,untuk dipenjarakan disini. Namun Bupati yang bertugas pada waktu itu,melihat kondisi Cut Nyak Dhien yang sudah sangat parah,tidak tega dan menitipkannya di salah satu rumah pengurus Masdjid di Sumedang.
[caption id="attachment_360999" align="aligncenter" width="300" caption="berpose bersama Ir.Bimo Prakoso/ft.tjiptadinata effendi"]
Disini ia mendapatkan perawatan dan diperlakukan secara manusiawi, namun penyakitnya tetap belum mengalami kesembuhan.Namun sebuah penghiburan bagi Cut Nyak Dhien, disini ia diangkat sebagai guru mengaji. Walaupun tidak bisa berbahasa Sunda ,selain dari bahasa Aceh. Pada tanggal 6 November, 1908 . Dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.Namun sejak saat itu ,tak seorangpun tahu.,bahwa Cut Nyak Dhien ,dimakamkan disana. Baru pada tahun 1959 ,yakni 51 tahun kemudian, atas inisiatif gubernur Aceh pada waktu itu, diperoleh data data resmi dari Belanda ,Sejak saat itu makam Cut Nyak Dhien, di renovasi .
Cut Nyak Dhien, Pahlawan Nasional
Dari museum,kami melanjutkan perjalanan ke Makam Cut Nyak Dhien di Gunung Puyuh..Jalan yang cukup terjal dan mendaki, tidak menjadi alasan bagi kami untuk mundur dari niat awal.
Makam Cut Nyak Dhien ,terlihat terawat rapi. Tidak banyak yang berkunjung. Kami ditemani oleh pak Aria,yang mengaku sudah 30 tahun tugas disini.kini usianya sudah 67 tahun.
Sebuah Renungan:
Saya sempat merenung di makam Cut Nyak Dhien. Bagaimana seorang wanita di jaman doeloe ,sudah memiliki tekad yang luar biasa ,untuk mempertahankan negerinya terhadap penjajahan.
Cut Nyak Dhien, adalah salah satu dari pendekar wanita Indonesia. Yang telah mengorbankan seluruh hidupnya ,karena tidak ingin hidup dibawah penjajahan Belanda, Sebagai salah seorang dari bangsa Indonesia, saya berpikir,apa yang dapat saya lakukan demi untuk negara dan bangsa Indonesia?
Sumedang. 21 Desember, 2014
Tjiptadinata Effendi