Menangkap Angin di Negrinya Jollibee - Manila TripSebagian orang mengatakan "kesempatan itu tidak datang dua kali", namun ternyata dia datang untuk yang kedua kali. Undangan seminar dari Asean Development Bank (ADB) untuk berbicara mengenai Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di Manila adalah yang kedua setelah Guangdong-China.
Beberapa kolega yang ditawarkan untuk berpartisipasi tampak tidak berminat dengan berbagai alasan, apalagi dengan tema yang diusung membuat kening berkerut kencang dan kota destinasi sesama negara berkembang, sesama semrautnya.
Namun, terkadang kita perlu keluar dari rutinitas sebentar untuk mendapat semangat baru dengan melakukan sebuah perjalanan singkat. Yeey...Grab!!! a Manila-trip".
Pertama yang harus dipersiapkan sebelum berangkat adalah bahan-bahan presentasi dan diskusi untuk bisa duduk sejajar dengan partisipan dari berbagai negara.
CCUS merupakan bagian upaya masyarakat dunia mengatasi pemanasan global akibat efek rumah kaca yang dituangkan dalam Paris-Agreement.
Dalam perjanjian tersebut disepakati untuk menurunkan suhu permukaan bumi sebesar dua derajat agar dapat mengurangi mencairnya gunung es dikutub yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut dengan cara mengurangi emisi gas CO2 yang menyebabkan efek rumah kaca.
Persiapan selanjutnya adalah menyusun "things to do in Manila" berisi tempat-tempat tujuan wisata para turis yang dan tempat wisata kuliner yang banyak didapat dari trip-advisor, akan tetapi khusus untuk destinasi Manila sepertinya yang harus lebih dulu dicari adalah halal food restoran.
Ternyata penerbangan dari Jakarta ke Manila hanya dilayani oleh maskapai Philipine, baik flag carrier maupun yang lowcostnya. Sepertinya maskapai kita tidak begitu tertarik untuk terbang ke negerinya Imelda Marcos ini.
Mengalami keterlambatan sekitar satu jam, penerbangan malam inipun berubah menjadi penerbangan larut malam.
Menjadikan perjalanan ini menarik memang merupakan suatu tantangan tersendiri, terutama karena destinasi sesama negara berkembang sekawasan.
Terbangun ketika cabin-crew menginstruksikan seat-adjustmen untuk persiapan pendaratan dipagi yang ceria. Pesawat melakukan right-manuver menampakkan gedung-gedung dan bangunan begitu mendekati kota Manila.
Terkesima ketika memperhatikan atap-atap gedung yang rapi, warna warni dibelah oleh blok-blok jalan teratur seperti potongan koktail buah yang indah dan segar.
Lebih dalam lagi kalau kita perhatikan, atap-atap gedung yang berwarna warni tersebut seperti sedang berebut tempat dengan kanopi pohon yang menutupinya. Pemandangan dari atas terlihat seperti kota yang sedang diserang dan ditutupi belukar. Menakjubkan......!!!! Amazing.....!!!
Karena hari ini belum ada seminar yang terjadwal untuk kami, maka sesampainya di hotel kami putuskan untuk istirahat dan bertemu kembali saat makan malam.
Seminar Asean Energy Forum ini merupakan acara tahunan yang diselengarakan ADB di kantor pusatnya di Manila.
Bagi pendatang perlu sedikit tahu mengenai sejarah dan kisah pemilihan Manila sebagai kantor pusat ADB.
Pada akhir tahun 1966, tiga puluh satu negara bersepakat untuk membentuk Bank yang akan membantu pengembangan negara-negara di Asia, yang disebut Asean Development Bank.
Jepang sebagai salah satu negara penyumbang modal terbesar termasuk kandidat utama sebagai tempat kantor pusat ADB. Namun setelah dilakukan beberapa kali voting ternyata Jepang dikalahkan oleh Philipina, negara dengan setoran modal yang relatif kecil. Hal ini terjadi tidak lepas dari kepiawaian lobby Imelda Marcos sebagai Ibu Negara saat itu.
Wikipedia mencatat kekalahan ini suatu rasa kekecewaan yang mendalam karena Tokyo berharap menjadi pusat ADB. Sebagai kompensasinya kekecewaan tersebut Jepang mempertahankan posisi jabatan Presiden ADB selama 9 periode sampai sekarang.
Ketika hari menjelang sore ditemani dengan rasa lapar, sementara janji makan malam masih beberapa jam kedepan. Mencari Warteg (warung tegal) sekitar hotel merupakan solusi terbaik saat itu.
Berjalan keluar hotel, sambil melihat ke kanan dan kiri menentukan arah yang dituju, sepertinya diseberang ada food-court, hanya saja harus menyebrang melalui jembatan penyebrangan di pojok kanan.
Ternyata dengan sedikit berbelok kekiri sudah ketemu fast-food restoran, dengan menu yang mirip McD, KFC atau A&W dengan cita rasa lokal, Jollibee restoran. Hampir disetiap sudut kota Manila kita dapat menemukan restoran ini, terkadang mereka berani bersaing "head to head" dengan fast food jaringan internasional.
Jollibee adalah salah satu success-story dari Manila yang mendunia. Restoran ini bermula merupakan usaha keluarga yang menjual es krim di pantai teluk manila. Sejalan perkembanganya mulai menambah menunya menjual hamberger, sosis, spaghety dan ayam, kemudian gerainya mulai merambah ke pelosok negeri.
Saat ini restoran Jollibee sudah merambah ke mancanegara dan merubah pemiliknya yang semula merupakan keluarga imigran miskin kemudian menjadi konglomerat yang kaya raya.
Seminar ini bertujuan memperkenalkan teknologi CCUS sebagai solusi terbaik ketiga untuk mengatasi efek rumah kaca setelah energi efisiensi dan renewable energi. Mereka menamainya "Asia Wakes Up to CCUS".
Dalam seminar diperkenalkan bagaimana teknologi CCUS digunakan untuk menangkap CO2 kemudian menyimpannya kedalam tanah sebagai bagian "Geologi Solution".
Salah seorang expert memperkenalkan bioteknologi pada CCUS dengan membiakkan bakteri yang telah dirubah perilaku dan selera makannya untuk melahap limbah plastik menjadi bahan baku yang bermanfaat.
Senyawa kimia dan fisika juga menyumbang kontribusi terhadap perkembangan teknologi CCUS agar CO2 dapat ditangkap dan dimanfaatkan kembali.
Pada panel diskusi "Jump Starting of deployment of CCUS" diharapkan peserta seminar diharapkan sekembalinya nanti dapat memacu penerapan teknologi CCUS dinegaranya masing-masing.
Untuk Asia, Indonesia termasuk memimpin dalam pengetahuan dan persiapan penerapan CCUS sejak 6 tahun yang lalu, namun kemudian secara tiba-tiba China menyusul yang dalam dua tahun sudah berhasil membangun demonstration plannya.
Dalam diskusi tersebut kami sampaikan bahwa Indonesia tidak perlu melakukan "Jump Start" atau "Leap Froging" dalam action plan CCUS tetapi Indonesia sudah dalam posisi "Run & Run" seperti lagunya Debbie Gibson dalam album Electric Youth. Sejak akhir tahun 2015 pada "Banyu Urip Oil Field", kita sudah menggunakan teknologi "CCUS for EOR".
Berdasarkan pengamatan, sedikit sekali wakil dari Philipina yang tampil dalam seminar ini, semoga ini tidak menjadikannya asing dinegerinya sendiri.
Dari komposisi pegawai, sebenarnya dua pertiga dari staf ADB diisi olehstaf lokal dan merupakan salah satu keuntungan bagi Manila sebagai Headquarter ADB.
Indonesia sebagai lima besar penyetor dana ke ADB, mestinya masih mempunyai kuota untuk menambah jumlah staf lokalnya.
Walaupun langkah awal kita sudah menunjukkan arah yang positif dengan menempatkan wakil Indonesia pada posisi Vice President selama dua periode ini, akan tetapi kita tetap berharap Pemerintah Indonesia dapat melobby Pemerintah Jepang untuk menyerahkan tongkat estafet Jabatan President pada periode kesepuluh nanti yang jatuh pada akhir tahun 2019 kepada Indonesia.
Untuk menuju food-court yang berada di seberang hotel, kami harus melalui jembatan penyeberangan yang berda di sudut jalan. Semestinya tampak biasa biasa saja dan tidak ada yang istimewa pada bangunanya.
Tidak kelihatan seperti "the most expensive pedestrian bridge" yang ada di Jakarta atau "the most luxuries pedestrian bridge" seperti di Teheran, tetapi kelihatan lebih natural dan bersahabat.
Sisi kanan pada tangganya ada jalur untuk dilalui ban sepeda dan disisi kanan dan kiri dipenuhi tanaman yang terawat dengan baik.
Sepertinya kota ini mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan. Sudah tidak menggunakan bungkus plastik untuk bungkus belanjaan melainkan dengan kertas daur ulang.
Sebulan yang lalu Dewan perwakilan Rakyatnya baru saja mengesahkan undang-undang yang mengharuskan setiap kelulusan siswa menanam sepuluh batang pohon.
Untuk itu Departemen Pendidikan diwajibkan menentukan jenis tanaman yang boleh ditanam dan tempat yang akan ditanam, kemudian Departemen Pertanian bertugas merawat dan mengawasinya.
Jika dalam satu tahun ada dua belas juta pelajar lulusan SD, lima juta pelajar lulusan SMA dan lima ratus ribu lulusan Universitas, maka diperkirakan setiap tahunnya ada 175 juta pohon yang ditanam dan dalam satu generasi akan ada 525 miliar pohon baru yang ditanam.
Walaupun terkesan terkucilkan dalam kancah pengembangan wacana penerapan state of the art technology CCUS, diam-diam Manila sudah melangkah jauh menerapkan "CCUS by The Tree". Dengan menanam jutaan pohon dalam jangka waktu yang panjang, maka pohon-pohon tersebut juga berfungsi menjadi menangkap jutaan ton CO2 dari udara, kemudian melakukan proses photosintetis dan mengembalikannya berupa udara bersih yang kita butuhkan.
Ibaratnya suatu lomba balapan Formula Satu (F1) yang bergengsi, Manila memulai balapannya tidak dari front-row atau lintasan balap, akan tetapi mereka memulainya dari pit-lane (lintasan garasi) namun mereka tampil kompetitif dan dapat mencapai podium Juara.
Salamat Po.....!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H