Warok Jaya Brewok termasuk jajaran warok sakti dan disuyudi para warok dan warokan. Kalau main barongan dadak merak sang warok Jaya Brewok mampu melakukan gerakan-gerakan aneh, dari berputar kayang sampai memunculkan asap dan getaran magis pada bulu-bulu merak di barongan dadak meraknya. Kalau main ganongan atau penthul, warok Jaya Brewok sangat akrobatik dan atraktif bahkan mampu seperti kucing yang berloncatan dan jungkir balik pada dua bilah bambu.
Sunar pun resmi menjadi calon gemblakannya warok Jaya Brewok dengan diberi peningset berupa sepasang sapi, sepetak tegal, sekotak busana, setangkup rumah dan dibiayai sekolahnya setinggi mungkin.
Sunar gemetar ketakutan saat tangan warok Joyo Brewok yang kokoh dan kasar itu mengelus-elus pipi dan kepalanya, tertawa-tawa dan berkata," Ha..ha..ha.ha, Le, cah bagus, sekarang kowe jadi gemblakku. Tapi kowe masih bau kencur. Kutitipkan dulu pada pakmu dan biyungmu, belajar joget jathil lebih sungguh-sungguh, belajar dandan dan belajar ngladeni, ya. Nanti kalau kowe sudah SMP, kalau sudah sunat, bakal kuboyong. Tinggal di rumahku!"
Dan hari itu datang. Hari yang mencemaskan hati Sunar. Sore ini, warok  Joyo Brewok akan memboyongnya. Akan datang menjemputnya dengan didirngi grup reognya.
Terdengar bunyi gamelan reog. Semakin lama semakin nyaring. Sunar yang sudah didandani dengan baju jatil dan dirias gemetaran dan menutup telinga rapat-rapat dengan kedua tangannya tapi bunyi gamelan itu menyusup sampai ke bilik jiwanya.
Gamelan reog yang menyusup ketelingannya itu juga mengiangkan petuah bapaknya," Le, Sunar anakku, gemblak dan warok itu mempunyai tiga hubungan. Sepisan, sebagai ayah dan anak, warok adalah bapak dari gemblak. Kedua, punya hubungan kesenian. Warok bertugas memainkan barongan dadak merak atau ngganong, sedang kowe sebagai gemblak bertugas sebagai penari jathilan. Yang pungkasan, warok dan gemblak memiliki hubungan bebojoan, memiliki hubungan kekasih, suami isteri...!"
Sunar semakin menekan telinganya rapat-rapat, tetapi suara gamelan reog itu semakin riuh tiba di pelataran rumahnya.*****
Catatan:
Mbalelo= berontak
Biyung = ibu
Digadang-gadang= diharapkan