Kartu debit berjumlah 91,14% dari jumlah kartu bank yang telah diterbitkan di China.
Orang China jauh lebih suka pakai HP untuk pembayaran apa pun
Di China, terutama di perkotaan, sulit membayar transaksi kita lewat kartu kredit kecuali kalau di tempat-tempat mewah, yang umumnya untuk orang dan turis asing. Mayoritas orang China bertransaksi lewat HP masing-masing, yang mencakup pembayaran kepada sopir taksi, tukang cukur, pedagang di pinggir jalan, Â dengan menggunakan wahana Alipay atau WeChat Pay, yang menguasai 90% pasar transaksi lewat HP di sana.
Cara pembayaran elektronik ini cocok sekali dengan keadaan kita saat ini, yaitu contactless (menghindarkan persentuhan) dengan uang kerta maupun koin.
Perbankan Barat takut kedatangan Alipay dan WeChat Pay ke Negeri Barat
Karena itu, perbankan  di negeri-negeri lain, terutama AS, takut dengan kedatangan Alipay dkk karena perbankan AS nanti mungkin bisa hanya menjadi kreditur usaha dan pribadi yang berjumlah besar saja. Para pemegang saham dan direksi KK Visa, MasterCard, Amex dkk plus perbankan dan lembaga keuangan penerbit KK pasti sudah mulai susah tidur karena khawatir kehilangan komisi sekitar USD 30 miliar (IDR 450 triliun) per tahun dari transaksi lewat KK. Tahun lalu, Bloomberg menyiarkan videonya yang berjudul "U.S. Banks are terrified of Chinese Payment Apps (Bank-Bank AS takut sekali dengan Aplikasi-Aplikasi Pembayaran China)"
Saat ini, cek masih dominan dalam transaksi pembayaran bisnis, gaji dll. Selebihnya lewat kartu kredit. Bangsa AS terkenal dengan gaya hidup yang "berstandar tinggi," tetapi penghasilan mereka tidak mampu menutupi biaya gaya hidup itu. Akibatnya, Â hidup mereka bagaikan "lebih besar pasak daripada tiang."Â
Karena itu, jumlah utang KK rakyat AS sudah berjumlah sekitar USD 1,2 triliun (IDR 18.000 triliun) per akhir 2019. Jadi, setiap keluarga AS berutang KK sekitar USD 10.000 (IDR 150 juta). Karena pandemi, jumlahnya akan naik pesat tahun 2020 ini dan akan terjadi banyak gagal bayar atau tunggakan untuk berbulan-bulan karena ada sekitar 40 juta orang menganggur di AS saat ini saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H