Mohon tunggu...
Tjhen Tha
Tjhen Tha Mohon Tunggu... Insinyur - Speed, smart and smile

\r\nIa coba menjelaskan bahwa kebiasaan dalam keluarga kita selalu menggunakan nick-name atau panggilan sayang, huruf (i) didepan nama Tjhentha bukanlah arti turunan produk Apple seperti iPhone, iPad atau iPod tapi itu adalah sebutan sayang untuk orang yang dicintai. jadi huruf (i) di depan nama itu bukanlah untuk maksud pembeda gender. Tjhentha itu sendiri berasal dari dua suku kata Tjhen Tha, karena dulu belum ada huruf C maka di tulis Tj dan aslinya adalah Chen Tha yang berarti Cin-Ta.\r\niCinta dalam artian makna orang yang dicintai dalam kondisi pasif (dicintai) karena ia masih dalam kandungan. Ketika ia sudah lahir, iCinta berubah menjadi Cinta yang berubah peran jadi aktif sebagai kata kerja atau kewajiban (mencinta). Kewajiban Cinta sama derajadnya seperti kewajiban sholat, haji, puasa, zakat dll. sebagaimana dituliskan dalam Qs 42:23.\r\n“Katakanlah hai Muhammad, tidak aku pinta upah atas dakwahku kepada kalian melainkan kecintaan kalian kepada keluargaku (Ahlulbait).”\r\nOrang tuaku menyampaikan pesan dan wasiatnya dalam namaku untuk membayarkan utang mereka kepada Rasulullah yang telah mengajarkan Islam kepada mereka.\r\nSemoga aku bisa membayar hutang-hutang kami kepada Rasulullah saw dengan men-Cintai Ahlulbaitnya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Penerbangan Perdana Paska Grounded: Buton

21 April 2022   07:13 Diperbarui: 21 April 2022   07:46 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

First Flight after Grounded, 

Alhamdulillah, setelah dua tahun lebih grounded nggak boleh terbang karena Pandemi Covid19, akhirnya dapet giliran juga first-flight untuk survei PLTS ke Kabupaten Delapan Dewa di Buton Selatan. Semoga pemerintah segera mengumumkan Pandemi ini menjadi Endemi agar lebih banyak lagi kesempatan terbang kitahhhh.

Lets fly......!!!

Buton I m coming......


Semua orang-orang jaman dulu tahu kalau Pulau Buton adalah penghasil Aspal alam. Ditemukan oleh Belanda sejak diawal tahun 30an dan menjadi bagian hapalan pelanjaran geografi anak-anak sekolah. Anak-anak jaman NOW tidak lagi menghapalkannya, mereka lebih mengenal nick-name "Wakatobi".

Dari Makasar atau Kedari kita bisa terbang dengan pesawat baling-baling ke tiga airport Bau bau di Pulau Buton atau Wangi wangi dan Tomea di Kepulauan Wakatobi.

Ada Tiga alasan orang terbang ke Buton, pertama Wisata Laut Wakatobi,kedua Wisata Budaya Benteng Kesultanan Buton dan ketiga untuk Bisnis Tambang Aspal Alam Buton.

Aspal Buton merupakan salah satu dari tiga aspal alam yang ada di dunia yaitu di Trinidad (Amerika Latin) dan Iran. Aspal Buton mempunyai cadangan terbesar diantaranya dengan cadangan mencapai 666jt ton. Jika kebutuhan infrastruktur jalan pertahunnya sekitar 2jt ton maka cukup untuk pembangunan selama 300 tahun.

Walaupun cadangannya besar tapi belom ada jalan tol kita yang dibangun dengan aspal buton, sepertinya kita lebih memilih aspal residu kilang minyak yang sebagian besar berupa komponen import.

Anak-anak milineal lebih mengenal nama Wakatobi sebagai wisata taman laut walaupun sebenarnya itu hanyalah merupakan nama singkatan dari kepulauan Wangi wangi, Kadelupa, Tomia dan Binongko. Orang Belanda jaman dahulu menyebut kepulauan ini dengan Tukangbesi (blackschmit) karena kekaguman mereka banyaknya peralatan yang sudah menggunakan bahan metal.

Sistim Kelistrikan Buton saat ini ditopang oleh dua unit PLTU dan satu unit PLTGU di Bau bau, kedepan akan ada interkoneksi dengan Sulawesi Tenggara. Lingkup survei yang dilakukan oleh Program MENTARI pada kerjasama dengan pemerintah Inggris, pada tiga lokasi yaitu Lapandewa, Pasarwajo dan Kadelupa yang merupakan bagian upaya transisi energi rendah karbon untuk mencapai Net Zero Emission di tahun 2060.

Sejarah kerajaan Buton dimulai pada awal abad ke 12 dengan rajanya adalah wanita yang bernama Waa Kaa Kaa. Kerajan ini berubah menjadi Kesultanan Islam pada raja ke VI. Kesultanan Buton mempunyai konstitusi sebagaimana tercantum dalam "Martabat Tujuh" yang terdiri dewan legislatif, yudikatif dan eksekutif.

Salah satu peninggalan Kesultanan Buton adalah Benteng Bukit Wolio yang merupakan Benteng terpanjang (3km) dan terluas (3000 ha) didunia menurut MURI. Dalam sejarahnya Pelabuhan Buton juga termasuk tiga pelabuhan perdagangan terbesar dikawasan setelah Bandar Lampung dan Bandar Sribegawan.

Kerajaan Buton juga termasuk tiga kerajaan tanah air yang tidak pernah dijajah Belanda dan memilih bergabung dengan NKRI dengan berharap menjadi salah satu Daerah Istimewa setelah Aceh dan Jokjakarta.

Sedikit kisah drama Kesultanan Buton dalam percaturan sejarah kerajaan-kerajaan nusantara. Kesultanan Buton mempunyai garis kekerabatan dengan Kesultanan Johor dan Ternate. Dalam hubungan baiknya dengan Kesultanan Bugis Bone mereka menjadi tertuduh menyembunyikan Pangeran Arung Palakka yang telah memerdekakan Kesultanan Bone Bugis dari jajahan Kesultanan Gowa dan berperang melawan Sultan Hasanudin di Makassar.

Namun dengan ketinggian diplomasi bahasanya Sultan Buton berkelit dan membantah dalam sebuah sumpah bahwa tidak ada Arung Palakka dipermukaan tanah Buton. Sumpah ini dikenal dengan nama "Sumpah Pogoso", dimana rakyat buton akan menderita bibir pecah kalau ternyata mereka menyembunyikannya. Walaupun begitu Pasukan Hasanudin yang mengejarnya tetap memunggu di pulau kecil di seberang pelabuhan Bau bau (Buton) yang sekarang diberi nama Pulau Makassar.

Ada puluhan bahasa dan dialek yang digunakan suku suku Buton yang mendiami sekitar 150 pulau, tiga diantaranya adalah Bahasa Wolio, Cia Cia dan Pancana. Untuk melestraikan kepunahan bahasa Cia Cia yang belum mempunyai aksara tulis maka mulai tahun 2009 disandingkan dengan alphabet Hangul dari Korea. Oleh karena itu disana ada Kampung Korea dengan nama jalan, halte dan toko-tokonya menggunakan aksara Hangul (Korea).

Perjalanan kami ke desa Lapandewa Makmur yang letaknya diujung selatan pulau Buton melewati savana luas yang ditumbuhi rumput-rumpput liar, tampak sebagian sudah dikavling-kavling dengan pagar susunan khas batu gamping ukuran sekitar 3 ha. Konon kabarnya penduduk menanami tanah gersang ini dengan jagung.

Umumnya penduduk desa adalah nelayan disamping bertani. Dahulu jaman illegal-fishing mereka bisa menjual hasilnya ke "mother-vessel" ditengah laut untuk diseludupkan keluar.

Disamping Aspal, buton juga mempunyai hasil tambang seperti gamping untuk bahan baku semen, mangan untuk campuran besi dan nikel yang paling dicari saat ini sebagai bahan baku baterai. Ketika pesawat akan menndarat kitab isa melihat diperairan Buton tampak tongkang-tongkang hilir mudik membawa bahan tambang ke smelter terdekat.

Perencanaan pilot-project PLTS yang letaknya diujung pusat beban tampak sangat cerdas dan strategis, ini akan membantu meningkat kualitas sistim kelistrikan Buton dan sesuai dengan konsep distributed generation. Apalagi dengan recana interkoneksi sistim Sultra tahun ini akan sangat membantu peningkatan kehandalan sistim Buton.

Ketersedian suplai listrik yang cukup akan mendorong berdirinya industri-industri lokal seperti semen, baja dan smelter nikel maupun pabrik baterai dengan suplai bahan baku berlimpah.

Hal terindah dari semua itu adalah ketika pilot-project PLTS ini membuahkan hasil, desa Lapandewa yang semula menerima pasokan listrik PLTU dari Bau bau berbalik menjadi pusat pembangkit PLTS. Kavling-kavling savana rakyat berubah menjadi solar-farm yang memberikan pasif income bagi rakyat yang dapat membangkitkan 3MWp setiap kavlingnya.

Hal yang sama pada lahan paska tambang aspal alam di Pasarwajo juga dapat menjadi pusat pembangkitan puluhan atau ratusan mega watt PLTS yang dapat membalik keadaan mensuplai kebutuhhan listrik Bau bau. Sehingga rencana pembangunan PLTU baru dapat diabaikan dan secara bertahap PLTU yang ada dapat digantikan dengan energi hijau/Zero Emission.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun