Di Jawa, seksualitas juga menjadi simbolisasi religiusitas. Pada peradaban Jawa Kuna dikenal pemujaan lingga dan yoni yang sebetulnya merupakan representasi genitalia.Â
Lingga merupakan representasi genital laki-laki sedangkan yoni merupakan representasi genital perempuan. Lingga dan yoni ini menjadi simbol perwujudan dewa tertinggi Shiwa dan istrinya, Dewi Parwati.Â
Kedua bentuk ini juga dianggap sebagai lambang kesuburan. Dengan demikian symbol genitalia sebagai bagian seksualitas dapat dipresentasikan sebagai kesucian.
Seks karena bagian dari sebuah wilayah yang suci, maka demikian  privacy sehingga dipandang pula sebagai sesuatu yang tabu untuk  diumbar. Seks pantang dibicarakan dimuka umum.Â
Bahkan ada anggapan dogmatis bahwa seseorang yang membicarakan aktivitas seks, sama persisnya seperti setan perempuan dan setan laki-laki yang berhubungan intim dan ditonton oleh orang banyak.
Namun, dalam perkembangan berikutnya, ternyata seks tak mampu mengelak dari cakupan-cakupan eksternal. Foucault, jauh-jauh hari menegaskan bahwa seksualitas merupakan sebuah wacana yang sangat mudah dikonstruksi.Â
Ketika tak bisa mengelak dari cakupan-cakupan eksternal itu, atau dalam istilah Foucault, ketika seks dikonstruksi oleh berbagai variabel seperti globalisasi, transparansi, kapitalisme, sosial ekonomi, bahkan kekuasaan terjadilah pendangkalan seksualitas.
Sejak munculnya industrialisasi kemudian reformasi di Eropa Barat, telah terjadi represi 'moderen' atas seksualitas. Dan represi ini amat berkait dengan kepentingan kapitalisme. Kapitalisme telah menyeret seksualitas menuju wilayah publik dan mengubah wajah seksualitas dari prokreasi  ke rekreasi, dari ritual ke ekspresi identitas yang hanya sesaat.
Yang terjadikemudian adalah pendangkalan seksualitas. Terjadilah pe-wadag-an, pen-tubuh-an, atau pen-sosok-an seksualitas. Seksualitas hanya dipandang sebagai aktivitas fisik belaka, berubah hanya sekedar dukhul yang sekedar bermakna memasukkan penis ke dalam vagina.Â
Lokus seksualitas dari kerinduan kebersamaan manusiawi menjadi kelezatan dan kenikmatan sekejap yang ukuran-ukurannya juga amat fisikal. Maka merebaklah obat kuat, viagra, Mak Erot, galian rapet, hemaviton jreng, atau irex yang dipromosikan dengan gencar dan sensual.
Sejak itulah seksualitas mulai diusung di pasar-pasar dan dijajakan dengan amat terbuka. Merebaklah prostitusi baik terang-terangan maupun terselubung, bahkan membuat tercengang seperti yang terungkap dalam buku-buku yang telah merepotasikan transaksi dan gaya hidup seksual tersebut.Â