Mohon tunggu...
Titus Jaya
Titus Jaya Mohon Tunggu... Petani - penulis sejati

jepara, kota ukir

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tanah Sehat Tanpa "Pukim"

5 Maret 2018   20:58 Diperbarui: 5 Maret 2018   21:20 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
profit.pakistantoday.com.pk

Taukah anda apa itu pupuk sintetis? Mungkin sebagian besar dari anda hanya tau jika menanam hanya membutuhkan pupuk. Tetapi itu salah besar !! taukah anda bahwa pupuk juga dibagi menjadi 2 jenis  pupuk organic dan pupuk an-organik. Kenapa pupuk an-organik atau sintetis tidak baik untuk tanah? Pupuk tersebut dapat dikatakan tidak baik untuk tanah karena  terbuatk dari hasil proses rekayasa industri secara kimia, fisik / biologis. 

Menurut sejarah perkembangan pupuk  di Indonesia penggunaan pupuk kimia merupakan bagian dari revolusi hijau. Revolusi hijau sendiri merupakan sebuah proyek pada masa pemerintahan orde baru yang bertujuan untuk mendorong produktivitas pertanian dengan menggunakan teknologi modern, yang diadakan sejak tahun 1990-an. 

Gebrakan revolusi hijau di Indonesia memang terlihat pada decade 1980-an. Waktu itu, pemerintah mengkomando penanaman padi, pemaksaan pemakaian bibit impor, pupuk kimia, dll. Indonesia yang Berjaya saat itu sempat mengalami swasembada beras. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Pada decade 1990-an, petani mulai kelabakan menghadapi kesuburan tanah yang merosot, ketergantungan pemakaian pupuk kimia ( subtetis, anorganik) yang makin meningka. Dampak dari penggunaan pukim yang berlebihan antara lain adalah berubahnya ekosistem yang membuat banyak organisme penyubur tanaman mati sehingga membuat tanah menjadi ketergantukan .

Akibat pencemaran dari limbah industri dan pemakaian pupuk anorganik yang terlalu banyak secara terus menerus menyebabkan unsure hara yang ada di dalam tanah menurun.Kesuburan tanah di lahan- lahan yang menggunakan pupuk anorganik dari tahun ke tahun menurun. Dan jika diteruskan maka lahan tanam tidak akan berfungsi alias tidak dapat digunakan lagi. 

Walaupun sebagian orang masih menganggap keberhasilan pertanian diukur dan ditentukan dari berapa banyaknya hasil dari panen yang dihasilkan , bukan diukur dari kondisi dan keadaan tanah sehingga tidak adanya kesadaran untuk mengolah tanah secara alami.

Jika diltelusur dari sejarahnya memang pengaruh pukim tidak dapat langsung dirasakan, semua itu butuh proses sampai manusia kembali sadar betapa pentingnya keseimbangan ekosistem. Maka dari itu masihkah anda memimpikan besarnya produksi dengan mengorbankan jutaan hektar tanah di Indonesia? Coba pikir ulang .

 .

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun