Kuliner utama kota pesisir seperti Luwuk adalah ikan bakar yang segar langsung didapat dari nelayan. Kakap Merah dengan bumbu rica-rica membuat mulut berdesisss.
Agenda penutup perjalanan adalah berburu batu di pasar Luwuk yang bertahan sampai larut malam. Suasana hangat dan ramah para pedangang khas budaya nusantara. Sesama pengunjung berbagi pengalaman dan penilaian cara memilih batu yang baik. Hampir semua batu jenis lokal tersedia dengan harga terjangkau, ditambah pasokan dari daerah sekitar (Indonesia Timur) dan batu-batuan dari dalam laut atau karang juga tersedia.
Setelah bertahan untuk "window shoping" dalam satu putaran, kami melanjutkan putaran kedua dengan "strategy buy and bargain". Menarik pada putaran kedua ini, para pedangan malah menawarkan "big discount" tanpa diminta, sebagiannya menawarkan "ekstra bonus". Small accident terjadi pada "batu hajar jahanam" kegagalan transaksi disebabkan originalitas.
Puncak transaksi terjadi ketika seorang pedagang mengelar batunya yang baru datang dari laut, karang merah Marjan, kami terjebak dalam "panic buying" ketika si pedang berusaha menaikan penawarannya. Inilah kutukan berulang, "we lost" untuk Marjan Merah yang masih basah dan amis.
Kutukan tidak bisa ditolak, Keberuntungan diraih. Kami pulang dengan rasa bahagia dengan menenteng batu marjan setengah meter dengan rasa kemenangan, walaupun harus ditebus habis-habisan.
Paginya, kami meninggalkan Luwuk dengan kutukan dan kemenangan. Tamu Madura dengan berbangga mengatakan kepada pak Sopir, mungkin saya kalah dan kehabisan bekal disini tapi kerabat yang menyambutnya menjanjikan keuntungan 4 kali lipatnya.
Keberuntungan mendapatkan batu Marjan melampaui kutukanya. Di Luwuk hanya kaum Hindu yang banyak dari transmigran Bali dan kaum Muslimin pecinta Ahlulbait yang berburu Marjan. Kaum Hindu telah menggunakan perhiasan berbahan batu Marjan sejak 4000 tahun sebelum Masehi sebagai ritual dan keyakinannya. Kaum Muslimin meyakini dalam surat ar-Rahman disebutkan keindahan putihnya mutiara dan merahnya marjan dari dalam laut sebagai perwujudan cucu terkasih Rasulullah saw, Hasan dan Husain.
Dari Bandara Soekarno Hatta, pak Sopir Taksi mengeluhkan beratnya lalulintas Jakarta hari ini, tadi pagi dia membutuhkan waktu 3 jam untuk mengantarkan tamu ke semanggi. Namun dia begitu terkejut melihat kenyataan bahwa tidak sampai satu jam kami sudah di Bekasi. Dengan sedikit tersenyum dan bergumam dalam hati, kalo saja dia tahu ada batu Sojol didalam tas kami yang membuat seakan ringan perjalanan ini.
533ND