Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mengapa Membuka :"Aib" Sendiri di Medsos?

21 Januari 2015   21:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:40 1557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Hianati Sahabat Baik
Rupanya perwira ini menjadi sangat berang sehingga memukul meja sekeras kerasnya sambil membentak bentak.Ia membacakan urutan”kejahatan saya” dan kemudian menyebutkan nama si Pelapor.
Bagaikan mendengarkan petir disiang bolong, saya terpana dan terpaku.
Rupanya saya dihianati oleh seorang yang sudah berteman bertahun tahun,bahkan sudah saya anggap keluarga sendiri. Saya di fitnah. Suatu pukulan batin yang luar biasa saya rasakan karena sama sekali tidak menyangka bahwa orang yang setiap kali ketemu selalu memeluk saya ternyata menghianati saya.

Puas membentak bentak, sang perwira mungkin kecapaian juga. Ia meninggalkan saya dalam keadaan kantuk ,lapar,kehausan dan kelelahan,dengan dikawal oleh anak buahnya,yang jauh lebih sopan dan santun .Saya bahkan diijinkan untuk menelpon pengacara saya,karena secara pribadi ,ia yakin,saya tidak bersalah.
Dua tahun yang menyakitkan Sudah menjadi rahasia umum,kalau kita sudah terlibat dalam perkara, terlepas benar salahnya kita, tidak hanya tenaga,waktu yang akan tersita,tetapi juga penderitaan lahir dan batin.

Kebenaran itu Akhirnya Terungkap

Hari hari selanjutnya ,menjadi hari hari yang menyakitkan, tidak hanya bagi saya ,tetapi juga bagi istri .Saya harus wajib lapor. Kemudian perkara naik ke pengadilan . Terus ke Pengadilan Tinggi dan akhirnya ke Mahkamah Agung

Dua tahun kemudian….

Tuhan Mahabesar, setelah lebih dari 2 tahun,yang menguras,tidak hanya keuangan kami,tetapi juga penderitaan batin,saya dinyatakan :” Tidak bersalah”.oleh Mahkamah Agung Yang pada waktu itu di Ketuai oleh Bapak Abdurachaman Saleh. Sangat ingin saya berkunjung untuk mengucapkan rasa terima kasih,tetapi saya kuatirkan justru akan merusakkan nama baik beliau. Makanya tidak pernah saya temui. Selain berdoa kepada Tuhan,agar semakin banyak orang orang jujur yang akan duduk di kursi kekuasaan.

Saya tidak bisa menahan jatuhnya air mata, walaupun saya bukan tipe manusia yang cengeng,Berita gembira ini kami tentunya kami syukuri,bukan hanya dalam keluarga,tetapi semua teman teman menelpon mengucapkan selamat,karena saya dinyatakan tidak bersalah.

Kejadiannya sudah lama berlalu. Tidak ada lagi dendam yang tersisa. Namun,sengaja saya posting ulang kembali kisah ini, agar orang bisa belajar, agar jangan pernah membiarkan diri terjebak untuk menghianati diri sendiri,apalagi sampai menghianati orang lain.

Kemayoran, 21 Januari ,2015

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun