Mohon tunggu...
Tivana Fachrian
Tivana Fachrian Mohon Tunggu... Seniman - Coupleblogger

We wilt have poetry in our life. And adventure. And love. Love above all!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Twig & Burgeon

23 Desember 2020   18:06 Diperbarui: 6 Januari 2021   07:22 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada senja di hari yang sama, Burgeon berpamitan dengan Sang Ibu untuk pergi mencari bunga di sekitar perbukitan. Sama seperti Twig, Burgeon begitu mengagumi cahaya bukit itu. Namun sayang, mereka tak pernah memandang cahayanya bersama sebab cahaya itu datang ke negeri Twig pada pagi hari dan ke negeri Burgeon pada saat senja. 

Burgeon mengumpulkan bunga-bunga di sekitar bukit lalu memasuki tempat rahasianya. Ya! Ternyata gua yang ditemukan oleh Twig siang itu merupakan tempat kesukaan Burgeon. Gua itu memiliki dua pintu, satu menghadap ke Larland dan yang lainnya menghadap Earland. 

Burgeon selalu datang ke sana setiap sore hari untuk merangkai mahkota dari bunga sembari bernyanyi. Dahi Burgeon berkerutan tatkala melihat seorang lelaki tertidur lelap di tempat itu. Dia kira selama ini hanya dia seorang yang mengetahui keberadaan surga tersembunyi tersebut.

Burgeon mendekati si lelaki yang bermandikan cahaya, tubuhnya terpatung kaku, ternyata yang dia lihat adalah Twig! Seseorang yang bertahun-tahun lamanya tak pernah sanggup dilupakannya. Seorang lelaki yang paling dia ingin temui setiap hari. Burgeon menyentuh wajah tidur itu, seperti malaikat! Dadanya yang kekar mengalahkan bebatuan di sekitar baring.

Burgeon berbisik lembut, "Tuhan! Kaukah itu, Twig?" Twig menggeliat dan terbangun. 

Seorang gadis berambut pirang tergerai memegangi keranjang bunga di tangan kirinya. Dia pikir itu mimpi, namun sesaat kemudian ia menyadari tangan kanan sang gadis mengusap pipinya. Twig terpaku, wajah itu masih dikenalinya sebab tak banyak yang berubah, hanya bertambah dewasa. Twig pun bangkit dari baringnya dan duduk di hadapan sang kekasih yang telah lama dia rindui. 

Disekanya helai anak rambut yang mengikal seperti sulur anggur. Bukan, itu bukan mimpi! Dua pasang mata berhadapan berkaca-kaca, hati mereka mengudara, keduanya saling menyatakan cinta kemudian jemari mereka yang canggung saling menyentuh untuk pertama kalinya; disaksikan oleh cahaya di atap gua yang hampir sirna.

Selama ini mereka hanya bertemu di pasar dan itu pun bertahun-tahun silam sebelum pasar dibakar habis. Mereka berpikir, tempat itu akan menjadi tempat rahasia untuk mereka seterusnya. Rindu yang meledak, hasrat yang membumbung tinggi. Sentuhan pertama itu kemudian berlanjut menjadi perapian asmara yang panas membara. Mereka larut dalam kesenangan, dunia telah menjadi milik mereka hari ini setelah siksaan pedih yang memenjara selama bertahun-tahun lamanya. 

Keduanya saling mendekap seakan tak ingin terlepas lagi. Cerita yang panjang mereka bagi; tentang hari-hari yang mereka habiskan tanpa satu sama lain. Tak terasa hari mulai menggelap, gua menggelap. Mereka harus kembali ke rumah masing-masing. Sebelum pergi mereka berjanji untuk bertemu lagi. 

Ketika keluar dari gua, Twig melihat seekor rusa besar tengah tak bersama kawanannya. Dia mengambil sisa anak panahnya yang kemudian mengenai tubuh si rusa malang. Hari itu benar-benar hari keberuntungannya. 

Sesampainya di rumah, semua orang telah khawatir, sebab ia pergi sejak pagi dan pulang menginjak malam. Namun tak perlu lama, resah reda mengetahui Twig pulang dengan selamat bahkan membawa rusa besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun