Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - SEO Specialist

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

7 Tantangan Ekonomi Indonesia di Era Kedua Jokowi

18 Juni 2024   10:53 Diperbarui: 18 Juni 2024   10:54 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
7 Tantangan Ekonomi Indonesia di Era Kedua Jokowi | barisan.co

Ekonomi Indonesia saat ini menghadapi tantangan serius yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam periode kedua, kondisi ekonomi mengalami gejolak yang signifikan. Artikel ini akan menyelidiki berbagai masalah ekonomi yang dihadapi Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi tantangan tersebut.

1. Konteks Global dan Dampaknya terhadap Indonesia

Menteri Keuangan Sri Mulyani telah mengingatkan tentang kondisi ekonomi global yang sulit dan berbagai risiko yang mungkin timbul hingga tahun 2025. Faktor-faktor seperti suku bunga tinggi, restriksi perdagangan yang semakin ketat, volatilitas harga komoditas, ketegangan geopolitik, dan dampak perubahan iklim menjadi ancaman nyata bagi perekonomian global. Indonesia, sebagai negara berkembang, tidak luput dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh kondisi global tersebut.

2. Keadaan Ekonomi Dalam Negeri: Tren dan Tantangan

Di sisi domestik, ada beberapa masalah ekonomi yang perlu diperhatikan. Salah satu yang paling mencolok adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sejak pertengahan tahun 2024, rupiah mengalami tekanan berat akibat kenaikan indeks dolar AS (DXY). Dalam beberapa bulan terakhir, nilai tukar rupiah bahkan mencatatkan level terendahnya dalam beberapa tahun terakhir.

Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar, namun tantangan ini tetap menjadi fokus utama kebijakan ekonomi. Pelemahan rupiah tidak hanya mempengaruhi daya beli masyarakat, tetapi juga berpotensi meningkatkan inflasi melalui kenaikan harga barang impor.

3. Kebijakan Moneter: Suku Bunga Acuan yang Tinggi

Salah satu respons BI terhadap tekanan inflasi adalah dengan menaikkan suku bunga acuan. Keputusan untuk menaikkan BI Rate menjadi 6,25% pada April 2024 adalah upaya untuk mengendalikan laju inflasi yang terus meningkat. Namun, kenaikan suku bunga acuan juga berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi karena membuat biaya pinjaman menjadi lebih mahal bagi masyarakat dan perusahaan.

Keputusan BI ini menjadi perdebatan di kalangan ekonom, di mana beberapa pihak mendukung langkah tersebut sebagai langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi jangka panjang, sementara yang lain mengkhawatirkan dampak negatifnya terhadap pertumbuhan ekonomi.

4. Penurunan Pertumbuhan Kredit dan Penjualan Mobil

Pertumbuhan kredit perbankan menunjukkan perlambatan yang signifikan pada tahun 2024. Data dari OJK menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit hanya tumbuh sebesar 12,40% year on year (yoy) pada Maret 2024, dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan 11,28% yoy. Sektor yang paling terdampak adalah kredit untuk konsumsi, seperti kredit multi guna dan kredit kendaraan bermotor, yang mengalami penurunan signifikan dalam permintaan.

Penurunan ini tidak hanya mencerminkan perlambatan aktivitas ekonomi, tetapi juga mengindikasikan adanya ketidakpastian di kalangan konsumen terhadap kondisi ekonomi masa depan. Hal serupa juga terjadi pada sektor otomotif, di mana penjualan mobil mengalami penurunan yang cukup drastis pada awal tahun 2024.

5. Harga Pangan yang Melonjak dan Dampaknya terhadap Inflasi

Salah satu permasalahan yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah kenaikan harga pangan yang signifikan. Meskipun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya deflasi pada bulan Mei 2024, inflasi tahunan masih tercatat sebesar 2,84%. Harga beras, sebagai salah satu komoditas utama, terus mengalami lonjakan harga yang cukup tinggi sejak akhir tahun 2023.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Badan Kebijakan Fiskal terus berupaya untuk mengendalikan harga pangan melalui berbagai kebijakan, termasuk intervensi harga dan stabilisasi pasokan. Namun, tantangan ini tetap menjadi beban bagi konsumen dan berpotensi mempengaruhi daya beli mereka.

6. Penurunan Keyakinan Konsumen dan Pengeluaran untuk Konsumsi

Survei Bank Indonesia menunjukkan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi masa depan mengalami penurunan pada tahun 2024. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menurun menjadi 125,2 pada Mei 2024, meskipun masih berada dalam kategori optimis.

Penurunan keyakinan konsumen ini tercermin dalam penurunan pengeluaran untuk konsumsi, terutama pada barang-barang tahan lama. Kondisi ini mencerminkan adanya kekhawatiran konsumen terhadap ketidakpastian ekonomi masa depan dan dampaknya terhadap keuangan pribadi mereka.

7. Peningkatan Rasio Non-Performing Financing (NPF)

Di sektor keuangan, terjadi peningkatan rasio non-performing financing (NPF) pada tahun 2024. Data dari OJK menunjukkan bahwa rasio NPF gross pada industri multifinance naik menjadi 2,82% per April 2024, dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan adanya tekanan yang lebih besar pada kualitas aset keuangan, terutama di tengah kondisi ekonomi yang sulit.

Penutup

Dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi ini, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang tepat guna. Langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar, mengendalikan inflasi, dan merangsang pertumbuhan ekonomi menjadi fokus utama dalam agenda kebijakan ekonomi nasional.

Namun demikian, kondisi ekonomi global yang tidak pasti serta faktor-faktor internal yang mempengaruhi perekonomian Indonesia menunjukkan bahwa perjalanan menuju pemulihan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan tidaklah mudah. Diperlukan koordinasi yang baik antara berbagai stakeholder dan kebijakan yang komprehensif untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat.

Penjelasan Terkait

Artikel ini menguraikan secara mendalam tentang berbagai tantangan ekonomi yang dihadapi Indonesia dalam periode kedua kepemimpinan Presiden Jokowi. Artikel ini mencakup analisis yang mendalam terhadap kondisi ekonomi global dan dampaknya terhadap Indonesia, serta tinjauan mendetail mengenai masalah-masalah ekonomi domestik yang krusial seperti nilai tukar rupiah, inflasi, pertumbuhan kredit, harga pangan, keyakinan konsumen, dan rasio NPF.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun