Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Besarkanlah Anak dengan Dukungan

2 Maret 2020   23:16 Diperbarui: 2 Maret 2020   23:17 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambil membaca buku seorang ayah mengawasi dua putri kecilnya yang sedang sibuk menggambar, mereka berbagi tugas masing-masing menggambar ayah dan bundanya. 

Dengan  otoriter sang kakak memilih menggambar potret diri ayahnya sementara si adik diperintahkan menggambar bundanya.  Selesai menggambar, sang kakak bersegera menghampiri ayahnya, sambil dengan bangga menunjukkan hasil karyanya.  

Beruntung sang ayah sempat mendengar bahwa yang sedang dilukis adalah potret dirinya, sehingga dengan wajah dibuat seolah-olah takjub, memuji gambar si anak dengan mengatakan gambarnya sangat bagus dan mirip dirinya, walaupun sebenarnya gambar si anak jauh lebih mirip gambar kadal daripada gambar sosok seorang ayah di manapun di muka bumi.  Si anak sulung girang bukan buatan.

Melihat kakaknya meloncat-loncat kegirangan, sang adik tak mau kalah, langsung melesat ke bundanya yang sedang menyibukkan diri di dapur.  Dengan jujur karena tak paham duduk perkaranya, sang bunda memuji,

 "Woow, gambar kelelawarnya bagus banget.  Adek memang pintar.".  Kontan sang adik murka bukan kepalang, sambil membanting-banting kaki mungilnya ia kembali ke arena bermainnya.  

Bibir mungilnya maju semaju majunya, kalau di sekitarnya ada karet gelang, bisa dipastikan bibir tersebut dapat dikuncir, menggenapkan kunciran yang sebelumnya telah terpasang satu di kepalanya.  

Bayangkan, maksud hati ingin menggambar bundanya dengan mengenakan daster hitam favoritnya, malah dianggap sebagai gambar kelelawar, walaupun memang secara jujur gambar sang bunda sangat mirip hewan yang belakangan dituduh sebagai penyebar virus maut Corona tersebut.  

Hati anak kecil mana yang tidak akan kecewa tidak mendapat pujian atas jerih payahnya, masih untung jika sang anak tak sampai depresi karenanya dan trauma untuk menggambar seumur hidupnya.  Terutama jika nantinya disuruh menggambar kelelawar atau potret diri bundanya.

Masih tentang seorang anak.  Di bumi pertiwi ini, banyak orang tua yang sangat menyayangi anak-anaknya.  Demikian sayangnya para orang tua tadi, sehingga tak tega atau tak akan pernah sanggup membiarkan anaknya menangis, apapun alasannya.  Tak peduli sebagian dokter mengatakan, biarkan saja anak menangis menjerit-jerit karena itu berguna bagi pertumbuhan dan kesehatan jantungnya.  Memang sebagian besar orang percaya saja apa kata sang dokter, tanpa bertanya lebih jauh alasannya, namun walau bagaimanapun jika anaknya menangis, jangankan meraung-raung, terisak-isak atau menangis sesenggukan saja hati orang tua terasa seperti teriris sembilu. 

 Berdasarkan alasan tersebutlah, maka jika orang tua mendapatkan si kecil kesayangannya jatuh tersungkur oleh karena alasan yang tak jelas, maka orang tua tersebut tak peduli apakah ayah atau ibunya, akan bersicepat menyambar sang anak yang sedang terkaget-kaget dan bersiap-siap mau menangis menjerit-jerit tersebut, lalu bertanya, "Mau menangkap kodok ya? Kodoknya nakal terus lari ya?  Biar nanti kodoknya bunda pukul.".  

Sang anak yang hendak menangis tersebut, sempat kebingunan semenit dua, lalu membayangkan betapa lucunya seekor kodok jika sedang dipukuli ibunya, lalu tersenyum dan tertawa kegirangan.  Sang orang tua ikut bahagia dan mendekap erat-erat buah hatinya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun