kutemukan peta baru antarkan malam rebah di tubuhmu
lekuk kulitmu seperti sungai ngalir di balik rekah-rekah batu
menanti sebuah sampan melempar sauh memulai perjalanan jauh
lewati gorong-gorong panjang meliuk-liuk seperti ekor barongsai
kita pun terengah berpeluh-peluh
mendesis berdesis seperti sepasang beludak
bayang-bayang kita jadi satu
seperti senja memeluk pekat
kuhirup wangi tubuhmu
harum seasin aroma pesisir
yang selalu membuat mabuk rindu pelaut pada laut
para peziarah yang tak bakal bosan
menabur bunga di perempatan altar-altar
di atas geliat tubuhmu. nasib pelan-pelan merambat ke utara
peluh alirkan arus segala degup hanyut di sela-sela kelebat
: rindu mati dan hasrat abadi!
                              Â
-ngawi-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H