Lantas bagaimana pengejawantahan dari hidup bersosialisasi tadi bagi manusia? Â Lihatlah pada saat mereka masih kecil, pasti sibuk mencari teman sebaya. Â Jika oleh karena sesuatu dan hal para balita tersebut tak memiliki teman, maka jangan terkejut jika mereka mengajak berteman apapun benda yang ada, baik itu benda mati, benda mati yang menyerupai benda hidup, maupun benda hidup dari jenis apapun. Â Jadi tak usah heran jika anak balita yang tak memiliki teman, akan dengan riang gembira mengajak bicara boneka mainannya, mobil mainan, kucing, ayam bahkan pepohonan yang ditemui.Â
Dalam hal pohon, bukan saja anak balita, ibu-ibu penanam bunga pun acapkali berbincang-bincang dan memuji-muji tanaman hias yang dirawatnya. Â Dengan alasan agar sang tanaman tumbuh subur. Â Jika sang pohon mengerti bahasa manusia, mungkin mereka sudah tertawa berderai-derai sepanjang hari hingga satu atau dua pohon mengalami kram perut, tentunya jika sang pohon memiliki perut.
Mungkin tak ada manusia yang dilahirkan ke muka bumi untuk kemudian bercita-ciita menjalani hidup sendirian hingga akhir hayat.  Setidaknya mereka mempunyai insting untuk hidup bersama dengan manusia lainnya, terlepas dari apakah terikat dalam ikatan pernikahan, ataupun sekedar  teman sehidup semati hingga dipisahkan oleh yang punya kuasa atas hidupnya.
Dari sinilah cikal bakal komunitas bermula, sebab yang dianggap kelompok adalah jika kumpulan individu sudah melebihi dari satu orang. Â Jadi kumpulan dua orang pun sudah dapat dianggap sebagai sebuah kelompok, dan kelompok tersebut sudah otomatis menjadi sebuah organisasi jika sudah terbentuk pembagian tugas dan wewenang yang jelas.Â
Oleh karena itu, selepas sepasang anak manusia mengikat diri dalam sebuah ikatan pernikahan, pada saat itu pula kelompok kecil tersebut sudah berubah menjadi sebuah organisasi. Â Sang pria menjadi kepala keluarga, dan sang istri anggotanya. Â Selanjutnya jika kelompok tersebut beranak pinak bertambahlah anggotanya. Â Kemudian kumpulan dari keluarga tersebut dengan para tetangga sekitarnya membentuk kelompok lagi, menjadi sebuah organisasi rukun tetangga, lantas diangkatlah ketua RT. Â Yang tugas sehari-harinya kian kemari mengurus kepentingan warga, yang belakangan ini lebih banyak acuh tak acuh namun handal dalam mengkritik. Â Kasihan ketua RT, yang sibuk bekerja dan diawasi oleh para pengamat amatiran tersebut.
Tidak cukup bergaul dengan tetangga sekitar, lazimnya orang-orang akan mencari teman-teman di luar lingkungan rumah yang sesuai dengan minat, pekerjaan dan kesamaan visi serta pandangan hidup masing-masing. Â Maka terbentuklah komunitas-komunitas baik itu berupa organisasi formal, informal dan tanpa bentuk sekalipun.
Ada banyak keuntungan yang diperoleh bagi mereka yang memiliki kelompok di luar kelurganya, di antaranya: Â bisa menambah teman, relasi bisnis, bahkan sebagai kelompok acuan yang berpotensi memberikan status tersendiri, dari yang hanya sekedar untuk gagah-gagahan sampai kepada yang bisa memberikan hak-hak istimewa.Â
Sebagai contoh, menjadi anggota organisasi massa yang cukup sangar dengan memakai seragam yang mirip-mirip pakaian militer, bisa membuat seorang pria pengangguran di kampungnya bangga bukan buatan. Â Atau ikut serta dalam organisasi partai politik, dapat membuat anggotanya diperhitungkan jika ingin mengajukan surat-surat perizinan di instansi-instansi pemerintah.Â
Salah buatan dalam melayani anggota partai, bisa dilaporkan kepada atasannya yang kemudian meneruskan kepada anggota DPR dari rekan separtai. Â Akibatnya bisa diduga, sang anggota parlemen serta merta menegur pegawai pemerintah yang menghambat urusan anggota partainya tersebut. Â Setelah tercengang-cengang semenit dua, pegawai pemerintah yang alpa tersebut akan mengeluarkan segala daya upaya untuk bersegera menyelesaikan urusan sang anggota partai. Â Kemudian setelah menyesal sehari dua, berjanji dengan dirinya sendiri untuk mempermudah urusan mereka selanjutnya, sambil bersumpah serapah ke segenap penjuru mata angin.
Jadi betapa banyak manfaat yang diperoleh seseorang jika bergabung dengan sebuah komunitas yang seia sekata dengan dirinya. Â Jika kita hobby berolah raga misalnya, maka komunitas olah raga yang kita ikuti di samping membuat badan sehat walafiat bagaikan seekor ikan, juga berpotensi memberikan kita teman baru, relasi baru, jodoh, bahkan tak jarang bagi yang tak kuat-kuat iman akan mendapatkan jodoh baru kedua, sementara yang pertama masih aktif dan terikat dalam pernikahan.Â
Hingga pada suatu saat, tatkala perselingkuhan akibat terlalu aktif berkomunitas tersebut tercium pasangan yang sah dan masih aktif tinggal serumah, dapat dipastikan akan terjadi perang dunia di rumah tersebut serta sejak itulah kegiatan berkomunitas diharamkan di keluarga yang salah satu anggotanya takt ahu diuntung dan tak kuat iman tersebut. Â Sampai kapan diharamkannya? hanya mereka yang maklum.