Mohon tunggu...
Tjan Sie Tek
Tjan Sie Tek Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengusaha, Konsultan, Penerjemah Tersumpah

CEO, Center for New Indonesia; Sworn Translator, member The Indonesian Translators Association (Ind. HPI)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Salah Satu Kunci Sukses Denmark Adalah Guru yang Humanis, Berbakti dan "Passionate"

20 Januari 2018   14:06 Diperbarui: 11 September 2018   08:14 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Denmark adalah salah satu negeri paling makmur di dunia (GDP per kapita: USD 53.417 pada 2016: Indonesia: USD 3.800) dan dengan tingkat korupsi paling rendah di antara 176 buah negeri, dengan angka 90, alias paling bersih di antara 176 negeri tersebut (angka 100 berarti nol korupsi dan angka nol berarti 100% korupsi),  menurut Indeks Persepsi Korupsi tahun 2016 yang diterbitkan oleh Transparency International.

Sebagai perbandingan, pada tahun yang sama, Finlandia berperingkat 2 dengan angka 89 dan Inggeris Raya berperingkat 10 dengan angka 80. Untuk peringkat selengkapnya, silakan kunjungi www.transparency.org/cpl.

Sebagian Faktor Sukses Denmark

Saya mulai kenal langsung dengan beberapa keluarga, eksekutif bisnis maupun pejabat dari Skandinavia: Denmark, Norwegia, Finlandia dan Swedia, sekitar tahun 1986, atau 32 tahun lalu.

Cerita mereka yang dari Denmark:

Mayoritas guru dan dosen adalah orang-orang yang bercita-cita menjadi pendidik dengan passion (perasaan atau keinginan yang kuat) sehingga berperan sangat penting dalam menjadikan Denmark yang saat ini dikenal sebagai bangsa yang humanis, jujur, bersih, dan ber-etos kerja yang mengagumkan.

Menurut hasil penilitian Hans Dorf, Nick Pratt & Ulrike Hohmann (Compare: a Journal of Comparative and International Education, Volume 44, 2014, Issue 2: 566-586), para guru di Denmark mengutamakan wacana humanis yang demokratis sedangkan guru di Inggeris lebih menekankan keterampilan terapan.

Hasil penelitian oleh Erik Mygrind & Thomas B. Randrup (International Journal of Primary, Elementary and Early Years Education, Volume 37, 2009, Issue 1: 29-44) menunjukkan bahwa  pada dekade belakangan ini semakin banyak sekolah di Denmark menerapkan metode pendidikan "hari belajar di luar ruang" yang dimotori oleh gerakan akar rumput para guru yang berbakti. Metode pendidikan itu, yang disebut sebagai udeskole dalam bahasa Denmark, mewajibkan pendidikan di luar ruang dan pembelajaran yang menekankan pengalaman, sekali per minggu atau per dua minggu,  bagi anak-anak didik yang berusia 7-16 tahun.

Sebagai perbandingan, anak-anak sekolah di Finlandia tidak diberi PR.

Prestasi Anak-anak Sekolah Denmark Usia 15 tahun di Uji PISA (Sains, Baca dan Matematika):

2003: Finlandia: 1; Denmark: 13; Indonesia: 40

2006: Finlandia: 1; Inggeris Raya: 14; Denmark: 24; Indonesia: 51

2012: Finlandia: 12; Denmark: 22; Inggeris Raya: 26; Indonesia: 68

2015: 1. Singapura; 2. Jepang; 3. Estonia, 4 China Taipei, 5. Finlandia, 6.  Makao China; 7. Kanada; 8. Vietnam, 9. Hong Kong China, 10. B-S-J-G  China; 11. Korea Selatan; 12. Selandia Baru, 13. Slovenia, 14. Australia, 15. Inggeris, 16. Jerman, 20-21. Belgia dan Denmark, 25. Amerika Serikat; 62. Indonesia. (PISA 2015 Results in Focus)

Silakan share dengan semua teman. Semoga bermanfaat.

Kembali ke Rahasia Sukses Pendidikan di Singapura, Korea dan Finlandia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun