Mohon tunggu...
Tiyarman Restu Putra Gulo
Tiyarman Restu Putra Gulo Mohon Tunggu... Penulis - Law dan Freelancer, 2 hal yang hampir mirip! | tiyarmangulo.blogspot.com
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis itu penting, biar gak lupa! Karena faktanya otak cuma bisa nyimpan 1/8 data yang diterima, habis itu lupa! | my blog: tiyarmangulo.blogspot.com | ig: @tiyarmangulo | wa: 0838-6723-2928

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Polarisasi Politik di Media Sosial Beri Dampak dan Tantangan Jelang Pemilu

4 Juni 2023   19:08 Diperbarui: 4 Juni 2023   19:17 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Polarisasi Politik di Media Sosial Beri Dampak dan Tantangan Jelang Pemilu | balairungpress

Pada era digital ini, media sosial telah menjadi tempat utama bagi masyarakat untuk berinteraksi, berbagi informasi, dan menyampaikan pendapat mereka. 

Namun, fenomena yang semakin mencuat adalah polarisasi politik di media sosial. 

Hal ini menjadi perhatian serius karena dampaknya yang luas terhadap stabilitas sosial dan politik, terutama menjelang pemilihan umum (pemilu).

Media sosial memberikan ruang yang luas bagi individu untuk berpartisipasi dalam dialog publik. 

Namun, perbedaan pandangan politik dan ideologi telah mengakibatkan masyarakat terbagi menjadi kelompok-kelompok yang saling bertentangan. 

Polarisasi politik menciptakan ekosistem di mana suara-suara ekstrem, pemikiran hitam-putih, dan ketidakpahaman terhadap sudut pandang yang berbeda semakin dominan.

Dampak Polarisasi Politik di Media Sosial

Dampak dari polarisasi politik di media sosial sangat beragam. 

Pertama, polarisasi meningkatkan kesenjangan dan konflik antara kelompok-kelompok yang berbeda. 

Diskusi yang seharusnya menjadi wadah pemahaman dan kerja sama untuk mencapai solusi terbaik, seringkali berubah menjadi pertarungan retorika yang saling menyerang.

Kedua, polarisasi politik dapat menyebabkan penurunan kualitas informasi yang beredar di media sosial. 

Akibatnya, masyarakat menjadi rentan terhadap penyebaran berita palsu (hoaks), propaganda, dan manipulasi informasi yang bertujuan untuk memperkuat pandangan yang sudah ada. 

Hal ini berpotensi merusak proses demokrasi dan pengambilan keputusan yang berbasis fakta.

Tantangan Polarisasi Politik di Media Sosial

Tantangan yang dihadapi dalam mengatasi polarisasi politik di media sosial juga tidak bisa dianggap remeh. 

Pertama, algoritma dan filter buruk dalam platform media sosial cenderung memperkuat polarisasi dengan menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, sehingga memperkuat gelembung informasi (echo chamber). 

Hal ini menyebabkan masyarakat semakin terpolarisasi dan terisolasi dari sudut pandang yang berbeda.

Kedua, peran individu dalam menyebarkan konten dan berpartisipasi dalam diskusi online juga berperan penting dalam memperburuk polarisasi. 

Serangan pribadi, penghinaan, dan sikap tidak toleran terhadap pendapat yang berbeda semakin merusak ruang dialog yang seharusnya inklusif dan bermakna.

Upaya Pengentasan Polarisasi Politik di Media Sosial

Namun, upaya untuk mengatasi polarisasi politik di media sosial tetap mungkin dilakukan. 

Pertama, diperlukan pendidikan yang lebih baik mengenai literasi media dan keterampilan berpikir kritis. 

Masyarakat perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengidentifikasi berita palsu, memahami sumber informasi, dan menganalisis konten secara objektif.

Kedua, platform media sosial harus bertanggung jawab dalam mengembangkan algoritma dan filter yang lebih seimbang. 

Mengurangi efek gelembung informasi dan memberikan eksposur yang lebih luas terhadap sudut pandang yang beragam dapat membantu mengurangi polarisasi dan mempromosikan dialog yang konstruktif.

Ketiga, penting bagi individu untuk berkomitmen untuk berpartisipasi dalam diskusi yang saling menghormati dan menghargai perbedaan pendapat. 

Menghindari serangan pribadi, mempertimbangkan perspektif orang lain, dan mencari kesamaan dalam kepentingan bersama dapat memperkuat ruang dialog yang inklusif.

Polarisasi politik di media sosial adalah tantangan serius yang perlu dihadapi dengan langkah-langkah yang tepat. 

Melalui pendidikan, peran aktif platform media sosial, dan komitmen individu, kita dapat membangun lingkungan yang lebih harmonis dan inklusif, serta menjaga integritas proses demokrasi menjelang pemilihan umum.(*)

Tiyarman Gulo, 4 Juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun