Persaingan antar dua negara itupun terus berlanjut. Perancis mulai memperkenalkan teknologi energi terbarukan untuk kelistrikan di French Guiana dan Kep Barbados dengan memperkenalkan kombinasi teknologi energi terbarukan PLTS dengan teknologi Hydrogen Storage.
Inggris melalui loan ADB sempat mensupport Indonesia teknologi CCUS Project di CPP Gundih, namun dengan kearifan lokal Tim ITB project ini berubah menjadi komersial dan tidak layak mendapatkan pendanaan softloan.
Perseteruan ternyata tidak hanya terjadi antar dua negara tersebut, disini juga terjadi dalam perencanaan kelistrikan yang menghabiskan waktu dan berlarut-larut. Pertempuran terjadi terhadap tekanan untuk memasukkan energi terbarukan dan mematikan energi fosil.
Perseteruan memuncak terjadi ketika target kelistrika 35GW yang ditetapkan pakde awal pemerintahannya mulai tercapai, kemudian regulasi kesepakatan Paris tahun 2015 untuk pengunaan energi terbarukan harus diterapkan serta diperberat dengan keinginan pencapaian kesepakatan Net Zero Emission pada pertemuan di Glasgow.
Hangatnya perseteruan para penyusun kebijakan melahirkan gejolak yang bis akita ikuti di media masa. Drama perseteruan ini layaknya Drakor (drama Korea) yang berjilid-jilid. Sebagai ilustrasi, drama romantic yang lagi hits, “Hometown Cha-Cha-Cha” bercerita tentang dokter gigi cantik Shin Min-a yang pindah dari kota besar Seoul ke desa kecil di Gongjin. Gadis metropolitan modis dan ambisius berseteru dengan seorang pemuda desa yang humble dan sederhana. Perseteruan mereka menjadi sorotan dan buah bibir masyarakat desa terpencil itu.
Perseteruan adalah wajar jika dilihat dalam satu spot waktu tertentu dan kita membutuhkan frame waktu yang lebih luas untuk memberikan kesempatan kepada combating-art atau artis-artis seni yang piawai mengubah petaka menjadi berkahaan atau “blessing in disguise”.
Pada teknologi pengurangan emisi karbon melalui CCUS (Carbon Capture, Utilization and Storage), Indonesia termasuk yang terdepan diantara negara-negara kawasan. Jepang walaupun lebih dulu dengan pilot-project CCS di Tomakomai tetapi memilih proyek komersial CCUS Gundih yang ditinggalkan ADB dan memperkenalkan skema Joint Credit Mechanism (JCM) dalam trading CO2 yang berhasil ditangkap.
Inggris juga melalui perusahaan BP (British Petroleum) di Indoneesia akan menjalankan program pengurangan emisi CO2 komersial melalui proyek CCUS pada Proyek Gas Tangguh-3 di Papua.
Sebenarnya, lebih awal lagi perusahaan Amerika dari Exxon Mobile Cepu Limited diam-diam dan tanpa gembar-gembor media sudah terlebih dulu menerapkan proyek CCUS secara komersial sejak tahun 2017 pada meningkatkan produksi minyaknya atau disebut program EOR (Enhance Oil Recovery).
Di Indonesia, perseteruan Perancis dan Inggris berakhir manis dalam sebuah program yang dinamai MENTARI (Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia), pemerintah Inggris memberi dukungan perusahan Perancis HDF yang akan melistriki pulau Rote, Alor, Sumba dan Kupang di NTT yang akan menggunakan kombinasi teknologi PLTS dan Hidrogen.
electric-WAR atau perseteruan kelistrikan dalam negeri sepertinya juga akan berakhir manis dengan adanya titik cahaya terang rencana penandatangana kerjasama Indonesia-Jepang dalam bidang energi transisi untuk menerapkan teknologi menggunakan teknologi CCUS, produksi Hidrogen dan Amonia. Pemerintah Jepang menyediakan dana sekitar US$10 milyar untuk mendukung program energi transisi ini.