Mohon tunggu...
Tivana Fachrian
Tivana Fachrian Mohon Tunggu... Seniman - Coupleblogger

We wilt have poetry in our life. And adventure. And love. Love above all!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pantai Klayar: Bulan Madu Setengah Juta

16 Maret 2023   12:50 Diperbarui: 16 Maret 2023   12:55 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai Klayar | Sumber: DokPri

Kami awali dengan kabar bahagia. 26 Februari 2023 lalu, kami bersulang di atas meja saksi. Meski kata Rumi:

Sepasang kekasih tidak bertemu di suatu tempat, mereka berada dalam satu sama lain selama ini.

Namun bagi kami, kehadiran cinta tetap menjadi damba serta kehausan yang perlu diteguk dan disendawa oleh mulut raga, bukan hanya dirasa dan dibiarkan fitrah dalam jiwa. Begitulah kami, sepasang manusia berbahagia.

Kebahagiaan kami adalah menemukan sesama tualang, sehingga hal pertama yang kami pikirkan setelah menjadi Tuan dengan Nyonya adalah pergi bersama ---merayakan cinta. Kalau orang umumnya menyebut perjalanan kami bulan madu. 

Bagi kami, bulan madu setengah juta ini adalah salah satu hari paling megah yang bisa kami beli. Sebab bukan perkara seberapa dekat ataukah seberapa murah untuk sampai ke sana, yang paling penting adalah dengan siapa kami bersama.

Setelah berdiskusi, kami memilih Pacitan sebagai tujuan. Konon, di sana ditawarkan keindahan pasir putih dan juga moleknya Hindia. Dari berbagai gambar pantai di layar monitor, mata kami tertuju pada Sang Seruling Samudra, Pantai Klayar.

Menurut sejarah, konon nama Klayar berasal dari guyonan lokal klayar-kluyur yang bermakna jalan-jalan. Pantai ini terletak di bagian barat Kabupaten Pacitan. Tepatnya, di Desa Sendang, Kecamatan Donorojo. Medan menuju pantai ini dikelilingi oleh bukit kapur, diwarnai tanjakan dan kelokan. Untuk itu, jika ingin ke sana, sebaiknya pastikan kendaraan dalam kondisi prima. 

Dua hari setelah menikah, tepatnya 28 Februari 2023, kami beranjak dari Solo bersepeda motor. Perjalanan kami tempuh melalui rute Wonogiri dalam waktu kurang lebih 5 jam. Jalan yang kami lalui cukup seru, sebab selain naik dan turun, kami juga sempat beberapa kali melewati jalan rusak parah. Syukur saja, hari itu tidak hujan. 

Rencananya, kami ingin sampai di lokasi pada sore hari untuk menikmati matahari terbenam. Beberapa ratus meter dari pantai, terdengar debur ombak yang melegakan serta meredakan lelahnya perjalanan. Tak jauh, kami disambut sebuah gerbang loket yang memampang harga tiket masuk sebesar Rp. 15.000 saja.

Sayangnya, sesaat setelah sampai hujan turun begitu deras hingga larut malam. Akan tetapi, kekecewaan kecil kami dapat terobati ketika kami menemukan sebuah penginapan yang terletak di atas bukit kapur dekat pantai. Lantai atas penginapan tersebut menawarkan kamar dengan jendela besar yang langsung menghadap pemandangan. Biaya sewanya terjangkau, hanya Rp. 250.000 untuk semalam dengan fasilitas kamar 4x5 m, kamar mandi dalam, AC, televisi, WiFi, meja rias, serta tempat tidur. 

Di sebelah penginapan terdapat warung makan yang masih satu pemilik dengan penginapan ini. Bahkan, kami bisa memesan makanan dari kamar melalui layanan WhatsApp. Harga menu yang ditawarkan pun terjangkau, tidak jauh berbeda dengan warung-warung makan di luar lokasi wisata. 

Minusnya sinyal WiFi di kamar kami kurang bagus, selama kami menginap pun beberapa kali listrik mati meski beberapa saat. Tapi, untuk harga sekian, kami rasa penginapan ini layak mendapat 3.8 dari 5 bintang dan patut untuk direkomendasikan pada teman-teman yang ingin wisata hemat. Mau tahu lebih lanjut seputar penginapan ini? Klik di sini.

Keesokan harinya, gerimis masih saja turun. Kami yang ingin segera bermain di pantai musti bersabar lagi. Akhirnya, kami putuskan untuk sarapan pagi di sebelah penginapan. Berbagai hidangan ditawarkan mulai dari nasi goreng, berbagai olahan ayam, hingga mie. Minuman pun mulai dari teh, kopi, berbagai minuman saset, sampai kelapa muda. Semua menu dipatok kurang dari Rp. 25.000. Jadi, selama di sana kami hanya menghabiskan kurang lebih Rp. 120.000 untuk makan.

Setelah sabar menunggu dua jam, gerimis pun reda. Segera saja kami bergegas menuju pantai. Karena kami datang ke sana pada hari biasa, maka pantai pagi itu tampak lengang. Kami puas bermain pasir dan air. Namun, ombak sepertinya kurang bersahabat dengan kami sehingga kami tidak berani terlalu jauh ke tengah. 

Selain bermain di pantai, mata kami tertuju pada sebuah tebing tinggi yang menjulang di sisi timur. Kami berjalan ke sana, mendaki anak-anak tangga untuk memuja keindahan Klayar dari wajah atasnya.

Pemandangan Pantai Klayar dari atas tebing | Sumber: DokPri
Pemandangan Pantai Klayar dari atas tebing | Sumber: DokPri

Setelah puas bermain, di sore hari kami kembali ke penginapan untuk mandi dan bersiap pulang.

Bermodalkan Rp. 500.000 serta dua hari sisa cuti menikah dapat menjadi sebuah catatan kecil untuk kami nikmati sekaligus bagi di sini. Sebelum mengakhiri tulisan, berikut kami rangkum rincian biaya perjalanan yang telah kami habiskan:

Dari Rp. 500.000, pertama kami memerlukan Rp. 250.000 untuk sewa penginapan, Rp. 120.000 untuk biaya makan, Rp. 30.000 untuk tiket masuk, Rp. 60.000 untuk bensin, dan bahkan kami masih mengantongi sisa Rp. 40.000.

Sekian tulisan kami kali ini, semoga dapat menjadi inspirasi perjalanan. Terima kasih telah membaca, sampai jumpa di cerita perjalanan kami berikutnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun