Mohon tunggu...
Erzetiyo
Erzetiyo Mohon Tunggu... Lainnya - Pengembara laut dan gunung, penikmat fajar dan senja

Macro lovers, Coffee addict, Bookworm

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukan Basa Basi: Sebuah Nama pada Seraut Wajah

5 Maret 2011   19:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:02 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dahulu, di kota inilah tempat aku mengejar cita-cita dan belajar banyak hal tentang dunia tapi lupa belajar tentang akhirat. Setelah chek in dan memesan "menu makan malam" di resepsionis langganan, aku tertidur kelelahan. Aku masih punya 1 hari, waktu yg diberi kantor untuk tugas luar kota. Aku terbangun dari tidur karena ada yg mengelus pahaku. Tak tau jam berapa, yg pasti sudah malam karena dari jendela kamar hotel terlihat bintang. Mataku belum terbiasa dengan gelapnya ruangan. "Siapa namamu sayang", tanyaku tergagap-gagap. Dia menyebut namanya, singkat tanpa basa-basi. Aku belum sadar benar, dia telah memagutku. Ciuman liarnya memanaskan kamar hotel ini. Dia mencumbuiku dengan terampil. Entah aku lelaki ke berapa yg diperlakukannya seperti ini. Aku tak peduli, malam ini dia milikku karena aku yg membayarnya. Kami berdua bergumul, berusaha saling memuaskan dan saling menaklukkan. Aku tak ingat lagi, sudah berapa session dan berapa macam gaya yg kami praktekkan. Akhirnya kami berdua terkapar, tertidur kelelahan...
*****
Jam 5 pagi kurang beberapa menit aku terbangun, mungkin karena kedinginan dan juga kelaparan. "Menu makan malam" yg ku pesan semalam tidak mengenyangkan malah buat lapar. Dia masih tertidur pulas, sekilas ku lihat wajahnya, sepertinya aku kenal. Dugh...dugh...dugh..., jantungku memukul dengan keras dan cepat. Langsung ku sambar tasnya yg berada di atas meja. Aku membongkar dompet untuk mencari identitasnya. Bangsat..., anjing! Batang tenggorokkanku serasa tercekik! Di KTP-nya tertulis jelas namanya. Nama belakangnya sama persis dengan nama belakangku. Dia adalah keponakanku, anak dari kakak pertamaku. Pantas wajahnya tidak asing bagiku...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun