Mohon tunggu...
Titry Frilyani
Titry Frilyani Mohon Tunggu... Bankir - travel enthusiast

Pegawai swasta, pecinta jalan-jalan yang senang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Rekreasi sekaligus Mengenang Sejarah di Lapangan Banteng

4 Desember 2022   18:16 Diperbarui: 4 Desember 2022   18:30 3098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasanya saat akhir pekan di Jakarta, pergi ke mal menjadi aktivitas yang hampir selalu saya lakukan untuk melepas penat. Tapi sekarang ini, Jakarta memiliki cukup banyak ruang terbuka yang bisa dijadikan tempat untuk bersantai dan rekreasi sehingga pilihan saya tak lagi hanya ke mal. Salah satunya adalah Lapangan Banteng.

Bagian depan Lapangan Banteng (dokpri)
Bagian depan Lapangan Banteng (dokpri)
Jujur, saya terkesima melihat Lapangan Banteng yang memang sudah lama tak saya kunjungi. Jika kita masuk melalui bagian depan yaitu seberang Mesjid Istiqlal, kita akan disambut oleh tulisan “Jakarta” yang bisa menjadi spot pengunjung untuk berfoto. Di trotoar depan Lapangan Banteng, deretan pedagang street food dan minuman di gerobak pun terlebih dahulu menggoda kita untuk mencicipi dagangannya.

Amphitheater dengan kolam di depannya (dokpri)
Amphitheater dengan kolam di depannya (dokpri)

Dahulu, Lapangan Banteng merupakan sebuah lapangan di kawasan Weltervreden, Batavia yang dinamakan Waterlooplein, dimana di tengah lapangan terdapat sebuah tugu peringatan kemenangan Inggris-Belanda-Jerman atas pasukan Perancis yang dipimpin oleh Napoleon pada pertempuran di Waterloo, sebuah kota di dekat Brussel, Belgia pada tanggal 18 Juni 1815. Tugu peringatan tersebut berbentuk patung singa sehingga kala itu lapangan disebut Lapangan Singa. Namun, tugu kemudian dihancurkan saat pendudukan Jepang. Setelah Indonesia merdeka, lapangan ini berganti nama menjadi Lapangan Banteng. Konon dinamakan Lapangan Banteng karena lapangan ini dulunya merupakan tempat banteng berkubang, dan banteng merupakan hewan yang lebih "Indonesia".

Ikon dari Lapangan Banteng ini adalah sebuah monumen yang terletak di tengah lapangan, dikenal sebagai Monumen Pembebasan Irian Barat. Jika kita lihat seksama, patung di monumen ini menggambarkan seorang pemuda yang lepas dari rantai yang mengekangnya. Pada tahun 1963, Presiden Soekarnolah yang menggagas pembuatan monumen ini dengan Henk Ngantung sebagai pembuat sketsanya. Sedangkan arsitek monumen adalah Frederich Silaban dan pematungnya adalah Edhi Sunarso. Frederich Silaban dikenal dengan karya besar lainnya seperti Masjid Istiqlal dan Monumen Nasional, sedangkan Edhi Sunarso kita kenal pula dengan karyanya yaitu Tugu Selamat Datang di Bundaran HI.

Setelah kemerdekaan Indonesia, pada Konferensi Meja Bundar disebutkan bahwa Monumen Pembebasan Irian Barat yang kita kenal dengan Papua akan diserahkan 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat. Namun pada kenyataannya, hal tersebut tak kunjung dilakukan oleh Belanda. Karena usaha Indonesia di berbagai sidang PPB tak berhasil, akhirnya Presiden Soekarno mengumandangkan Trikora (Tiga Komando Rakyat) pada 19 Desember 1961 yang isinya adalah 1) Gagalkan pembentukan negara boneka buatan Kolonial Belanda 2) Kibarkan sang merah putih di Irian Barat 3) Bersiap untuk mobilisasi umum untuk mempertahankan kemerdekaan serta kesatuan tanah air bangsa. Infiltrasi yang dilakukan oleh Indonesia sebagai tindak lanjut dari Trikora tersebut membuahkan hasil dimana pada perjanjian New York 15 Agustus 1962, disepakati salah satunya bahwa pada 1 Mei 1963, Irian Barat akan diserahkan kepada Indonesia. Hal inilah yang melatarbelakangi pembangunan monumen ini.


Salah satu kutipan yang terdapat di dinding Lapangan Banteng (dokpri)
Salah satu kutipan yang terdapat di dinding Lapangan Banteng (dokpri)
Berbagai kutipan dari tokoh-tokoh penting bangsa Indonesia termasuk Soekarno yang berkaitan dengan Pembebasan Irian Barat terdapat pada dinding di sisi kiri Lapangan Banteng setelah direvitalisasi. Revitalisasi Lapangan Banteng digagas oleh Pemprov DKI Jakarta dan dilaksanakan pada tahun 2017-2018 dengan luas lahan 89.909 m2.

Kini, lapangan ini menjadi tempat untuk berbagai aktivitas warga. Mulai dari taman bermain untuk anak-anak, trek jogging, lapangan basket, hingga amphitheater yang berbentuk setengah lingkaran dengan kolam di depannya sehingga pengunjung bisa duduk-duduk di depan kolam. Pada akhir pekan yaitu Jumat hingga Sabtu, pengunjung juga bisa menikmati air mancur menari pada pukul 18.30 dan 19.30. Lapangan ini memiliki pepohonan rindang termasuk pohon angsana sehingga menambah kenyamanan berekreasi terutama di sore hari.


Dengan berbagai fasilitas yang terdapat disini, lapangan ini layak menjadi salah satu pilihan untuk mengisi waktu akhir pekan bersama keluarga. Lapangan Banteng bisa dikunjungi tiap hari secara gratis hingga pukul 18.00 di hari kerja dan 20.00 di akhir pekan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun