Mohon tunggu...
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widarmanto Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan praktisi pendidikan

Lahir di Ngawi, 18 April 1969. Pendidikan terakhir S2 di bidang Bahasa dan Sastra Indonesia. Menulis dalam genre puisi, cerpen, artikel/esai/opini. Beberapa bukunya telah terbit. Buku puisinya "Percakapan Tan dan Riwayat Kuldi Para Pemuja Sajak" menjadi salah satu buku terbaik tk. nasional versi Hari Puisi Indonesia tahun 2016. Tinggal di Ngawi dan bisa dihubungi melalui email: cahyont@yahoo.co.id, WA 085643653271. No.Rek BCA Cabang Ngawi 7790121109, a.n.Tjahjono Widarmanto

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

25 September 2020   17:35 Diperbarui: 25 September 2020   17:37 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia Indonesia lahir dalam lingkungan masyarakat yang berbudaya multikultural. Budaya multikultural ini lahir karena kondisi Indonesia yang majemuk,wilayah geografis yang luas, banyak suku bangsa, dan berbagai keragaman etnik. 

Budaya lokal merupakan lingkungan pertama dalam pembentukkan identitas individu Indonesia. Oleh karena itu Indonesia sebagai masyarakat multikultural perlu mendasarkan pendidikannya pada budaya etnis. Identitas etnik yang berbeda satu sama lain merupakan cerminan kebhinekaan yang menjadi identitas Indonesia.Masing-masing etnik mengusung nilai, norma, etik, dan etika yang merupakan kekayaan dan kekuatan bangsa.

John Dewey dalam bukunya Democracy and Education menjadikan isu keragaman atau multikultural sebagai salah satu isu pokok dalam pendidikan. Pentingnya kebudayaan dalam praksis pendidikan menjadi unsur menentukan dalam membangun tatanan masyarakat demokratis. Multikulturalisme menjadi penentu dalam pengembangan identitas kelompok atau identitas lokal yang akan berkembang menjadi identitas negara-bangsa (nation state).

Setiap budaya lokal atau setiap etnik memiliki local genius dan kearifan lokal. Local Genius bisa ditafsirkan sebagai keseluruhan ciri-ciri kebudayaan yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat, komunitas atau bangsa sebagai hasil pengalaman mereka pada masa lampau. 

Hakikak lokal genius dijelaskan oleh Mundardjito (1986), yaitu mampu bertahan terhadap budaya luar, memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar, memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur-unsur budaya luar ke dalam budaya asli, memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan mampu memberikan arah pada perkembangan kebudayaan. 

Pendapat ini meletakan local genius pada dua hal, yaitu mengacu pada nilai, konsep, pranata, sikap,etik, etika, pengetahuan yang telah dimiliki sejak lampau dan mengacu pada daya yang dimiliki suatu bangsa untuk menyerap, menafsir, mengubah dan mencipta berbagai pengaruh budaya asing.

Kearifan lokal adalah sikap, pandangan, dan kemampuan suatu komunitas dalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya yang menyebabkan komunitas itu memiliki daya tahan dan daya tumbuh di dalam wilayah komunitasi itu berada. Kearifan lokal bisa dpandang sebagai pandangan hidup dan pengetahuan sekaligus berbagai strategi yang berwujud aktivitas atau sikap yang dilakukan masyarakat lokal dalam menjawab berbagai permasalahan.

Nusantara banyak memiliki kearifan lokal. Kearifan lokal-kearifan lokal di Nusantara memiliki karakteristik 1) memandang alam semesta merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, bahkan dianggap sakral, transenden, dan spiritual, 2)memiliki karakter religiusitas, 3) bertumpu pada rasa dan akal budi yang tak hanya rasional, 4) memiliki karakter etis, etik dan estetis, 5) memiliki kesadaran kesakarasan atau harmoni. Kearifan-kearifan lokal menjadi sangat penting karena berkaitan dengan identitas, nilai, sumber inspirasi dan pandangan moralitas.

Globalisasi merupakan fenomena sosial yang takterelakkan. Globalisasi adalah tantangan nyata yang meruntuhkan identitas. Globalisasi membuka deteritorialisasi dalam banyak hal. Identitas sosial dan ruang sosial runtuh dalam globalisasi sehingga terjadilah krisis identitas.

Globalisasi harus dihadapi dan disiasati. Salah satu penyiasatannya adalah melalui pendidikan. Untuk mempertahankan identitas ke-Indonesiaan diperlukan strategi pendidikan yang berlatar kebudayaan Indonesia, untuk itu perlu adanya pendidikan berbasis kearifan lokal.

Pendidikan berbasis kearifan lokal adalah pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai kebudayaan Indonesia. Pendidikan berbasis kearifan lokal mengedepankan pendidikan yang berkarakter religius,etis, etik, harmoni, toleransi, menghormati kemajemukan sekaligus meniratkan keIndonesiaan. Tentu saja kearifan lokal sebagai basis pendidikan harus diaktualisasikan kembali sesuai kondisi zaman sehingga bisa diterima semua khalayak***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun