Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - SEO Specialist

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Money Politic Ancam Demokrasi

30 September 2024   12:15 Diperbarui: 30 September 2024   12:22 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Money Politic Ancam Demokrasi | dok. pribadi

Tiyarman Gulo - Ketika musim politik tiba, fenomena money politic atau politik uang sering kali menjadi sorotan utama. Praktik ini bukan hanya sekadar masalah moral, tetapi juga merupakan tantangan serius bagi integritas demokrasi di Indonesia. Dalam konteks ini, masyarakat dituntut untuk lebih bijak dan kritis terhadap kecurangan yang sering terjadi, seperti 'political buying' atau jual suara.

"Money politic mengancam demokrasi di Indonesia, mendorong masyarakat untuk lebih bijak dalam memilih calon pemimpin."

Latar Belakang Money Politic di Indonesia

Praktik money politic di Indonesia memiliki akar yang dalam dan kompleks. Sejak reformasi, sistem politik di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Namun, budaya politik yang berorientasi pada uang masih sulit dihilangkan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk rendahnya pendidikan politik, tingkat kemiskinan yang tinggi, dan ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah. Banyak calon yang mengandalkan uang untuk mendapatkan suara, karena mereka percaya bahwa cara ini lebih cepat dan efektif.

Sejarah Singkat

Sejak pemilu pertama pascareformasi pada tahun 1999, berbagai bentuk kecurangan dalam pemilihan umum telah terjadi. Namun, uang dalam politik sudah ada jauh sebelum itu. Dalam sistem feodal, penguasa sering memberikan imbalan kepada rakyat untuk mendapatkan dukungan. Saat ini, meskipun banyak regulasi yang diterapkan untuk meminimalisir praktik ini, money politic tetap marak terjadi, terutama di daerah-daerah.

Realita Money Politic

Mohammad Rizky Godjali, seorang pengamat politik dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), menegaskan bahwa praktik money politic bukanlah isu baru. Menjelang pemilihan umum (Pilkada) dan pemilu, pengamatannya menunjukkan bahwa jual suara masih marak terjadi di berbagai kalangan masyarakat. Survei menunjukkan bahwa fenomena ini cukup umum, terutama di daerah dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.

"Di Indonesia, money politic seolah sudah menjadi bagian dari kultur politik kita. Ini menjadi tantangan tersendiri, karena tidak hanya berkaitan dengan strategi politik, tetapi juga dengan etika dan moralitas," ungkap Rizky.

Dampak Money Politic Terhadap Demokrasi

Money Politic Ancam Demokrasi | dok. pribadi
Money Politic Ancam Demokrasi | dok. pribadi

Praktik politik uang ini tidak hanya berdampak negatif pada pemilu, tetapi juga pada tatanan demokrasi secara keseluruhan. Dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat adalah kualitas pemimpin yang terpilih. Ketika seorang calon kepala daerah terpilih tidak melalui proses yang jujur, keputusan dan kebijakan yang diambilnya pun bisa merugikan rakyat.

Kualitas Pemimpin yang Buruk

Kemenangan yang diraih melalui praktik money politic sering kali membuat pemimpin lebih berorientasi pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, ketimbang kepentingan masyarakat. Hal ini bisa mengarah pada kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat, serta meningkatkan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah.

Rasa Tidak Percaya Masyarakat

Selain itu, money politic juga menciptakan rasa skeptis di kalangan masyarakat. Mereka menjadi apatis terhadap proses politik, karena merasa suara mereka dapat dibeli. Ini berpotensi menurunkan partisipasi politik di masa mendatang, yang akan semakin melemahkan demokrasi.

Peran Semua Pihak dalam Menghadapi Money Politic

Rizky juga mengimbau agar semua pihak, baik partai politik, tim pemenangan, hingga masyarakat, untuk waspada terhadap kecurangan-kecurangan yang dapat menciderai demokrasi. Ia menambahkan bahwa meskipun mungkin sulit untuk sepenuhnya menghindari praktik ini, upaya pencegahan harus terus dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun