Kami awali dengan kabar bahagia. 26 Februari 2023 lalu, kami bersulang di atas meja saksi. Meski kata Rumi:
Sepasang kekasih tidak bertemu di suatu tempat, mereka berada dalam satu sama lain selama ini.
Namun bagi kami, kehadiran cinta tetap menjadi damba serta kehausan yang perlu diteguk dan disendawa oleh mulut raga, bukan hanya dirasa dan dibiarkan fitrah dalam jiwa. Begitulah kami, sepasang manusia berbahagia.
Kebahagiaan kami adalah menemukan sesama tualang, sehingga hal pertama yang kami pikirkan setelah menjadi Tuan dengan Nyonya adalah pergi bersama ---merayakan cinta. Kalau orang umumnya menyebut perjalanan kami bulan madu.Â
Bagi kami, bulan madu setengah juta ini adalah salah satu hari paling megah yang bisa kami beli. Sebab bukan perkara seberapa dekat ataukah seberapa murah untuk sampai ke sana, yang paling penting adalah dengan siapa kami bersama.
Setelah berdiskusi, kami memilih Pacitan sebagai tujuan. Konon, di sana ditawarkan keindahan pasir putih dan juga moleknya Hindia. Dari berbagai gambar pantai di layar monitor, mata kami tertuju pada Sang Seruling Samudra, Pantai Klayar.
Menurut sejarah, konon nama Klayar berasal dari guyonan lokal klayar-kluyur yang bermakna jalan-jalan. Pantai ini terletak di bagian barat Kabupaten Pacitan. Tepatnya, di Desa Sendang, Kecamatan Donorojo. Medan menuju pantai ini dikelilingi oleh bukit kapur, diwarnai tanjakan dan kelokan. Untuk itu, jika ingin ke sana, sebaiknya pastikan kendaraan dalam kondisi prima.Â
Dua hari setelah menikah, tepatnya 28 Februari 2023, kami beranjak dari Solo bersepeda motor. Perjalanan kami tempuh melalui rute Wonogiri dalam waktu kurang lebih 5 jam. Jalan yang kami lalui cukup seru, sebab selain naik dan turun, kami juga sempat beberapa kali melewati jalan rusak parah. Syukur saja, hari itu tidak hujan.Â
Rencananya, kami ingin sampai di lokasi pada sore hari untuk menikmati matahari terbenam. Beberapa ratus meter dari pantai, terdengar debur ombak yang melegakan serta meredakan lelahnya perjalanan. Tak jauh, kami disambut sebuah gerbang loket yang memampang harga tiket masuk sebesar Rp. 15.000 saja.
Sayangnya, sesaat setelah sampai hujan turun begitu deras hingga larut malam. Akan tetapi, kekecewaan kecil kami dapat terobati ketika kami menemukan sebuah penginapan yang terletak di atas bukit kapur dekat pantai. Lantai atas penginapan tersebut menawarkan kamar dengan jendela besar yang langsung menghadap pemandangan. Biaya sewanya terjangkau, hanya Rp. 250.000 untuk semalam dengan fasilitas kamar 4x5 m, kamar mandi dalam, AC, televisi, WiFi, meja rias, serta tempat tidur.Â