Barangkali, hasrat untuk terus memiliki "prestise", rasa kekurangan yang terus melanda itu mesti sekali-kali perlu tahu bagaimana mengenang pagi, waktu berharga untuk sekadar dilewati. Ia yang senada pepatah Jawa yang tak cuma diartikan secara harfiah: alon- alon, waton, kelakon. Ada jeda dalam tiap gerak yang cepat, bila tak mau disebut tergesa-gesa, tapi pasti. Ada menahan untuk tak melulu ikuti hasrat, sebab cukup. Dari sana, kita temui kebebasan yang berharga, setidaknya bebas dari waktu yang selalu dikalkulasi, mungkin juga, dari mengumpat tatkala terjebak macet Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H