Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bergaullah Selain dengan Keluarga

9 Oktober 2020   16:12 Diperbarui: 9 Oktober 2020   16:15 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seorang pria uzur, dosen merangkap pengacara terpaksa ikut arus menjadi wakil ketua salah satu organisasi profesi, kebetulan yang diikuti adalah organisasi pengusaha, semata-mata karena dirinya mewakili pemilik perusahaan tempatnya menjadi konsultan hukum. 

Adapun mengapa dirinya sampai terjun ke dalam kancah dunia organisasi tersebut, padahal sejatinya sangat membenci dunia organisasi massa maupun politik, dengan alasan setiap anggotanya cenderung haus kuasa, adalah karena dalam tri dharma perguruan tinggi di kampus tempatnya mengajar, mewajibkan para dosen ikut menjabat di salah satu organisasi massa sebagai salah satu syarat penunjang dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Di rumahnya, sang istri yang kebetulan menekuni profesi sebagai notaris, juga aktif berorganisasi di ikatan profesi tempatnya bekerja sehari-hari, dengan tujuan utama agar memiliki jaringan seprofesi yang nantinya akan mempermudah dirinya dalam menjalankan jabatan sebagai pejabat umum.

Putri sulungnya, yang kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Bandung, juga aktif di organisasi akademik, yang berhubungan dengan akademik dengan tujuan menunjang pelajaran yang diperolehnya di bangku kuliah.

Sedangkan putri bungsunya, yang kuliah di kampus ternama berjaket kuning, ikut organisasi di Badan Eksekutif Mahasiswa, dengan harapan bisa sering unjuk rasa.  Berteriak-teriak memaki penguasa, memperjuangkan suara rakyat.  Hasilnya sudah diperoleh, berupa sakit tenggorokan seminggu penuh akibat tertelan gas air mata pada saat unjuk rasa menentang UU KPK beberapa waktu lalu.  Sang ibu tahunya anak tercinta tak paham bahaya tersebut sakit pilek biasa, namun sang ayah yang paham duduk perkara sebenarnya hanya tersenyum-senyum seperti orang hilang ingatan.

Rekan-rekan sang pria, nyaris semuanya mengikut sertakan dirinya dalam kegiaatan berkomunitas dengan alasan yang hanya dimengerti oleh mereka sendiri, dari komunitas yang bersifat sangat formal, kurang formal sampai yang tidak jelas bentuknya sama sekali, seperti misalnya komunitas penggemar permainan domino di pos ronda setiap malam, yang memiliki kepuasan bathin pada saat membanting kartu persegi kecil, entah dengan cara bagaimana bisa menghasilkan bunyi yang cukup lantang di tengah kesunyian malam.  Membuat jengkel pemain lainnya, yang selalu kalah dan diejek oleh mereka yang selalu menang.  Salah buatan dapat menimbulkan percekcokan dan tak saling bertegur sapa hingga hari lebaran di tahun berikutnya.

Adapun rekan-rekan sang istri berikut rekan-rekan anaknya bahkan banyak yang mengikuti komunitas lebih dari satu.

Sebagai contoh, istrinya sendiri pun di samping aktif ikut di organisasi profesi juga dengan antusias bergabung dengan ibu-ibu satu komplek dalam kegiatan senam aerobic, jalan kaki pagi sore, sampai kelompok pecinta traveling yang acapkali mengakibatkan dirinya meninggalkan rumah dua sampai tiga hari hingga dua minggu lamanya.  Membuat jengkel sang suami, namun membuat kedua putri dewasanya riang gembira tiada terperi, selama dua minggu terbebas dari kenyinyiran sang ibu dan kebebasan tiada terbatas dari sang ayah, yang seumur hidupnya memang tak pernah mengatakan kata "tidak" bagi mahluk hidup di rumahnya.

Bahkan jika kucing peliharaan putrinya ingin muntah di dalam rumah pun sang ayah hanya membiarkan, kemudian membersihkan setelah sang kucing selesai muntah.  Jika diprotes, sang ayah hanya menjawab ringan, "kalian mau jika sedang muntah ayah lempar ke luar rumah?".  Sang putri hanya terdiam, dan sang istri memandang suaminya dengan penuh angkara murka.

Arti Penting Komunitas

Seperti yang sudah umum dimaklumi, manusia merupakan mahluk social yang dalam menjalankan kehidupannya tidak lazim jika dilakukan sendirian.  Bahkan sering dikatakan, nyaris tak ada mahluk hidup baik itu hewan, maupun tumbuhan yang suka hidup sendirian.  Jika masih kurang yakin, silahkan bertanya kepada seekor lebah, atau kepada serumpun pohon padi.  Bagaimana rasanya jika mereka dipaksa tinggal sendirian di dalam sarang atau di tanam sendirian di tengah sawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun