Mohon tunggu...
Tivana Fachrian
Tivana Fachrian Mohon Tunggu... Seniman - Coupleblogger

We wilt have poetry in our life. And adventure. And love. Love above all!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Selo, Boyolali: Kawasan Wisata yang Bikin Kamu Dzikiran Terus

26 Juli 2022   15:59 Diperbarui: 26 Juli 2022   17:04 2689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah perjalanan, kami sempat berhenti di sebuah tugu Petruk (salah satu tokoh Punakawan dalam pewayangan). Dari dekat tugu itu, pemandangan kota dari ketinggian mulai nampak. Sesaat saya berpikir, rumah yang dari dekat begitu megah dan besar tampak seperti remahan wafer dari atas sana. Bagaimana kalau dilihat dari Mata Tuhan? Tentu kecil sekali. Kecil, seperti debu. 

Sumber: DokPri
Sumber: DokPri

Beberapa pemuda pria pun berhenti di tugu itu, berkendaraan Vespa dengan nomor polisi Jakarta.

Rupanya, orang dari jauh-jauh pun telah mendengar keindahan tempat ini,

begitu pikir saya. 

Tidak lama setelahnya, perjalanan menuju tujuan pertama berlanjut. Perlahan mulai tampak tulisan New Selo berwarna putih di perut Merapi. Si Vario lari sekuat tenaga mengejar letak tulisan itu, hingga pada akhirnya kami sampai.  

Sumber: DokPri
Sumber: DokPri

Sayangnya, nasib sedang kurang mujur. Kabut begitu tebal saat itu. Sempat bercakap dengan seorang juru parkir, kata beliau, jika cuaca cerah kita bisa melihat pemandangan Merbabu dari sana. Namun, meski si bintang utama bersembunyi, kami masih bisa melihat indahnya lereng di bawah kaki yang memacak hijau dalam kaguman mata. 

Di tempat itu, warung-warung kopi berjajar; kopi saset yang saya pikir lumayan untuk mendekap kedinginan. Disediakan pula di warung-warung itu beraneka camilan, seakan mereka tahu hawa dingin selalu menuntut lapar. Lima ribu rupiah untuk secangkir minuman instan, harganya sama dengan yang berderet di depan kampus saya. 

Sembari minum, kami menentukan ke mana hendak pergi selanjutnya. Setelah menimbang beberapa pilihan, mata pun tertuju pada sebuah tempat yang dalam peta tertulis hanya tiga kilo meter dari New Selo. Embung Manajar, tanpa ba-bi-bu, kami pinang tempat itu.

Benar memang, tiga kilo meter. Tapi saya beri tahu, jalan yang kami tempuh sesungguhnya adalah menuruni Merapi, lalu naik ke Merbabu. Sepanjangnya seolah saya hanya ingin fokus pada peta di tangan, sebab dari layar itu sama sekali tidak tampak tanjakan maupun turunan.

Jalan turun Merapi bisa dibilang tidak begitu ekstrim, bahkan ngirit bengsin karena kami bisa bebas nggelinding di atas mesin mati. Barulah ketika kami masuk ke sebuah gang, kejanggalan terasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun