Mohon tunggu...
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widarmanto Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan praktisi pendidikan

Lahir di Ngawi, 18 April 1969. Pendidikan terakhir S2 di bidang Bahasa dan Sastra Indonesia. Menulis dalam genre puisi, cerpen, artikel/esai/opini. Beberapa bukunya telah terbit. Buku puisinya "Percakapan Tan dan Riwayat Kuldi Para Pemuja Sajak" menjadi salah satu buku terbaik tk. nasional versi Hari Puisi Indonesia tahun 2016. Tinggal di Ngawi dan bisa dihubungi melalui email: cahyont@yahoo.co.id, WA 085643653271. No.Rek BCA Cabang Ngawi 7790121109, a.n.Tjahjono Widarmanto

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jalan Puisi

30 September 2020   17:12 Diperbarui: 1 Oktober 2020   11:12 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah kebesaran Nusantara yang berreinkarnasi Indonesia telah pula membuktikan bahwa campur tangan puisi begitu kuat untuk mendorong tercapainya cita-cita kebangsaan. Bacalah Sumpah Amukti Palapa yang begitu indah dan menggetarkan yang ditulis sebagai puisi yang mampu mendorong Mahapatih Gajah Mada memasyhurkan kejayaan Majapahit di seantero Nusantara, bacalah pula Sutasoma karya besar Mpu Tantular yang memuisikan begitu indah keragaman Nusantara melalui baris puitis "Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa". 

Sumpah Pemuda yang mengilhami nasionalisme Indonesia pun ditulis dalam bentuk puisi. Bacalah Sumpah Pemuda di dalamnya bisa dilihat ciri-ciri puitika yang padat, sublim, imajis dan memiliki visi ke depan. Proklamasi kemerdekaan kita pun, kalau kita telisik bisa dikatahui ditulis dalam bentuk puisi deklarasi yang padat, kaya bunyi dan memiliki pesan dan visi yang kuat.

Melalui puisi, dapat menjadi sebuah momentum bagi bangsa Indonesia untuk tidak menjadi bangsa yang tuna sejarah. Melalui puisi bisa menjadi momentum penting bagi kita untuk tidak menjadi bangsa yang tuna identitas yang asing dengan jatidirinya sendiri. Peringatan Hari Puisi Indonesia bisa dijadikan pijakan komunikasi untuk saling menghormati dan menghikmati keberagaman budaya Indonesia sebagai modal kultural dalam proses pembentukan bagsa.

Sebagai penutup wacana ini,  bisa dicatat bahwa 'merayakan' Puisi Indonesia bukan merupakan seremonial belaka, namun merupakan upaya yang totalitas dan sungguh-sungguh mengembalikan peran puisi sebagai bagian sejarah perjuangan bangsa Indonesia sekaligus sebagai bagian sejarah pemikiran bangsa Indonesia.

Lebih-lebih lagi saat bangsa Indonesia diposisikan di tempat yang memprihatinkan dalam dunia literasi yang berarti meletakkan posisi Indonesia pada masyrakat yang kurang beradab karena tak memiliki kecakapan keberaksaraan, maka kehadiran buku-buku puisi menjadi jawaban atas keprihatinan itu.Upaya memberikan anugerah atau penghargaan terhadap buku-buku puisi berkualitas pun merupakan bentuk apresiasi yang nyata terhadap keberadaan puisi dan penyair.

Penghargaan atau penganugerahan terhadap puisi merupakan pengakuan bahwa puisi di dalamnya tak hanya sekedar estetika, namun sarat nalar yang di dalamya terdapat berbagai pengetahuan, seperti antropologi, sejarah, ilmu sosial bahkan sains. Penghargaan atau anugerah terhadap buku-buku puisi merupakan pemuliaan terhadap puisi dan sastra pada umumnya. Memang sudah saatnya bangsa Indonesia yang besar ini kembali ke jalan puisi, kembali memuliakan puisi, yang pada gilirannya akan memuliakan harkat matbat dan marwah bangsa Indonesia. Akhirnya, ayo mari kita bacai kembali puisi. Melalui puisi kita bangun peradaban, daulat dan marwah bangsa! ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun