Pahit! Pahit! Pahit! Siapa kita? Indonesia!
Sorak sorai kebanggaan menggema dari rekan komentator mengiringi setiap pertambahan poin yang terkumpulkan. Siang hari ini (8/2), telah berlangsung pertandingan ganda putri Indonesia melawan China yang memiliki peringkat cukup jauh di atas mereka. Tidak gentar, doa seluruh rakyat Indonesia pun mengantar. Sejarah telah dibuat oleh Greysia Polii dan Apriyani Rahayu dimana inilah kali pertama ganda putri mampu menembus babak final dalam Olimpiade. Sejarah akan semakin sempurna dengan kemenangan menjadi milik mereka.
Fakta menariknya adalah sebelumnya Apriyani Rahayu pernah bertemu dengan lawan mainnya hari ini pada pertandingan junior tahun 2014. Saat itu Apriyani tidak bersanding dengan Greysia melainkan ia berpasangan dengan Rosyita namun tidak berhasil merebut kemenangan. Hari ini merupakan kesempatan emas untuk membalaskan kekalahan itu.
Pertandingan babak pertama dimulai pada pukul 12.00 WIB yang diawali dengan keunggulan pasangan kita sebanyak tiga poin. Skor 5-2 berhasil dicetak dalam menit ketujuh pertandingan. Chen Qingchen dan Jia Yifan sempat mengejar ketertinggalan dan mengetatkan poin. Drop shot tidak terduga serta pukulan mengecoh ialah senjata yang paling mengancam dari Chen dan Jia dalam pertandingan ini. Selisih menjadi dua angka pada skor 11-8 melalui kesalahan beruntun yang dilakukan oleh Chen dan Jia.
Sebuah insiden benturan keras shuttle cock sempat mengenai raket Jia hingga raketnya melengkung, hal ini menguntungkan pasangan Greysia dan Apriyani menghasilkan kedudukan 12-11. Kedua pasangan putri kita memiliki pertahanan yang kuat melawan serangan beruntun terutama dari Chen yang sangat keras pukulannya. Hal ini membawa mereka unggul 16-12 dan semakin menguatkan kepercayaan diri.
Menuju match point, Indonesia mengalami tekanan berat. Angka terkejar 19-18. Luapan gembira Apriyani pun terseru saat skor 20-18 dihasilkan.
Teriakan Apriyani adalah teriakan kita, keringat mereka adalah keringat kita juga!
begitulah ungkapan Valentino Simanjuntak.
Pertandingan ditutup dengan 20-19 dan juga sujud syukur Apriyani.
Semangat yang menggebu, Greysia menunjukkan pengalaman 19 tahunnya di tengah lapangan dan Apriyani pun dengan jiwa mudanya yang membara. Poin pertama babak kedua didapat melalui sebuah smash keras mengenai bagian kiri lapangan.
Strategi pelatih tim Indonesia Eng Hian yang dipesankan kepada Apriyani adalah untuk tidak banyak menggunakan smash keras yang membuang tenaga. Apriyani terus bermain tenang dengan bola-bola aman. Tidak diladeni bola-bola keras yang dilakukan oleh pasangan Chen-Jia sebagai pancingan.
Dua pengembalian bola dengan cara sulit melalui belakang tubuh sempat dilakukan dengan baik dalam mempertahankan reli. Pukulan menyilang Apriyani mengakhirinya, skor semakin jauh 6-2 untuk pasangan Indonesia.
Sebuah servis tidak sampai sempat dilakukan oleh pasangan China, menghasilkan 10-7 skor di papan angka milik kita. Pada babak kedua ini poin terpaut cukup jauh. Sempat didapat 19-10 skor pasangan kita. Akan tetapi China sulit dibuat gentar, poin mereka menyusul hingga 9 interval beranjak mendekat menjadi 19-14.
Sempat dilakukan request challenge oleh pasangan China hingga akhirnya tangis komentator, pemain, pelatih dan seluruh penonton pecah saat 21-15 mengakhiri pertandingan. Tampak Greysia memeluk sang pelatih sembari berteriak dan menitihkan air mata berbaur keringat kelelahannya yang terbayar.
Hari ini, Senin, 2 Agustus 2021 pasangan ganda putri kita memberikan hadiah terbaik untuk 76 tahun kemerdekaan Indonesia. Terima kasih Greysia dan Apriyani. Kami menunggu kembalinya kalian ke tanah air dengan sambutan tawa riang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H