Mohon tunggu...
Pratiwi Wahyu Widiarti
Pratiwi Wahyu Widiarti Mohon Tunggu... Pengajar PT -

perempuan : menulis, membaca, nyanyi, riset. ..kesetiaan adalah salah satu ciri kualitas hidup yang harus di hidup-hidupi; terutama kesetiaan pada Tuhan dan kekasih jiwa..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Citra Ideal Mahasiswa di Mata Pengajar

5 Januari 2012   01:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:19 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_161359" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Tertarik mencermati tema ini, karena pas saya memberi "nilai''  tugas2 mahasiswa, ada salah satu artikel yang di kutip mahasiswa, yaitu tulisan seorang dosen tentang, "dosen seperti apa yang diingini mahasiswa". (Sebelum lanjut ke tema utama, saya pengin mengeluhkan dulu, mengapa yak, di zaman sekarang, lebih banyak diungkap, tentang keinginan orang2 muda terhadap orang tua (guru, dosen).. ortu, guru, dosen mestinya bla..bla..bla..anak harusnya diberi perlakuan gini-gitu. Saya memaknainya, ini tanda2 jaman, dimana mungkin dalam mengasuh, mendampingi orang2 muda jaman sekarang, cara2 yang digunakan udah kedaluwarsa, gak memadai, maka perlu di ubah, perbaiki, padahal manusianya yang tua, ibarat perkakas, ya semakin tua semakin 'lelet' untuk di ubah. Mengapa bukan yang muda nurut2 aja ama yang tua : ha... ini refleksi saya saja.. tidak usah diperdebatkan.. he..he.. otoriternya ortu nih..) Dalam tulisan itu (sayang, mahasiswa tidak mencantumkan nama penulis), intinya, adalah pengajar mestinya memiliki interaksi dan komunikasi yang perlu menyesuaikan dengan perkembangan mahasiswa itu sendiri (yahh.. emang rancangan kurikulumnya subject matter oriented, ya mahasiswa sebagai pusat..).  Komunikasi dan interaksi ini meliputi yang standar ya, transmisi ilmu, role-model sikap dan perbuatan pengajar pada mahasiswa. Juga managerial kelas mengikuti pola2 'modern', bagaimana kebutuhan (need assesment) mahasiswa, skill pengajar dituntut memadai, baik yang teknis maupun non teknis.  Lalu, dalam kenyataan, memang tidak semua pengajar bisa memenuhi keinginan2 tersebut. Saya tidak akan klise katakan, pengajar ya manusia biasa.. tapi memang mengajar di jenjang apapun, merupakan sebuah profesi, dan untuk disebut profesional harus memenuhi standar yang tidak biasa, alias harus luar biasa, tidak mesti dalam semua aspek, tapi harus berkategori LB. [caption id="attachment_153380" align="alignnone" width="576" caption="..mahasiswa2 yang syukuran lulus jadi sarjana..."]

13257267732026484583
13257267732026484583
[/caption] Dengan itu, saya tergelitik untuk membalik statement, gimana ya citra ideal mahasiswa di mata pengajar. Berikut ini saya sertakan keinginan pengajar (mudah2 an mewakili teman2 pengajar lain) terhadap mahasiswanya. Ini sekedar catatan saya dari pengalaman mengajar lebih kurang 20 tahun. Di ruang kuliah 1. Semestinya mahasiswa jangan hanya setor muka di kelas (Dari gerak-gerik tubuh, mimik wajah) kadang banyak dijumpai mahasiswa yang diam saja (tidak aktif) di kelas. Pokoknya memenuhi 75 % kehadiran, ato titip tanda tangan ke temen kalo tidak masuk.   Bisa jadi pengajarnya bikin boring karena text-book melulu yang disampaikan, wajah dosen yang gak pernah senyum. Dari sisi pengajar, saya akan bilang, plis deh, kalo sedang di kelas dengan makul A, ya semua indra anda fokuskan, konsen kan ke materi ini, paling kan cuma 100 menit, habis itu anda mau apa aja bebas). 2. Semestinya jika aktif di kelas, aktif yang produktif (jangan salah artikan produktif ya, hasil dari 'belajar' di kelas tidak akan serta merta muncul sebagai out put, jika serius, materi ter- internalisasi, dan akan bisa di 'unggah' lagi dengan baik di kemudian hari). Aktif yang tidak produktif contohnya banyak, aktif ngobrol ama temennya sendiri, ngerumpi sesuatu yang dianggap lebih penting. Ada lagi yang nampaknya mencerna, menatap ke depan, tapi jari jemarinya dengan lincah memencet tuts2 seluler di dalam tas (saya bilang, wah jari anak2 sekarang ni bermata, jadi tanpa melihat aja, udah apal posisi huruf yang mau di tulis). Aktif yang produktif ya, bersama-sama pengajar mencermati materi dengan serius, syukur dengan senang hati. 3. Semestinya, responsibilitas mahasiswa baik dan besar pada materi kuliah. Artinya begini, kadang pengajar bertanya tentang materi, tunggu punya tunggu, tak ada yang menyaut. Lho koq seperti kota mati mendadak. Giliran ada yang menjawab, ada celetukan, trus pengajar bertanya lagi, apa maksud anda?. Malah dieem seribu bahasa atau dijawab.. ndak oq bu.. ndak oq. (Walaah gemes tenan nek gini... , piye nih, tiwas pengajarnya melolong, melengking dahsyat, sambutannya begitu... ya kalo yang punya darah tinggi, langsung naik itu tensi, maka pengajar memang rentan kena stroke, apalagi kalo ber truk2..) 4. Semestinya, mahasiswa berani mengemukakan apa saja yang terlintas di pikirannya, sejauh menyangkut materi yang dibicarakan. Ini bisa berkait dengan yang no. 3, pengajar memang perlu men-support mahasiswa untuk berani berkata2. Tentu, harus diimbangi dengan pemahaman pengajar, bahwa mahasiswa adalah pembelajar, sehingga tahap2 berpikirnya juga masih ber proses, untuk mereka di semester2 awal, masih belum matang analisis, sintesis, evaluasi nya jika dibandingkan dengan yang semester2 akhir. 5. Semestinya, mahasiswa berani memiliki prinsip mandiri, terutama dalam proses2 evaluasi. Maksudnya, kalo pas ujian, sekarang ini cukup sedikit mahasiswa yang berani mengerjakan sendiri. Penginnya menjawab sama-sama dengan temannya, apa karena mereka termasuk mass-generation development?. Jadi apa2 penginnya barengan, termasuk saat ujian. Ujiannya suka cari tempat sendiri yang pojok2, yang belakang2, yang jauh2 dari pengawas. Lhaa.. ini adalah bibit2 korupsi, boleh berteriak anti korupsi, tapii mulailah dari diri sendiri. 6. Semestinya mahasiswa terlibat dalam aktivitas di kampus. Saya suka mengimbau mahasiswa, jangan jadi mahasiswa 3 K : Kelas (Kampus), Kos, Kantin. Nampang dong di kampus dalam arti yang positif, masuk unit kegiatan mahasiswa yang ada, diskusi, debat, demo, kesenian. Mumpung belum tua, nanti nyesel. Lagi pula maaf kalo hanya ngejar IP tinggi, untuk bekerja tidak hanya itu bekelnya. Justru social skill, afective skill sangat dibutuhkan untuk menunjang kedidgdayaan seseorang di ranah akademik. 7. Semestinya, performance mahasiswa menyesuaikanlah dengan situasi. Misal dalam berpakaian, ini agak rawan, dalam arti, pemaknaan performance ini juga kadang agak bias gender. Mahasiswi akan disasar dalam hal ini, mereka harus begini, begono, lebih strick diperlakukan tinimbang mahasiswa. Memang mahasiswi punya kebebasan berpakaian, namun juga sebaiknya jangan yang mengundang interpretasi macam2. Biasa, sederhana,  tapi manis. Jabarannya? jangan pake rok mini ( nanti di larang ama pak pejabat..he), kasihan itu teman2 dan mungkin pak/bu pengajarnya, bisa gak konsen. Pendek kata, jangan berdandan bak artis jika anda mau ikut kuliah. Untuk mahasiswa ya jangan minimalis..Kaos oblong, sandal udah dilarang, trus, jangan lupa mandii dan perciki sedikit deh ama wangi2 an, kadang suka lewatin mahasiswa ber jaket n jin.. duuh.. udah berapa lama melekat di badan tak tersentuh air ya. Di luar ruang kuliah. Baiknya, sebutan sebagai mahasiswa tidak diminimalisir, artinya begini, mahasiswa itu kan kalo di kampus, di luar kampus ya sebutan itu boleh tidak melekat. Tapi.. percayalah, kita itu selalu memerankan sebagai apa, dimana itu, biasanya peran utama kitalah yang akan dilekatkan atau di sandang. Kalo anda guru, ha mbok dimana saja, guru itu menjadi sebutan paling utama (dan tentunya dengan serentetan 'tanggung jawab n kewajiban). Demikian pula mahasiswa, jadi, plis, jangan suka melanggar lalin, ngebut di lampu merah, gak pake helm, jangan melakukan free2 an (narkoba, seks bebas); merusak fasilitas kampus, negara apalagi tawurr.... walaaah lha koq malah pada regresi, ngikutin adik2 nya di sekolah menengah..Anda, mahasiswa adalah pemilik masa depanmu sendiri dan bangsa..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun