Mohon tunggu...
Tjhen Tha
Tjhen Tha Mohon Tunggu... Insinyur - Speed, smart and smile

\r\nIa coba menjelaskan bahwa kebiasaan dalam keluarga kita selalu menggunakan nick-name atau panggilan sayang, huruf (i) didepan nama Tjhentha bukanlah arti turunan produk Apple seperti iPhone, iPad atau iPod tapi itu adalah sebutan sayang untuk orang yang dicintai. jadi huruf (i) di depan nama itu bukanlah untuk maksud pembeda gender. Tjhentha itu sendiri berasal dari dua suku kata Tjhen Tha, karena dulu belum ada huruf C maka di tulis Tj dan aslinya adalah Chen Tha yang berarti Cin-Ta.\r\niCinta dalam artian makna orang yang dicintai dalam kondisi pasif (dicintai) karena ia masih dalam kandungan. Ketika ia sudah lahir, iCinta berubah menjadi Cinta yang berubah peran jadi aktif sebagai kata kerja atau kewajiban (mencinta). Kewajiban Cinta sama derajadnya seperti kewajiban sholat, haji, puasa, zakat dll. sebagaimana dituliskan dalam Qs 42:23.\r\n“Katakanlah hai Muhammad, tidak aku pinta upah atas dakwahku kepada kalian melainkan kecintaan kalian kepada keluargaku (Ahlulbait).”\r\nOrang tuaku menyampaikan pesan dan wasiatnya dalam namaku untuk membayarkan utang mereka kepada Rasulullah yang telah mengajarkan Islam kepada mereka.\r\nSemoga aku bisa membayar hutang-hutang kami kepada Rasulullah saw dengan men-Cintai Ahlulbaitnya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kantung Sendal

10 Juni 2018   10:35 Diperbarui: 10 Juni 2018   11:17 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap peziarah Imam Reza as yang akan masuk kedalam harom disediakan kantung plastik untuk sendal. Kantung tersebut dapat dititipkan pada wali-amanat didepan pintu gerbang.

Para penjaga sepatu para peziarah tersebut adalah para pekerja sukarela yang harus mendaftar berbulan-bulan untuk mendapat gilirian berkhidmat kepada para peziarah Imam Reza as. Banyak diantara mereka ada para profesional seperti dokter, engineer, pedagang atau pejabat pemerintah. Mereka berebut mendapatkan berkah dengan melayani para peziarah.

Pagi ini, tanpa menitip sendal pada wali-amanat, saya langsung menyelonong kedalam sambil menenteng kantung sendal. Mencari posisi terdekat dengan zarih Imam Reza as untuk melakukan sholat hadiah kepada Rasulullah, Imam Reza dan Imam Mahdi as semoga mendapatkan izin berziarah kepada beliau.Diantara para ziarah yang membaca doa-doa ziarah, saya bergeser dan menyempil bersama kantung sendal untuk mendapatkan posisi yang sedikit lebih baik untuk membacakan daftar titipan doa dan salam dari temen dan keluarga untuk disampaikan kepada Imam Reza as.

Selesai menyampaikan salam dari para karib-kerabat, waktunya untuk bertabaruk ke zarih-makam beliau untuk menyentuh dan melakukan kontak fisik dengan bagunan pelindung makam. Sebelum masuk gerbang pelataran halaman masjid, para peziarah diminta untuk membaca doa ziarah dan membaca adab berziarah. Salah satu adab adalah merendahkan diri dan berlaku sopan dihadapan Imam, merendahkan suara.

Memandang makan dengan rasa sendu yang menyerang, sambil mengucapkan sholawat, bersabar dalam desakan mendekatin zorikh makam. Tangan berusaha mengapai walau sulit menjangkau. Ingin berlama-lama dan kenyamanan berada disekitar makam Imam as, semoga keberadanku tidak menggangu para peziarah lain yang juga ingin mendekat. Akhirnya diri ini menempel didinding makam dengan ribuan rasa haru dan rindunya kami dari negeri yang jauh yang sangat sulit menjangkau makam Imam kami. Wahai Imam kami terimalah ziarah dan salam kami dan kerabat dari tanah air yang jauh, semoga setiap kami di berikan kesempatan berziarah kepada Iman kami tercinta.

Airmata yang jatuh bagi sebagian orang sebagai tanda Imam as berkenan atas kehadiran kita ke makam beliau, semoga beliau menerima ziarah kami ini. Amin YRA.

Dengan berjalan mundur tanpa membelakangi dan tanpa punggung bermohon izin meninggalkan tempat beliau. Berpamitan dengan beliau dengan mencium bingkai pintu maqam beliau.

Betapa leganya hati ini setelah perjalanan jauh, ribuan kilometer akhir bisa berziarah bertemu Imam kami, Imam yang selalu ridho kepada pecintanya.

Tak terasa diri ini sudah berada diluar pekarangan lingkungan masjid. Sesaat ketika berpapasan dengan tabung tempat menaruh bekas kantung plastik untuk sendal, tersadar kalau sendal yang dibawa sudah tertinggal didalam.

Astagfirullah, mengapa ini sampai terlupa, melengang santai tanpa beban. Teringat kantung sendal tertinggal pada sholat sunah hadiah kepada junjungan Nabi saw dan para Aimah as. Sambil berbegas kembali kedalam, sambil memanggil-manggil Imam Reza....Imam Reza.....Imam Reza...semoga kantung sendal belum dibuang oleh penjaga kebersihan.

Ternyata benar, kantung sendal sudah tidak ada diposisi tempat sholat tadi, keikhalasan dan pengorbanan dalam berziarah harus kita teguhkan dalam hati ini, walaupun hanya untuk sepasang sendal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun