Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - SEO Specialist

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Karena Sayang atau Karena Takut, Mana Lebih Baik?

27 November 2024   11:11 Diperbarui: 27 November 2024   11:13 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Parenting - Pernah nggak, kamu mendengar seseorang berkata, "Wah, anak itu hebat banget ya, nurut banget sama orang tuanya?" Tapi, tunggu dulu! Apakah benar si anak nurut karena sayang, atau sebenarnya ada rasa takut di balik sikap patuh itu? Ini penting banget buat dibahas, terutama untuk orang tua atau siapa pun yang punya peran dalam membesarkan anak-anak.

Karena, percaya atau nggak, cara kita memperlakukan anak hari ini punya efek jangka panjang yang luar biasa besar. Jadi, yuk kita bahas dengan santai tapi mendalam: apa sih bedanya anak yang nurut karena rasa sayang dengan yang nurut karena rasa takut?

Cinta atau Takut? Dampaknya Sampai Dewasa!

Bayangin ini: seorang anak yang selalu patuh saat diminta membereskan mainan atau belajar. Namun, bertahun-tahun kemudian, dia tumbuh jadi orang dewasa yang takut mengambil keputusan sendiri, selalu mencari validasi dari orang lain, atau bahkan punya hubungan yang nggak sehat dengan orang-orang terdekatnya.

Kok bisa?

Karena kepatuhan yang didorong rasa takut sering kali melahirkan ketergantungan emosional atau trauma. Sebaliknya, kepatuhan yang tumbuh dari rasa sayang menciptakan anak yang percaya diri, penuh kasih, dan punya hubungan sehat dengan lingkungannya.

Nah, sekarang mari kita bedah satu per satu perbedaannya.

"Mendidik anak agar patuh karena cinta menghasilkan hubungan sehat dan kepercayaan. Sebaliknya, patuh karena takut bisa memicu trauma jangka panjang."

Kepatuhan dari Sayang

Ketika anak patuh karena rasa sayang, semuanya terjadi secara alami. Mereka nggak merasa terpaksa atau takut dihukum. Berikut tanda-tandanya:

  • Anak yang patuh karena sayang biasanya merasa aman dengan orang tuanya. Mereka percaya bahwa setiap permintaan atau aturan yang diberikan untuk kebaikan mereka. Misalnya, saat diminta makan sayur, mereka nggak protes berlebihan karena tahu itu demi kesehatan mereka.

  • Orang tua yang membangun hubungan berdasarkan cinta biasanya melibatkan anak dalam proses berpikir. Mereka nggak cuma bilang, "Kamu harus lakukan ini karena aku bilang begitu!" Tapi lebih kepada, "Kamu tahu nggak, kenapa kita harus buang sampah di tempatnya?" Dengan begitu, anak merasa dihargai pendapatnya dan mengerti pentingnya aturan itu.

  • Anak-anak yang patuh karena sayang berani mengutarakan pendapat, bahkan ketika mereka nggak setuju. Karena apa? Karena mereka tahu, orang tuanya akan mendengarkan. Diskusi jadi pintu masuk buat membangun pengertian yang lebih dalam.

Diam, Tapi Tersimpan Luka

Di sisi lain, ada kepatuhan yang muncul dari rasa takut. Sekilas, anak memang terlihat nurut, tapi sebenarnya ada perasaan tertekan di balik itu. Ciri-cirinya?

  • Anak yang patuh karena takut cenderung menghindari konflik atau hukuman. Mereka lebih memilih diam atau melakukan apa pun yang diperintahkan agar nggak dimarahi.

  • Rasa takut sering kali mematikan keberanian anak untuk bicara. Mereka nggak akan mengutarakan pendapat atau bertanya karena khawatir dianggap melawan.

  • Pernah lihat anak yang langsung berubah saat orang tuanya pergi? Nah, ini salah satu tanda patuh karena takut. Ketika orang tua nggak ada, anak akan kembali ke kebiasaan lamanya karena sebenarnya mereka nggak paham atau setuju dengan aturan yang diberikan.

Beda Rasa, Beda Hasil

Efek dari cara orang tua membangun kepatuhan anak ternyata bisa berlangsung seumur hidup.

  • Anak yang patuh karena sayang biasanya tumbuh menjadi individu yang percaya diri, mampu mengambil keputusan sendiri, dan punya hubungan yang sehat dengan orang lain. Mereka juga cenderung lebih bahagia karena hidup berdasarkan kesadaran, bukan tekanan.

  • Anak yang patuh karena takut sering kali membawa luka batin ke masa dewasa. Mereka mungkin merasa sulit untuk percaya diri, takut mengambil risiko, atau bahkan cenderung memendam emosi. Dalam beberapa kasus, ini bisa menyebabkan hubungan yang toxic baik di lingkungan kerja, pertemanan, maupun keluarga.

Lalu, Bagaimana Cara Membuat Anak Patuh Karena Sayang?

Kabar baiknya, semua orang tua bisa belajar membangun pola asuh berbasis cinta. Berikut beberapa tipsnya:

  • Dengarkan anak-anak saat mereka bicara. Jangan buru-buru memotong atau menghakimi pendapat mereka. Ini akan membuat mereka merasa dihargai.

  • Setiap kali memberikan aturan, pastikan anak tahu alasannya. Misalnya, "Kamu harus tidur lebih awal supaya besok nggak mengantuk di sekolah."

  • Hukuman fisik atau verbal mungkin membuat anak patuh sementara, tapi efek jangka panjangnya bisa merusak hubungan. Fokuslah pada konsekuensi logis yang mendidik.

  • Ketika anak melakukan sesuatu dengan baik, berikan apresiasi. Tapi jangan berlebihan, ya! Cukup bilang, "Terima kasih sudah membantu mama tadi, nak."

  • Anak adalah peniru ulung. Kalau kamu ingin anak menghormati aturan, tunjukkan bahwa kamu juga menghormati aturan tersebut.

Jangan Takut Berubah

Jika selama ini kamu merasa cara mendidik anak lebih banyak didasari rasa takut, jangan berkecil hati. Selalu ada waktu untuk belajar dan memperbaiki. Hubungan yang penuh cinta dan komunikasi yang sehat bisa dimulai kapan saja, bahkan ketika anak sudah besar.

Anak-anak adalah cerminan dari cara kita memperlakukan mereka. Jika kita menanamkan rasa sayang, mereka akan tumbuh dengan penuh kasih. Tapi jika yang ditanam adalah rasa takut, maka yang tumbuh mungkin hanya kepatuhan tanpa jiwa.

Jadi, kamu pilih yang mana? Membesarkan anak yang patuh karena rasa sayang atau takut? Semoga setelah membaca ini, kamu bisa mengambil langkah yang tepat untuk membangun hubungan yang sehat dengan anak-anak. Karena mereka adalah investasi terbaik yang kita punya untuk masa depan! .-TG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun