[caption id="attachment_361314" align="alignnone" width="597" caption="Mbak Sutini ,buruh bawang/ft.tjiptadinata effendi"][/caption]
Kabupaten Brebes merupakan daerah penghasil bawang sejak dulu. Bahkan bawang dapat dikatakan sudah menjadi semacam ikon bagi kota ini. Yang juga dikenal sebagai daerah penghasil telur asin terbaik di Indonesia. Namun bawang,tidak selalu membawa keberuntungan bagi warga disini.yang rata rata mengantungkan hidupnya dari bawang merah ini. Baik yang merupakan pengusaha, petani,maupun buruh pekerja.
[caption id="attachment_361316" align="alignnone" width="525" caption="mengantungkan diri sebagai buruh pekerja bawang/tjiptadinata effendi"]
Cuaca yang tak menentu dan hujan yang sering turun menyebabkan hasil panen petani bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, menurun. Kerisauan petani bawang,sekaligus juga menjadi kerisauan dari buruh bawang. Karena kehidupan keduanya saling bertaut dan tergantung pada hasil panen.
Kalau dalam kondisi normal ,dalam satu hektar bisa panen hingga 10 ton bawang merah,namun dengan kondisi hujan yang sering turun,sebabkan panen merosot hingga tersisa sekitar 6 ton .Belum lagi kerugian yang disebabkan , bila panen harus dipercepat, karena hujan
yang turun terus menerus.
[caption id="attachment_361291" align="alignnone" width="599" caption="bawang merah yang terpaksa di panen awal,karena hujan terus menerustjiptadinata effendi"]
Menurut Husni,,masih banyak petani bawang di Brebes yang belum bisa memanen bawang. Selain diganggu hujan, pertumbuhan tanaman bawang juga terkendala oleh serangan hama ulat..Husni yang sudah menjadi buruh disini sejak masih muda ,mengeluh bahwa bila kondisi yang tidak menentu ini masih berlanjut, maka untuk dapat menutupi kebutuhan hidup keluarga, ia harus meminjam uang lagi di koperasi . Husni mengaku dalam kondisi ini, pendapatannya sebagai buruh hanya berkisar sekitar 40 ribu rupiah.
Bahkan kalau kondisi ini berjalan terus, mungkin saja ia dan teman temannya akan kehilangan pekerjaan untuk sementara
.Sutini ,tamatan SMKÂ jadi Buruh
Nasib yang dialami oleh mbak Sutini,juga tak banyak beda dengan Pak Husni, Perempuan yang berusia 40 tahun ini,mengaku suaminya juga pekerja di perkebunan bawang lainnya.
"Pemerintah hanya mikirin nasib importir ,tapi nggak mikirin nasib orang kecil seperti kita kita ini," kata Sutini yang mengaku lulus SMK. dan bercita cita jadi perawat,tapi garis telapak tanganlah yang mengantarkannya jadi buruh bawang.
Sebenanya bila bawng diolah dan disimpan menjadi bibit, petani bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp 5.000 sampai Rp 10.000 per kilogram. Sebab, harga bibit bawang rata-rata Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per kilogram. Namun, untuk itu perlu uluran tangan pemerintah untuk menurunkan pinjaman lunak. Kata Sutini, yang kelihatan cukup memahami perkembangan bisnis bawang merah ini.
[caption id="attachment_361293" align="alignnone" width="503" caption="Husni sedang memikul bawang untuk dibawa ke penyimpanantjiptadinata effendi"]
Hujan terus Menerus
Hujan yang turun terus menerus, menyebabka sebagian dari perkebunan bawang terendam air, sehingga terpaksa dipanen muda. Padahal seharusnya baru akan dipanen 2 minggu lagi ,kata Husni, Bawang hasil panen paksa ini, jelas kualitas dan daya tahannya ,tidak sama dengan bawang yang dipanen normal Husni mengaku tidak tahu persis harga pasar bawang merah saat ini.
Namun menurutnya berkisar diantara 8 ribu rupiah dan 10 ribu. tergantung kualitasnya. Harga bisa anjlok sewaktu waktu ,bila terjadi panen serempak dibeberapa tempat, misalnya di desa tetangganya Tegal.
[caption id="attachment_361294" align="alignnone" width="532" caption="hujan dan banjir, rusak panen bawang di brebes/tjiptadinata Effendi"]
"Kita tidak punya pilihan lain ,karena inilah hidup kami .Kalau pemerintah tidak turun tangan membantu petani bawang didesa ini, maka mereka akan mengalami kebangkrutan. Akibatnya akan terimbas kepada kami " kata Husni dengan nada sendu,mengakhiri pembicaraan singkat kami, karena ia sudah harus memikul bawang,untuk dibawa ketempat penyimpanannya.
Ditulis di Brebes, 19 Desember, 2014
Di postingkan di Cirebon, 22 Desember , 2014
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H