belajarlah dari lengking bayi
saat mulutnya mengulum sepi
dan nafasnya menghardik matahari
                  : berikan takdirmu!
mata bayi yang hijau
tempat segala roh ditiupkan warna
bola matanya akan malihat dunia
cuma sepotong keriput diremas waktu
----warnamu tak bisa kau pilih sendiri, nak
walau telah kuusap ubun-ubunmu
juga telah kutiupkan seribu jampi dan mantra di lubang telinga
berjalanlah sendiri sebab ada yang diam-diam
pahatkan rajah di kedua telapak tanganmu.
kuusap punggungmu, kubekali engkau
dengan api yang kupungut dari paruh-paruh ababil
rajah di kedua telapak tanganmu takkan bisa menaklukanmu
karena kau nafas bara
perjalanan betapa jauhnya takkan sanggup jadikan lelah
sebab angin telah berumah di dadamu
janganlah pernah bermimpi tentang surga, nak
kalau engkau tak merampasnya dalam tiap ladang pertempuran
tanganmu pasti kelak perkasa meneteskan darah para lelaki
atau menampung tangis para perawan
Â
darah bapamu ini juga merah
namun tak segarang warnamu
tiupkan lamunan tinggi-tinggi
menembus waktu menguak ruang
matahari akan ngeri menatap cahaya ubun-ubunmu
di tiap persimpangan para bidadari akan sediakan cawan
menampung segenap pertanyaan dan jawaban.
Â
ludahi rajah di kedua telapak tanganmu
menyanyilah saban pagi selantangnya hingga senja dibangkitkan
jangan pernah pikirkan segalanya akan tua
rengutlah segala aksara  para pujangga dan mantra para penguasa
rampaslah sabda-sabda firman para nabi:
                                    jadikan jampimu!
                                                /Ngawi/