Yang dibicarakan oleh kaum yang tampak kekurangan dalam hal pakaian tersebut, sederhana pula adanya, seturut dengan pakaian yang dikenakan, mereka hanya bertukar cerita seputar urusan dapur, rumah dan remeh temeh lainnya, padahal semua orang maklum, sehari-harinya mereka berurusan dengan perputaran uang yang lumayan besarnya. Â Penghasilan mereka pun di atas rata-rata kaum kebanyakan.
Di tempat terpisah, tepatnya di sebuah kafe dengan konsep kekinian, sekelompok kaum milenial, yang rata-rata muda usia sibuk berdiskusi tentang sebuah proyek pekerjaan, dengan marjin keuntungan ratusan juta rupiah. Â
Pakaian dan asesories yang mereka kenakan pun sesuai dengan bahan obrolan yang menyangkut uang ratusan hingga milyaran rupiah. Â
Entah bagaimana cara mereka memperoleh dan mengelola uang tersebut, yang pasti tak tampak urat-urat tangan serta wajah-wajah keras penuh derita, pertanda sehari-harinya mereka bekerja tidak dengan menggunakan tenaga fisik, maupun pikiran.
Sawang Sinawang
Dalam kehidupan nyata, bisa kita temui beraneka jenis cara orang menjalani kehidupan, dari tingkat yang terendah hingga tingkat yang tertinggi, dari yang sengsara hingga yang penuh kesejahteraan, bergelimang kemewahan. Â Namun jika kita telaah lebih lanjut, semua yang menjalani senantiasa dalam keadaan baik-baik saja.
Senyum sumringah, senyum kecut, dan senyum-senyum lainnya senantiasa dipertunjukkan di segala situasi dan tempat yang diceritakan dalam kisah di atas.Â
Boleh jadi dalam seminggu tiga atau empat kali kaum marjinal di Filipina mengkonsumsi pag pag, namun mereka masih bisa bercanda dan tertawa riang seperti orang-orang lainnya, yang bahkan tak pernah menyentuh pag pag sekalipun seumur hidupnya. Â
Masalah mereka kadangkala didera cobaan hidup yang membuat sebagian orang merasa terpuruk, dan meratapi nasib, itu adalah hal yang jamak dalam kehidupan. Â
Oleh karena orang-orang yang terlahir dan senantiasa berada dalam keadaan berkecukupan pun, tidak sedikit yang merasa terpuruk dan mengutuki nasibnya.Â
Sebagai contoh, di masa pandemic covid ini, berapa banyak pengusaha yang biasanya tersenyum-senyum riang gembira, sekarang berperilaku sebaliknya, nyaris setiap saat perutnya merasa mulas karena harus memikirkan bagaimana menutupi biaya operasional perusahaannya yang produksinya menurun drastic. Â