Dakwah dalam konteks sosial bertujuan untuk menyesuaikan penyampaian pesan dengan realitas sosial masyarakat. Kondisi sosial di tiap wilayah berbeda-beda, sehingga dai perlu memahami karakteristik masyarakat agar dakwah tidak hanya relevan tapi juga tepat sasaran. Misalnya, dalam masyarakat dengan latar belakang budaya yang kuat, pendekatan dakwah yang menghargai nilai-nilai budaya lokal akan lebih mudah diterima daripada yang mengabaikan aspek-aspek budaya tersebut.
Dai perlu melakukan pendekatan yang mampu menyesuaikan dengan nilai- nilai lokal, sehingga pesan agama yang disampaikan terasa relevan bagi masyarakat. Hal ini mencakup penggunaan bahasa yang dipahami oleh masyarakat, simbol-simbol yang memiliki makna di lingkungan mereka, serta penyesuaian metode dakwah sesuai karakteristik audiens. Selain itu, isu-isu sosial kontemporer seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan ketidakstabilan politik juga berdampak pada cara masyarakat merespon dakwah. Dalam komunitas yang menghadapi tantangan ekonomi, misalnya, dakwah yang menyentuh aspek sosial ekonomi, seperti zakat dan sedekah, lebih relevan karena berkontribusi dalam mengatasi masalah nyata yang dihadapi masyarakat.
Dengan berkembangnya teknologi dan media digital, dakwah dapat disampaikan dengan lebih luas dan efektif. Namun, dai perlu memahami bahwa media modern juga membawa tantangan tersendiri. Pesan dakwah harus disampaikan dengan hati-hati agar tidak disalahartikan atau menimbulkan kontroversi yang dapat mengganggu penyebaran pesan. Pendekatan dakwah yang persuasif dan partisipatif juga menjadi bagian penting dalam konteks sosial. Pendekatan persuasif mendorong dai untuk menyampaikan dakwah dengan cara yang menarik, sedangkan pendekatan partisipatif mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam proses dakwah
Selain itu, dai harus memahami perubahan sosial yang terjadi, seperti urbanisasi dan globalisasi, yang membawa masyarakat pada pergeseran nilai dan pola pikir. Kondisi ini menuntut dai untuk lebih adaptif dalam merancang strategi dakwah. Mereka perlu menyampaikan dakwah dengan cara yang sesuai dengan pola pikir masyarakat modern, namun tetap tidak meninggalkan nilai-nilai dasar agama. Kesadaran akan perbedaan konteks sosial dalam dakwah juga membantu mencegah resistensi atau kesalahpahaman dalam masyarakat. Dakwah yang disampaikan tanpa
memperhatikan konteks sosial berisiko ditolak karena tidak relevan atau dianggap asing. Karena itu, dai yang memahami konteks sosial akan lebih mampu menghindari resistensi dan menciptakan iklim dakwah yang positif dan konstruktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H