Mohon tunggu...
Tjhen Tha
Tjhen Tha Mohon Tunggu... Insinyur - Speed, smart and smile

\r\nIa coba menjelaskan bahwa kebiasaan dalam keluarga kita selalu menggunakan nick-name atau panggilan sayang, huruf (i) didepan nama Tjhentha bukanlah arti turunan produk Apple seperti iPhone, iPad atau iPod tapi itu adalah sebutan sayang untuk orang yang dicintai. jadi huruf (i) di depan nama itu bukanlah untuk maksud pembeda gender. Tjhentha itu sendiri berasal dari dua suku kata Tjhen Tha, karena dulu belum ada huruf C maka di tulis Tj dan aslinya adalah Chen Tha yang berarti Cin-Ta.\r\niCinta dalam artian makna orang yang dicintai dalam kondisi pasif (dicintai) karena ia masih dalam kandungan. Ketika ia sudah lahir, iCinta berubah menjadi Cinta yang berubah peran jadi aktif sebagai kata kerja atau kewajiban (mencinta). Kewajiban Cinta sama derajadnya seperti kewajiban sholat, haji, puasa, zakat dll. sebagaimana dituliskan dalam Qs 42:23.\r\n“Katakanlah hai Muhammad, tidak aku pinta upah atas dakwahku kepada kalian melainkan kecintaan kalian kepada keluargaku (Ahlulbait).”\r\nOrang tuaku menyampaikan pesan dan wasiatnya dalam namaku untuk membayarkan utang mereka kepada Rasulullah yang telah mengajarkan Islam kepada mereka.\r\nSemoga aku bisa membayar hutang-hutang kami kepada Rasulullah saw dengan men-Cintai Ahlulbaitnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Whose Puppy

7 Agustus 2021   12:17 Diperbarui: 7 Agustus 2021   23:01 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah ini diberi tema "whose puppies? my puppies! bercerita singkat penggalan perjalanan hidup yang menjelang hampir batas namun masih terus tertatih.

Sejak pandemi kebiasan atau tradisi sungkem pada orang tua menjadi sirna, setiap datang menjeguk mereka hanya lambaian tangan kaku dan hambar.

Semua berjalan lambat dan hambar, apalagi sejak awal tahun ini ibu sempat terpapar karenanya prokes dijalankan semakin ketat. Keinginan untuk memeluk dan mecium merekapun terpaksa ditahan.

Untungnya selama pandemi, pekerjaan lebih banyak dilakukan melalui online atau WFH, sehingga lebih banyak kesempatan mengunjungi mereka yang sudah semakin sepuh.

Setiap bertamu, kami diterima dihalaman depan yang dijadikan ruang tamu dadakan yang dihampar seadanya. Seperti jingle favorit jajanan kita "tahu bulat, digoreng, dadakan, limaratusan"

Orang-orang negeri seberang lebih kreatif dengan membangun korden plastik dihalamannya agar dapet memeluk orang-orang yang dirindukan dari cluster yang berbeda.

Namun semua itu tidak sepenuhnya hampa, bercengkrama dihalaman juga mempunyai keindahan tersendiri, terkadang pembicaraan terpaksa dihentikan ketika si koceng lalu lalang berteriak lantang minta dicarikan kardus untuk tempatnya melahirkan.

Tak lamapun sepasang ayam kate datang minta jatah raskin (beras mikin) hariannya walaupun mereka harus berbagi dengan burung burung gereja yang ikut mendarat.

Dalam pembicaraan ibu beberapa kali menanyakan sendal karet yang saya kenakan (sepertinya menggangu penglihatan beliau) memang sudah terlihat menipis namun masih nyaman dikenakan, walaupun sesekali harus melepas krikil tajam yag menembusnya. Iya hanya krikil kecil yang menembus dan menjatuhkan kita, kata pepatahnya.

Harga sendal ini hanya 5 Dinar Irak, namun dikeramatkan karena pernah digunakan dalam ritual arbain tahunan berjalan kaki sejauh 90km menuju altar penyebelihan (Pengorbanan Agung) cucu Nabi saw di Karbala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun