Pandanglah, sang ibu ketinggian
di mana kita tadi berjalan melalui tulang punggungnya.
Dia menutup wajahnya
dari kemiripan surga.
Kuhisap double shot-ku
seolah aku akan minum satu liter lagi.
Kita lelah dan kedinginan
namun jantung kita berdetak kencang
seakan belum pernah benar dihidupkan
semenjak hari-hari yang terlewatkan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!