Mohon tunggu...
Tivana Fachrian
Tivana Fachrian Mohon Tunggu... Seniman - Coupleblogger

We wilt have poetry in our life. And adventure. And love. Love above all!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Parents, Kapankah Waktu yang Paling Tepat untuk Mengajarkan Anak Bahasa?

20 April 2020   21:56 Diperbarui: 8 April 2021   22:23 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustration: quotemaster.org

Hi, Parents! bagaimana kabar Parents sekeluarga? kali ini kita akan belajar bersama mengenai waktu yang tepat untuk mengajarkan bahasa kepada anak. Parents, bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan kita.

Sebagai makhluk sosial yang saling memerlukan dengan orang lain kita perlu menguasai bahasa, karena bahasa merupakan unsur komunikasi yang krusial; yang berguna untuk menghubungkan kita dengan orang lain baik sebagai komunikator maupun audiens.

Menguasai bahasa dengan baik menjadikan kita komunikator serta audiens yang baik, semakin banyak bahasa yang kita kuasai pula membuat kita semakin mudah untuk memperluas pertemanan dan melakukan komunikasi dengan banyak orang.

Orangtua merupakan guru pertama untuk anak. Termasuk dalam berbahasa, orangtua pulalah yang paling berpotensi mempengaruhi kemampuan bahasa anak. Banyak orangtua yang berpikir untuk mengajarkan anak mereka bahasa asing, terutama Bahasa Inggris sebagai Bahasa Global.

Namun, sudah tahukah kita kapankah waktu yang tepat untuk mengajarkan anak bahasa? pada kesempatan ini saya akan membahasnya secara lengkap. Simak pemaparannya!

Pertama, mari kita kenali dua jenis bahasa berdasarkan cara perolehannya.

  • Bahasa Ibu (mother tongue/first language/native language) yaitu bahasa primer atau bahasa utama seseorang, jika kita mengajarkan suatu bahasa kepada anak melalui tahapan berikut maka bahasa tersebut akan menjadi bahasa utamanya:
  1. Cooing, tahapan ini dilalui pada saat usia anak sekitar 2 hingga 8 bulan. Pada tahapan ini anak mulai bisa menyuarakan huruf vokal, ataupun satu suku kata tidak bermakna. Misalnya "uuu" atau "nananana"
  2. Babbling, dilalui saat usia anak sekitar 8-12 bulan. Pada tahapan babbling anak mampu menyuarakan lebih dari satu huruf vokal maupun suku kata tidak bermakna. Misalnya "buba"
  3. One word speech, nah, tahapan ini dilalui pada saat anak menginjak usia 12-20 bulan. Pada tahapan ini anak sudah bisa mengucapkan kata bermakna untuk mengutarakan keinginannya meski belum dalam bentuk kalimat. Misalnya ketika anak berkata "makan", maksudnya bisa jadi ia sedang lapar, ia meminta kita memakan sesuatu dan lain sebagainya.
  4. Telegraphic speech, yaitu tahapan yang dilalui anak berumur 2-3 tahun. Anak sudah mampu berbicara meski belum menggunakan kalimat lengkap ataupun masih terdapat kesalahan struktur kalimat. Seperti misalnya "Kue makan Ibu." maksudnya, anak ingin mengatakan "Kuenya dimakan Ibu." atau bisa juga dia sudah kenyang memakan kue lalu meminta Ibu menghabiskan kuenya alias "kuenya buat ibu saja." Pada tahap ini kita harus pandai mengartikan maksud anak, sembari membetulkan cara bicaranya.
  5. Whole sentences, akhirnya anak mencapai tahapan dimana mereka bisa mengucapkan suatu kalimat lengkap, bermakna dan juga secara benar. Tahapan ini pada umumnya dilalui oleh anak berusia 3 tahun keatas.

Namun, yang perlu dijadikan catatan adalah setiap anak dapat memerlukan waktu yang berbeda-beda dalam melalui lima tahapan tersebut. Jangan sampai juga kita terlalu memaksakan anak berbicara dengan benar sebab akan berdampak kepada kondisi psikisnya.

  • Yang kedua adalah bahasa asing atau bahasa kedua. Bahasa yang diajarkan dengan tahapan berikut tidak akan melekat pada seseorang seperti bahasa ibu.

    Akan tetapi tidak menutup kemungkinan seorang anak dapat secara lancar berbicara dengan bahasa kedua, misalnya jika bahasa tersebut terus digunakan secara bertahun-tahun dan setiap hari. Bahasa kedua diperoleh melalui tahapan berikut:

  1. Preproduksi. Tahapan dimana seorang anak hanya mampu mendengarkan saja, sebab kosa kata reseptif berkisar 500 atau kurang dari itu.
  2. Tahapan selanjutnya adalah produksi awal, ketika kosa kata menginjak 500-1000. Tahapan ini biasanya berlangsung sekitar 6 bulan.
  3. Awal bicara, kosa kata menginjak 1000-3000, anak sudah mampu mengutarakan kalimat sederhana dan masih mengalami kesalahan gramatikal.
  4. Fasih. Pada tahap ini anak menguasai 3000 hingga 6000 kata dan sudah mampu mengutarakan kalimat-kalimat yang lebih kompleks, bisa mengutarakan pikiran atau pendapat.
  5. Mahir. Jika mampu mencapai tahap ini, anak semakin dekat dengan penutur asli suatu bahasa (native speaker). Menurut penelitian Foreign Service Institute di Amerika, dari 63 bahasa yang dianalisis, terdapat 5 bahasa tersulit untuk mencapai tingkat mahir, terutama pada kemampuan membaca serta berbicara. 5 bahasa tersebut antara lain Bahasa Arab, Mandarin, Jepang, dan Korea. Bahasa-bahasa tersebut perlu sekitar 88 minggu atau 2200 jam untuk dikuasai.

Setelah mempelajari dua jenis bahasa berdasarkan  cara perolehannya, pasti timbul beberapa pertanyaan dalam benak kita 'kan, Parents? Kira-kira, apakah seorang anak bisa memiliki bahasa ibu yang berbeda dengan kedua orangtuanya?

Kalau orangtuanya berbahasa indonesia, bisa tidak ya anak kita berbahasa ibu Mandarin, atau Bahasa Inggris? Dapatkah seorang anak memiliki lebih dari satu bahasa ibu? Jawabannya adalah bisa. Mari saya jelaskan.

Parents, bahkan meskipun anak tidak berdarah Inggris, Jepang ataupun China, mereka bisa memiliki Bahasa Inggris, Jepang maupun China sebagai bahasa ibu mereka. Sebab, bahasa ibu lebih ditentukan oleh lima tahapan dalam memperolehnya daripada faktor genetika.

Misalnya, jika Ayah dan Ibu terus berbicara dengan Bahasa Inggris pada saat anak melalui fase Cooing, Babbling, One Word Speech, Telegraphic Speech dan Whole Sentences, maka otak akan menyimpan Bahasa Inggris sebagai bahasa utama dalam komunikasi hingga anak tumbuh nanti. Semakin baik jika didukung oleh faktor lingkungan misalnya anak anda lahir di luar negeri kemudian anda, pasangan, serta semua orang di lingkungan anak berbahasa Inggris.

Kemudian, bisakah anak memiliki lebih dari satu bahasa ibu? nah, saya pernah menanyakan ini kepada salah satu dosen saya sewaktu kuliah, hehehe.

Faktanya, kebanyakan dari kita masyarakat Indonesia yang memiliki beragam suku serta bahasa daerah sekaligus memiliki bahasa nasional yakni Bahasa Indonesia telah membuktikan bahwa seseorang bisa memiliki lebih dari satu bahasa ibu. Sejak kecil kita diajarkan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah, didukung dengan faktor lingkungan seperti sekolah serta lingkungan rumah.

Kesimpulannya, jika ingin mengajarkan anak bahasa, waktu terbaiknya adalah pada 1000 hari pertama kehidupan yakni pada usia 0-3 tahun. Tak perlu bingung jika ingin mengajarkan anak lebih dari satu bahasa misalnya satu bahasa adalah bahasa yang bisa digunakan anak untuk berbicara dengan orang di sekitar dan satu lagi bahasa istimewa yang mungkin akan sangat berguna baginya suatu saat.

Tapi, tidak menutup kemungkinan juga jika kita bisa mengajarkan anak bahasa asing dengan baik ketika anak sudah besar. Pada artikel selanjutnya kita akan bahas beberapa tips mengajarkan anak bahasa asing di rumah. Simak terus ya, Parents.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun