Ke pertapaan sejak dunia menggempar
Apa yang kupelajari?
Mengendali diri tak berlangsung sesingkat tiga puluh hari
Aku menahan-nahan tanpa perlu tahu kapan berakhiran
Jika saja terlihat dosaku mungkin akan kusimpan egoku sejak dulu-dulu
Pagi ini
Dilekasi separuh mirip seperti tahun lalu
Sisanya lain
Sangat lain
Solek embun masih memoles wajah daun perawan
Gema memuja Sang Illah pada langit yang tetap tua
Sementara bedanya
Ada peluru yang mengancing saat kutelan ludah
Ya, sebab sepi
Sejauh sepi memeluk mata
Kutiup serakah
Hari ini tetap kemenangan sekalipun tak meriah
Tidak apa-apa
Rembugku dengan secermin kaca
Menang satu
Masih ada menang lain yang kutunggu-tunggu
Semoga sahut-menyahut yang kudengar pagi ini masih menjadi tanda bahwa dunia belum sekiamat kelihatannya
---Tiv Firsta, May 16 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H