Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Potret Kehidupan Anak-anak Hujan

27 Desember 2014   14:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:22 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_361896" align="aligncenter" width="555" caption="potret anak anak hujan/ tjiptadinata effendi"][/caption]

Potret Kehidupan Anak Anak Hujan

Bercerita tentang kehidupan ,tidak pernah akan berakhir,selama dunia masih berkembang, Dalam perjalanan hidup, setiap orang bisa menilai ataupun dinilai. Bagi yang roda kehidupannya sedang berada diatas,tentu dengan mudah memberikan penilaian dan tidak jarang memberikan penilaian yang bersifat menggurui. Bagaimana seharusnya hidup itu di jalani ,bagaiman mustinya perlakuan terhadap anak anak ,serta diikuti dengan saran atau tidak jarang larangan:” jangan begini dan jangan begitu”.

Namun bagi yang kebetulan roda kehidupannya tersangkut di bagian bawah, tentu akan melahirkan cerita hidup yang berbeda. Sesungguhnya setiap orang tua, setidaknya memahami, bahwa tugasutama adalah menyekolahkan anak anak mereka.Tetapi ada kalanya hidup tidak belum memberikan mereka kesempatan untuk menata hidup secara ideal.

[caption id="attachment_361897" align="aligncenter" width="300" caption="anak anak hujan/ tjiptadinata effendi"]

14196413541833015221
14196413541833015221
[/caption]

Potret Anak Anak Hujan

Malam tadi kami berada di Kelapa Gading.untuk santap malam. Sekitar jam 9.00 malam ,usai makan malam, kami berjalankeluar gedung ,Ternyata hujan turun cukup deras. Beberapa anak menawarkan jasa dengan menyodorkan paying berukuran besar. :” Om ,tante paying yaaa “

“Yaa “ kata saya singkat,sambil meraih paying dari tangan tangan kecil yang agak memucat,mungkin karena kedinginan. . “yuk ,kamu sekalian sama saya berpayung “ kata saya. Namun si anak malah menjauh,sambil berucap:” Tidak apa Om. Kami ini anak anak hujan. Tidak takut hujan Om.” Jawab anak anak ini hampir serentak. Hmm saya baru kali ini mendengarkan istilah :” anak anak hujan”.Entah siapa yang menginspirasi mereka ,saya tidak tahu.

Sambil berjalan ,saya tanyai anak anak ini, kayak Jaksa menginterogasiterdakwa:” Kalian disuruh orang tua yaa?!”

‘Bukaan Oom.” ,kamitidak pernah disuruh orang tua. Tapi kami ikhlas mau bantu ayah ibu yang bekerja keras untuk menyekolahkan kami..Oya ,nama saya Anto ,kalauini teman saya Akbar dan Bono .Om”

[caption id="attachment_361898" align="aligncenter" width="300" caption="docpri"]

1419641468989653612
1419641468989653612
[/caption]

Bila Hari Hujan Dapat8 ribu sehari

Beda dengan Bowo dn Akbar,yang memilih diam,Anto tampil sebagai jubir mereka. Menurut Anto ,bagi mereka hujan adalah berkah. Kalau hujan dari sore hingga malam ,bisa dapat uang 8 ribu sampai 10 ribu rupiah. Ini sebagai rasa ikut bertanggung jawab dari kami Om ,kata Anto

Anak anak seusia 12 tahun,seperti Anto dan teman temannya ini, sesungguhnya belum sampai pada pemahaman falsafah hidup,bahwa setiap orang harus ikut bertanggung jawab,, atas hidupnya. Tapi karena ditempa oleh kehidupan yang keras dan bernafas dalam kemelaratan, mereka sudah menerapkan hidup bertanggung jawab,dengan menawarkan jasa paying.

Menyaksikan,mendengarkan langsung ,kisah kisah hidup dari mereka yang menamakan dirinya :” anak anak hujan” ini, masihkah kita tega untuk menghakimi orang tua mereka,dengan mengatakan bahwa mereka sudah mengeksploitasi anak anak mereka?

Orang tua mereka pasti memahami ,bahwa dalam usia segini, seharusnya anak anak mereka, mendapatkan kesempatan seperti anak anak lainnya, yakniduduk diruang tamu,sambil menikmatai makanan hangat dan menonton televise Namun garis tangan mereka belum sampai kesana. Apa yang bagi orang lain sudah dinikmati ,bagi mereka baru hanya sebatas sebuah impian.

Kapan impian mereka akan terwujud? Tentu tergantung dari upaya dan kerja keras dan garis tangan yang akan menuntun jalan hidup mereka. Bagi mereka sekolah itu penting, tapi tetap bertahan untuk bisa hidup adalah jauh lebih penting, Karenaselama hayat masih dikandung badan, maka selalu ada peluang dan kesempatan bagi mereka untuk meraih cita cita hidup.

Yogyakarta ,, 27 Desember, 2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun