Mohon tunggu...
Tjhen Tha
Tjhen Tha Mohon Tunggu... Insinyur - Speed, smart and smile

\r\nIa coba menjelaskan bahwa kebiasaan dalam keluarga kita selalu menggunakan nick-name atau panggilan sayang, huruf (i) didepan nama Tjhentha bukanlah arti turunan produk Apple seperti iPhone, iPad atau iPod tapi itu adalah sebutan sayang untuk orang yang dicintai. jadi huruf (i) di depan nama itu bukanlah untuk maksud pembeda gender. Tjhentha itu sendiri berasal dari dua suku kata Tjhen Tha, karena dulu belum ada huruf C maka di tulis Tj dan aslinya adalah Chen Tha yang berarti Cin-Ta.\r\niCinta dalam artian makna orang yang dicintai dalam kondisi pasif (dicintai) karena ia masih dalam kandungan. Ketika ia sudah lahir, iCinta berubah menjadi Cinta yang berubah peran jadi aktif sebagai kata kerja atau kewajiban (mencinta). Kewajiban Cinta sama derajadnya seperti kewajiban sholat, haji, puasa, zakat dll. sebagaimana dituliskan dalam Qs 42:23.\r\n“Katakanlah hai Muhammad, tidak aku pinta upah atas dakwahku kepada kalian melainkan kecintaan kalian kepada keluargaku (Ahlulbait).”\r\nOrang tuaku menyampaikan pesan dan wasiatnya dalam namaku untuk membayarkan utang mereka kepada Rasulullah yang telah mengajarkan Islam kepada mereka.\r\nSemoga aku bisa membayar hutang-hutang kami kepada Rasulullah saw dengan men-Cintai Ahlulbaitnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kutukan "Batu Luwuk"

2 Juli 2019   13:58 Diperbarui: 2 Juli 2019   14:31 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kutukan Luwuk bagi pemburu batunya"

Luwuk, nama salah satu kota kabupaten di pesisir Sulawesi Tengah. Sejak merebaknya demam batu akik di nusantara, Luwuk menjadi salah satu kota tujuan perburuan para pecinta batu akik.

Batu Sojol dan Batu Candel, salah satu batu khas Sulawesi Tengah yang sedang meroket namanya. Kedua batu tersebut memberikan energi positip bagi kesehatan manusia. Batu Sojol yang berwarna hijau disebut juga batu giok asal gunung Sojol di pantai barat kabupaten Donggala. Serta Batu Candel berwarna hitam kristal yang jika tertembus cahaya akan kelihatan seperti giok kehijauan.

Salah satu cara untuk pembuktian energi positip yang dipancarkan batu Sojol, masyarakat lokal melakukan atraksi mengangkat seorang yang sedang duduk dengan menggunakan jari telunjuk disisi lipatan2 betis dan ketiaknya. Tentu saja mustahil untuk melakukannya, kemudia para peserta diminta untuk mencuci tangannya dengan air yang sudah direndam batu Sojol. Menakjubkan mereka dapat dengan mudah mengangkat orang dengan berat 80kg lebih hanya dengan jari telunjuknya.

Salah seorang pengunjung pasar batu Luwuk memberikan kesaksian, bahwa keluarganya sembuh dari sakit mata dengan menempelkan batu candel ke kelopak matanya.

Tanah Luwuk juga ditebari oleh batu galian tambang yang disebut batu Badar besi. Jenis batu Badar ini akan terikat jika didekatkan dengan magnet. Termasuk batu akik yang diminati para pemburunya untuk keindahan dan khasiatnya, batu ini juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan dan perkakas berbahan baku dari besi.

Bukan hanya sekarang ini Luwuk dikenal dengan batuannya. Malahan sejak dulu abad ke XIV Kerajaan Luwuk sudah dikenal sebagai kerajaan tertua dan paling tua di Nusantara, sebagai penghasil kerajinan peralatan perang dari besi termasuk "Pedang Luwuk", Tombak ataupun Keris.

Layaknya seperti Amerika Serikat yang saat ini sebagai penghasil dan penjual persenjataan perang terbesar didunia. Kerajaan Luwuk juga menjual persenjataan perang dari besi sampai ke Afrika Selatan. Kerajaan Majapahit yang ekspansif dan menaklukan nusantara mendapatkan peralatan perangnya dari Luwuk, sehingga dalam sejarahnya kita mengenal salah seorang pandai besi pembuat keris kerajaan Majapahit dengan nama Mpu Luwuk. Tidak seperti Amerika yang berlagak seperti polisi dunia dan malah menciptakan perang di seluruh pelosok/penjuru dunia, Kerajaan Luwuk menunjukkan kemampuan diplomasi dengan membina hubungan harmonis melalui bisnis yang baik dengan Kerajaan Majapahit.

Pak Supir yang mengantarkan kami berkeliling di sekitar Luwuk, berbagi cerita pengalamannya mendampingi tamu dari Madura dalam berburu batu akik khas Luwuk. Sang tamu tampak begitu antusias berkeliling dan mengumpulkan berbagai macam batu yang terdapat di daerah itu. Asyik memilih batu2 istimewa, ia menghubungi para kerabatanya di kampung sambil mengirimkan gambar-gambar keindahan batu tersebut. Tanpa disadarinya ia menghabiskan semua uangnya untuk berbelanja batu. Hanya tiket pesawat kembali yang tersisa ditangannya, ia-pun di gelandang ke bandara menuju kampungnya.

Saya berbisik kepada teman, agar menunda agenda berburu batu sampai waktu terakhir, agar kutukan yang terjadi pada tamu Madura itu tidak terulang kepada kami.

Kami memutuskan pergi ke pantai, Pantai Luwuk termasuk 5 tempat terindah, setelah Raja Ampat dan Mataram. Disepanjang pantai banyak orang menjajakan panganan khas pisang goreng dengan racikan sambal. Pisang muda LOWE ini hanya enak digoreng ketika masih muda, karena pisang yang tua berasa masam.

Kuliner utama kota pesisir seperti Luwuk adalah ikan bakar yang segar langsung didapat dari nelayan. Kakap Merah dengan bumbu rica-rica membuat mulut berdesisss.

Agenda penutup perjalanan adalah berburu batu di pasar Luwuk yang bertahan sampai larut malam. Suasana hangat dan ramah para pedangang khas budaya nusantara. Sesama pengunjung berbagi pengalaman dan penilaian cara memilih batu yang baik. Hampir semua batu jenis lokal tersedia dengan harga terjangkau, ditambah pasokan dari daerah sekitar (Indonesia Timur) dan batu-batuan dari dalam laut atau karang juga tersedia.

Setelah bertahan untuk "window shoping" dalam satu putaran, kami melanjutkan putaran kedua dengan "strategy buy and bargain". Menarik pada putaran kedua ini, para pedangan malah menawarkan "big discount" tanpa diminta, sebagiannya menawarkan "ekstra bonus". Small accident terjadi pada "batu hajar jahanam" kegagalan transaksi disebabkan originalitas.

Puncak transaksi terjadi ketika seorang pedagang mengelar batunya yang baru datang dari laut, karang merah Marjan, kami terjebak dalam "panic buying" ketika si pedang berusaha menaikan penawarannya. Inilah kutukan berulang, "we lost" untuk Marjan Merah yang masih basah dan amis.

Kutukan tidak bisa ditolak, Keberuntungan diraih. Kami pulang dengan rasa bahagia dengan menenteng batu marjan setengah meter dengan rasa kemenangan, walaupun harus ditebus habis-habisan.

Paginya, kami meninggalkan Luwuk dengan kutukan dan kemenangan. Tamu Madura dengan berbangga mengatakan kepada pak Sopir, mungkin saya kalah dan kehabisan bekal disini tapi kerabat yang menyambutnya menjanjikan keuntungan 4 kali lipatnya.  

Keberuntungan mendapatkan batu Marjan melampaui kutukanya. Di Luwuk hanya kaum Hindu yang banyak dari transmigran Bali dan kaum Muslimin pecinta Ahlulbait yang berburu Marjan. Kaum Hindu telah menggunakan perhiasan berbahan batu Marjan sejak 4000 tahun sebelum Masehi sebagai ritual dan keyakinannya. Kaum Muslimin meyakini dalam surat ar-Rahman disebutkan keindahan putihnya mutiara dan merahnya marjan dari dalam laut sebagai perwujudan cucu terkasih Rasulullah saw, Hasan dan Husain.

Dari Bandara Soekarno Hatta, pak Sopir Taksi mengeluhkan beratnya lalulintas Jakarta hari ini, tadi pagi dia membutuhkan waktu 3 jam untuk mengantarkan tamu ke semanggi. Namun dia begitu terkejut melihat kenyataan bahwa tidak sampai satu jam kami sudah di Bekasi. Dengan sedikit tersenyum dan bergumam dalam hati, kalo saja dia tahu ada batu Sojol didalam tas kami yang membuat seakan ringan perjalanan ini.

533ND

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun