Basrah merupakan salah satu propinsi di Irak yang letaknya sekitar enam ratus kilometer arah selatan dari kota Karbala. Berpenduduk hanya sekitar empat juta jiwa atau sekitar sepuluh persen dari total penduduk Irak. Merupakan wilayah Irak satu-satunya yang terhubung dengan laut atau kota pelabuhan.
Dalam prosesi Arbain Walk tahun-ketahun, banyak kisah-kisah tauladan yang mengalir dari militansi cinta rakyat Barah kepada Aba Abdilah Husein as.
Pada masa pemerintahan Diktator Sadam, banyak dari peziarah Aba Abdilah Husein as yang ditangkap dan disiksa. Peziarah dari Basrah punya kisah cerdik mengelabui polisi dan tentra pengawas dengan mendorong mobilnya seolah-olah sedang mogok sampai ke Karbala.
Tahun sebelumnya kami sempat bertemu dengan pemuda dari Basrah yang berjalan kaki, terlihat kakinya terluka namun ia hanya menjahit tumit kakiya yang merekah dengan benang dan kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke Karbala.
Seorang pengusaha kapal dari Basrah menghabiskan dana hampir 2jt dolar selama musim Arbain Walk untuk menjamu para tetamu Aba Abdilah Husein as. Bersama para keluarganya mereka menyediakan makan, minum, penginapan dan kebutuhan para peziarah siang dan malam di maukib mereka ditiang 1171.
Seperti tahun sebelumnya, istirahat malam pertama kami lakukan di maukib tiang 595. Kami menginap dirumah penduduk yang dijadikan maukib, tuan rumah menyiapkan tempat istirahat, kasur, selimut dan makan malam. Karena tahun ini rombongan kami menjadi relatif besar maka dibagi dua kelompok, sebagian menempati/memberkati rumahnya yang baru. Kami tidak tahu pasti apa karena keberkahan menjamu tamu Aba Abdillah Husein as menyebabkan aset mereka bertambah, mungkin perlu testimoni khusus untuk ini.
Dalam perjalanan kembali setelah Arbain Walk, kami sempat terdampar untuk waktu yang lama di terminal bis Karbala. Menjelang Dzuhur, kami dipersilahkan beristirahat di suatu Maukib sambil menunggu waktu.
Ternyata shohibul bait/tuan rumah sedang mempersiapkan makan siang dan teh panas bagi para peziarah yang lewat dan mempersilahkan kami berbaur menikmati hidangannya.
Ustadz Makmun salah satu peziarah kami terlihat dalam percakapan serius dengan shohibul bait. Ternyata pemilik maukib ini berprofesi sebagai seorang sopir kontainer dari Basrah.
Sebulan menjelang prosesi Arbain Walk beliau sudah mengambil cuti dari kantornya, mengemas peralatan masak, tenda, kasur, selimut dan semua kebutuhan para peziarah mereka masukkan dalam truck containernya dan menuju Karbala.
Setiap hari mereka memasak dan menyediakan kebutuhan para peziarah dari pagi, siang, sore dan malam selama sebulan. Ia dibantu oleh para keluarga, saudara dan kerabatnya.