menyeruput kopi, tapi seperti bukan kopi.
Mengenal racikan kopi yang satu ini adalah sebuah kebetulan. Rasa penasaran muncul dari ujung sebuah gang berkelok dua yang buntu. Ada banyak pengemudi ojek online yang singgah dan pergi secara bergantian di sana. Ditambah pemandangan orang-orang yang ramai bercengkrama sambilDjasid Coffe, begitu tulisan tersebut tertera di gelas dan botol yang dihidangkan di meja pelanggan. Beberapa diantaranya masih mengeluarkan asap sejuk dan lelehan embun di sekeliling wadah minum. Tampak salah seorang dari mereka menghirup paksa sebuah aroma baru di dalam pesannya, lalu tertawa.
"Bapak mau pesan apa," seorang pria memakai apron langsung menyuguhi daftar kopi yang mampu mereka racik. Kawan kami yang memang penikmat kopi menolak untuk membacanya. Kemudian, ia menunjuk gelas-gelas yang sedang dinikmati pengunjung lain. Seperti yakin pada pilihan teman kami, pria tersebut pun langsung pergi. Akh, semoga pilihan kopi kali ini tidak mengecewakan.
Tiga menit berjalan. Kopi yang dipesan kemudian mendarat persis di merja. Bukannya dicicipi, malah kami kompak saling memandang. Seakan tertular oleh pelanggan yang kami anggap aneh tadi. Mendadak, gelak pun memecah keramaian. Aroma jeruk yang kami hirup paksa dari gelas, bercampur wanginya kopi. Keduanya menyerbak bersama kondensasi es didalammya.
Lelaki yang menyuguhkan menu dan minuman tadi kembali menghampiri, ia mencoba menebak muasal kegilaan yang kami buat. Mungkin dia cemas akan kopi racikannya tersebut tidak enak. "Saya Dimas Herlambang, pak". Ia lekas memperkenalkan diri, dan bersedia mengganti pesanan minuman yang sudah kami seruput, sedikit.
Keramahannya membuat keakraban di kunjungan pertama kami tumbuh. Sambil berdiri  Dimas yang merupakan pemilik sekaligus barista dari Djasid Coffe, di Jalan Bajak II, Pancakarya Nomor 89, Medan, Sumatera Utara tersebut, bersedia mencerita inovasi minuman yang diberi nama Orenji Kopi.
Ternyata, mulai dari penabalan nama kopi, hingga kolaborasi rasa merupakan ide yang didapatnya secara terpisah. Nama Orenji sendiri adalah kosakata dari bahasa Jepang, artinya Jeruk. Pengambilan kata milik negara matahari terbit itu, karena kecintaannya pada anime jepang sejak masih kecil. Sementara itu, kepastian rasa kopi variannya adalah hasil sempurna percobaannya selama beberapa bulan.
Ada kopi, susu dan sari jeruk. Ia mencampurkan ketiga bahan utama ini dengan takaran khusus. Bahkan, untuk kopi sendiri, Dimas hanya menggunakan biji kopi Lintong atau Osblan. Pilihan kedua biji kopi tersebut karena aroma dan kekuatan rasa yang tetap kuat, meski dicampur dengan susu dan sari jeruk.
Saat disatukan dalam gelas, bahan racikan tersebut membentuk tiga lapisan yang kontras. Lapisan paling bawah bewarna oranye, sudah pasti sari jeruk. Lapisan di atasnya bewarna putih adalah susu, dan paling atas adalah kopi. Hitamnya kopi lama kelamaan memudar karena es. Â Saat semuanya diaduk, semuanya larut dan berubah warna menjadi coklat muda, bermotif liris putih dan oranye.
Rasa Orenji Kopi sangat unik. Mungkin karena baru pertama kali menikmati kopi semacam ini. Meski aroma jeruknya kental, rasa kopilah yang pertama menyambar di lidah saat seruputan pertama. Lalu, disusul rasa susu dan jeruk, sedikit. Nah, seruputan terkahir adalah puncaknya. Rasa kopi, susu, dan jeruk bercampur sempurna. Â
Keuletan Dimas dalam meracik Orenji Kopi, bukan tanpa alasan. Ia ingin agar kopi tidak hanya identik dan dinikmati oleh mayoritas kaum pria saja, melainkan juga bagi para wanita, khususnya penikmat kopi pemula. Itulah, pesan utama Orenji ini. Anda ingin mencicipi juga, cobalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H