Mohon tunggu...
Tjatur Piet
Tjatur Piet Mohon Tunggu... Swasta -

Saya biker...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Om Tè Hok... "Ditungguu..!!"

4 Juni 2014   10:25 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:26 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama lengkapnya ataupun apakah itu nama aslinya saya tidak tahu, kami hanya memanggil dia Om Te Hok, badanya gemuk bunder, kulitnya putih tapi karena sering ditimpa sinar matahari menjadi agak kecoklatan, kepalanya nyaris plontos tinggal rambut tipisnya masih tumbuh di sebelah kanan, kiri dan bagian belakang, dan tentu saja matanya sipit karena memang (maaf) keturunan china.

Dia dan keluarganya adalah tetangga samping kanan rumah terpisah 2 rumah, diantara kami beliau yang termasuk penghuni awal di komplek perumahan ini.

Seperti warga keturunan, pekerjaannya berdagang, dia pemasok barang-barang yang berbau plastik ke warung-warung di kota kami bahkan sampai ke pinggiran kota tetangga, sementara di rumahnya sebagian dijadikan warung kelontong dan penjaganya adalah isteri dan ke 3 anak2 nya, kalau masalah keuletan memang keluarga OmTe Hok patut diacungi jempol, termasuk ketaatannya bersembahyang di gereja...kadang saya merasa kalah untuk urusan itu.

Setiap malam minggu, saya bersama dia dan 2 orang tetangga lainnya selalu berkumpul di pinggir jalan depan rumanya, seperti biasa kami bermain gaple mulai jam 9 malam kadang sampai dini hari... kode unik undangan untuk berkumpul disampaikan via sms isinya cuma "DITUNGGU..!!"  maka tidak sampai 10 menit kami sudah berkumpul... suasana sangat menyenangkan karena bermain sambil diselingi cerita dan canda tawa termasuk saling meledek apabila ada yang kalah... termasuk saya... selingan yang menyegarkan setelah seminggu penuh bekerja.

Entah mengapa kadang saya sering mendapat pertanyaan unik yang sampai saya sendiri hanya bisa menjawab sebisanya atau kadang cuma diam atau senyum atau tertawa atau karena memang pertanyaanya seputar agama yang saya anut yaitu Islam..

Pernah dia bertanya, kenapa dalam Islam berdzikir sebanyak 33 kali ? Kok sama Tuhan pake hitung-hitungan ? atau dia bertanya doa yang dibaca Imam apakah saya mengerti ?? Kalau tidak ngerti kok langsung bilang Ammiinn ?? Hehehe... saya jawab setahu saya... saya tidak merasa tersinggung atas pertanyaannya itu tapi saya resapi dan ambil positif karena ketika saya tidak bisa menjawab artinya harus ada yang saya pelajari...

Terakhir saya bertemu 2 atau 3 tahun lalu, karena saya pindah tugas ke Bali,  kondisinya sungguh menyedihkan, dia terkena stroke berat sehingga selain tidak bisa bergerak juga tidak bisa berbicara... dan kemarin saya dengar dia kembali kepada Tuhannya...

Selamat jalan Om Te Hok, terimakasih atas keakraban dan sharing ilmunya... Semoga Tuhan memberikan tempat yang layak untukmu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun