Mohon tunggu...
Sofah D. Aristiawan
Sofah D. Aristiawan Mohon Tunggu... Penulis - Sofah D. Aristiawan

Pengagum Demokrasi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Konektivitas Sistem Pembayaran Digital ASEAN: Peluang dan Tantangan

15 Juni 2023   21:30 Diperbarui: 15 Juni 2023   21:37 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara belanja di Thailand dengan QRIS (sumber: money.kompas.com)

Pesatnya pertumbuhan pembayaran digital di kawasan Asia Tenggara mengungkap beberapa tantangan, baik di dalam maupun antarnegara ASEAN. Disparitas perkembangan teknologi digital di antara dan di dalam negara anggota ASEAN, juga kekhawatiran soal privasi dan keamanan siber merupakan hambatan utama dalam upaya mempercepat transformasi digital di seluruh kawasan ASEAN.

Juga, keberhasilan perbankan digital dan pembayaran digital bergantung pada penanganan kita atas problem masih banyaknya populasi masyarakat ASEAN yang belum tersentuh layanan keuangan perbankan (unbanked). Porsi penduduk yang tidak memiliki akses perbankan konvensional sangat bervariasi di antara enam negara anggota ASEAN di mana Singapura memiliki populasi terendah (12 persen) dan Indonesia dengan populasi tertinggi (81 persen). Lihat gambar 1.

Gambar 1, sumber: laporan e-Conomy SEA 2022
Gambar 1, sumber: laporan e-Conomy SEA 2022

Kompatibilitas sistem pembayaran digital di seluruh kawasan ASEAN menjadi wajar untuk dipertanyakan. Padahal, sistem pembayaran digital yang inklusif dan berskala regional adalah cita-cita yang akan memfasilitasi transaksi keuangan yang lebih mudah dan lebih murah, serta memperkuat integrasi regional di sektor keuangan.

Di sisi lainnya, fakta tersebut menjelaskan juga bahwa ASEAN, terutama Indonesia, Filipina, dan Vietnam merupakan negara anggota yang sangat potensial dalam pertumbuhan layanan keuangan digital dikarenakan faktor unbanked tersebut yang memungkinkan peluang digitalisasi jasa keuangan dan pasar layanan perbankan digital masih sangat terbuka. Lihat gambar 1. Bank Dunia mendefinisikan "hak untuk menang (right to win)" sebagai kemampuan untuk mendapatkan pangsa pasar yang cukup besar dan ekonomi yang menguntungkan selama periode waktu yang berkelanjutan. Studi e-Conomy SEA 2022 memproyeksikan pesatnya pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dengan angka 130 miliar dollar AS pada 2025 dan terus tumbuh mencapai angka 220 sampai 360 miliar dollar AS pada 2030.

Belakangan ini, atas inisiatif Indonesia lima bank sentral ASEAN---Bank Indonesia (BI), Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), Otoritas Moneter Singapura (MAS), dan Bank Thailand (BOT)---telah sepakat dan menandatangani nota kesepahaman kerja sama sistem pembayaran lintas-batas untuk membuka jalan bagi konektivitas dan interoperabilitas antarnegara.

Di samping itu, beberapa bank sentral di ASEAN telah meluncurkan sistem pembayaran lintas negara berbasis QR Code (cross-border QR payment linkage) seperti antara Indonesia dan Thailand. Sederhananya, masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan aplikasi pembayaran yang terdapat pada gawainya dengan memindai Thai QR Codes dalam bertransaksi di merchant Thailand. Begitu juga sebaliknya, QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) dapat digunakan masyarakat Thailand ketika melakukan pembayaran di merchant Indonesia.

Pada akhirnya, jalan menuju konektivitas sistem pembayaran digital satu kawasan (regional payment connectivity) selalu terbuka ketika kita mampu menjadikan hambatan sebagai peluang. Karenanya, negara-negara anggota ASEAN perlu mempertimbangkan beberapa penyelesaian (settlement) berikut. Pertama, sambil mengakui betapa pentingnya pembayaran digital dalam mendukung perdagangan digital lintas negara, ASEAN perlu mengatasi tantangan kesenjangan digital kawasan, termasuk disparitas dalam kemampuan pengembangan teknologi digital antarnegara dan kesenjangan dalam penggunaan dan kualitas internet.

Kedua, negara-negara ASEAN perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan digital masyarakatnya. Program yang mempromosikan budaya inklusivitas, inovasi, dan mengasah kemampuan beradaptasi pada teknologi digital sangatlah penting. Literasi digital dan pengembangan keterampilan, terutama di daerah pedesaan atau terpencil, juga pada para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (MSMEs) akan berkontribusi dalam menciptakan ekosistem digital yang lebih inklusif di ASEAN.

Ketiga, negara anggota ASEAN perlu memastikan aliran data yang aman dan bebas di kawasan dengan mendesain tata kelola data digital yang ditopang semangat saling percaya di antara negara anggota. Sehingga, penerapan sistem pembayaran digital dapat terhindar dari risiko keamanan siber dan penyalahgunaan data pribadi.

Dengan demikian, digitalisasi pembayaran dan inklusi keuangan di kawasan ASEAN dapat segera terwujud. ASEAN akan memimpin jalan dan menjadi contoh bagi dunia dalam konektivitas sistem pembayaran digital lintas negara. ASEAN pada akhirnya akan bertransformasi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun