Mohon tunggu...
Sofah D. Aristiawan
Sofah D. Aristiawan Mohon Tunggu... Penulis - Sofah D. Aristiawan

Pengagum Demokrasi

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tongkat Kayu dan Batu Jadi Tanaman

3 Juni 2023   16:40 Diperbarui: 6 Juni 2023   16:04 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sistem pertanian Subak di Bali (sumber: antaranews.com)

Menurut Damayanti, sistem sasi menunjukkan pemahaman yang signifikan terhadap prinsip-prinsip ekologi dan populasi ikan, dengan mempertimbangkan siklus reproduksi ikan dan mengutamakan konservasinya.

Karo, sebuah wilayah di Sumatera Utara, adalah rumah bagi sistem ngumbung, rebu, dan begu. Istilah ngumbung mengacu pada larangan yang dikenakan pada individu untuk mengunjungi ladang setelah panen selesai karena kepercayaan bahwa itu adalah rebu atau tabu. 

Menurut mitos setempat, ladang tersebut dihuni oleh roh-roh mistis. Namun, dari sudut pandang ekologis, sisa panen dapat memberikan makanan bagi berbagai jenis satwa liar seperti misalnya burung dan tikus yang pada akhirnya menciptakan, bahkan mampu menjaga rantai makanan. Hal ini memberikan kesempatan bagi manusia untuk memberikan ruang bagi alam untuk berkembang.

Singkatnya, masyarakat adat di Indonesia memang memiliki kekayaan kearifan lokal yang telah terbukti dapat menjaga keberlangsungan pangan dan kelestarian lingkungan. 

Sayangnya, sistem pangan lokal ini telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir, terutama karena kebijakan pemerintah yang monokultur sisa-sisa pemikiran dalam sistem Revolusi Hijau.

Tak mengherankan, menurut Global Food Security Index (GFSI), rendahnya keragaman makanan pokok juga menjadi salah satu sebab ketahanan pangan Indonesia tak kunjung menguat.

Damayanti mengatakan, pengetahuan lokal masyarakat adat berakar pada praktik inovasi dan adaptasi yang telah berlangsung selama berabad-abad untuk mengatasi beragam tantangan lokal. Akibatnya, pengetahuan ini biasanya disesuaikan dengan situasi atau keadaan lokal tertentu dan sangat mudah beradaptasi dengan konteks yang berbeda.

Kebijaksanaan semacam ini yang terkandung dalam pengetahuan lokal masyarakat adat sering diabaikan oleh sains modern. Padahal, pengetahuan ini berorientasi pada alam: #UntukmuBumiku, dengan menentang eksploitasi penuh sumber daya dan malah sebaliknya menekankan pentingnya berbagi, bahkan dengan spesies lain. Ini sangat berbeda dengan prakarsa berorientasi produksi seperti Revolusi Hijau yang mengutamakan keuntungan daripada pemerataan distribusi.

Dengan demikian, untuk memastikan keberlanjutan kehidupan di planet ini, kita mesti #BersamaBergerakBerdaya dengan sekali lagi kembali menengok pengetahuan masyarakat adat tentang sistem pangan. Kebijaksanaan ini mestilah dicari dan diimplementasikan. Menemani kampanye "Leave No One Behind", lagu Koes Plus berjudul "Kolam Susu" bisa juga dijadikan pengingat bahwa pengetahuan lokal mampu menjawab problem pangan dan lingkungan hari-hari ini, bukan saja Indonesia, tetapi juga dunia.

Kali dan jala cukup menghidupimu...

Ikan dan udang menghampiri dirimu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun